The Oil Man Ramal Migas Indonesia Diisi Pemain Kelas Kecil-Menengah

Foto: Hrp

Jakarta, OG Indonesia -- Tidak adanya kepastian penerapan kontrak membuat investasi di industri hulu migas Indonesia terus menurun. Perusahaan migas multinasional pun satu per satu hengkang.

"Regulasi pendukung dan regulasi di sektor lainnya dianggap tumpang tindih sehingga tidak memberikan kepastian hukum dan mengaburkan besaran pengembalian investasi," kata John Karamoy, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) dalam diskusi "Membangun Iklim Investasi di Sektor Migas" di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Senin (14/10/2019).

Pria yang dijuluki "The Oil Man Indonesia" karena pengalamannya yang panjang di dunia migas tanah air ini menyebutkan beberapa ketidakpastian yang ada di hulu migas Indonesia. Mulai dari pengenaan bea impor barang-barang modal, pengenaan PBB untuk lahan fasilitas produksi, persetujuan POD yang bertele-tele, perpanjangan kontrak yang tidak jelas, sampai isu soal Gross Split. Hal-hal semacam itu terjadi sejak tahun 2004 hingga sekarang.

Dengan ketidakpastian investasi tersebut tak heran banyak perusahaan-perusahaan migas besar yang akhirnya keluar dari Indonesia. "Perusahaan-perusahaan multinasional akan mengundurkan diri. ExxonMobil ada diberitakan sudah berpikir untuk keluar. Saya enggak tahu BP nanti bagaimana? Chevron sudah out, ConocoPhillips juga," ucap Founder Medco ini.

Dikatakan John, nantinya masa depan hulu migas Indonesia akan diisi oleh Pertamina yang akan punya peran sangat besar. Sementara untuk perusahaan asing akan diisi perusahaan migas berukuran kecil-menengah. "Mereka datang dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Timur yang akan menerima Gross Split," jelasnya.

Selain itu, industri hulu migas juga akan diisi oleh perusahaan-perusahaan nasional yang sudah sukses di sektor lain. "Kita harapkan mereka bisa jadi perusahaan minyak dan bisa jadi anggota Aspermigas juga," tutup John. RH