Benarkah Karir di Migas Tak Diminati Gen Z?


Jakarta, OG Indonesia --
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan potensi migas di Indonesia masih sangat besar. Hal ini terlihat dari jumlah ceekungan (basin) di Indonesia yang masih berjumlah 128. Dari jumlah tersebut, 109 basin masih belum tereksplorasi. Potensi tersebut menunjukkan betapa luasnya kesempatan lapangan pekerjaan pada bidang migas.

Sayangnya, karir di bidang migas kurang diminati oleh generasi millenials dan gen Z. Survei yang dilakukan oleh Ernst & Young (EY) terkait minat dalam bekerja di bidang migas menunjukkan bahwa hanya 6 persen dari gen Z dan 18 persen millennial yang menganggap bidang migas sebagai pekerjaan yang menarik. Minat yang kurang terhadap pekerjaan bidang migas disebabkan oleh kurangnya informasi dan pengetahuan gen Z dan millennial seputar bidang migas itu sendiri.

Disebutkan Rektor Universitas Pertamina, IGN Wiratmaja Puja, estimasi kebutuhan SDM untuk sektor hulu migas mencapai 32.000 tenaga kerja dan masih bisa menyerap kurang lebih 20.000-an tenaga kerja. “Sementara untuk sektor midstream, tenaga kerja saat ini diperkirakan berjumlah 69.100 dan masih bisa menyerap 5.700-an tenaga kerja lagi. Adapun di sektor hilir, ada sekitar 130.200 tenaga kerja dengan estimasi kebutuhan sebanyak 13.000 tenaga kerja lagi,” jelas Prof Wirat dalam wawancara daring, Senin (24/1/2022).

Sebagai kampus yang berfokus pada pengembangan teknologi dan bisnis energi, seperti disampaikan Prof Wirat, Universitas Pertamina berkomitmen untuk melahirkan SDM unggul yang akan berkontribusi pada kemandirian dan ketahanan energi nasional. Termasuk diantaranya, SDM yang mampu mengelola potensi cadangan migas Indonesia. 

“Namun, menjadi pekerja di industri migas tidaklah mudah. Selain memiliki jam kerja yang lebih panjang, mereka juga dihadapkan pada risiko pekerjaan yang mengancam keselamatan jiwa setiap harinya. Para pekerja juga dituntut mampu menghadapi dinamika yang terjadi di bawah permukaan tanah yang serba tak pasti. Ditambah lagi, ketidakpastian bisnis akibat volatilitas harga minyak dunia dan adanya transisi energi, menuntut mereka untuk dapat beradaptasi dengan dinamika bisnis dan menciptakan solusi yang cepat dan tepat,” tuturnya.

Dalam rangka mempersiapkan para lulusan agar dapat sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri migas, Universitas Pertamina tak hanya mendorong mahasiswa untuk pintar secara akademik dengan pembelajaran di kelas, praktikum di laboratorium, kuliah lapangan, kuliah pakar, dan kunjungan industri. Para mahasiswa juga didorong untuk memiliki hands-on experience melalui kegiatan ekstra-kurikuler seperti keikutsertaan dalam kompetisi di bidang keilmuan mereka.

Tiga Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina, yakni: Muhammad Athallah Naufal, Harith Maulana, dan Nicholas Epsilon Nurcholis, misalnya. Membagikan pengalaman mereka, atas dukungan yang diberikan kampus dalam keikutsertaan tim di ajang Integrated Petroleum Competition INCEPTION, yang digagas oleh Universitas Diponegoro.

“Keikutsertaan dalam perlombaan khususnya yang terkait bidang keilmuan, sangat menunjang kami dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Misalnya di ajang INCEPTION, kami mengikuti Smart Competition atau lomba cerdas cermat. Tim diberikan pertanyaan seputar teori dalam teknik perminyakan serta perkembangan teknologi dan bisnis migas, yang biasanya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan yang akan kami dapatkan ketika ujian atau wawancara kerja di perusahaan atau instansi,” ujar Athallah.

Berkat dukungan moril dan materil yang diberikan oleh kampus, Athallah dan tim berhasil meraih Juara 2 di ajang kenamaan tahunan tersebut. Selain melalui pembelajaran di kelas, kesuksesan Athallah dan tim dalam menjawab pertanyaan dewan juri, juga ditopang oleh keaktifan para anggota tim dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan di kampus. 

“Setidaknya, ada tiga organisasi mahasiswa profesional yang saat ini ada di Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Pertamina, yakni: Society of Petroleum Engineers (SPE), Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), dan Society of Petrophysics and Well Log Analyst (SPWLA),” ungkap Athallah.

Selain aktif membahas isu perkembangan dunia migas melalui kegiatan tukar pendapat, diskusi, atau seminar dengan menghadirkan para praktisi, ketiga organisasi kemahasiswaan tersebut juga menghadirkan kegiatan pelatihan. Salah satunya, adalah pelatihan penggunaan software untuk menunjang kegiatan eksplorasi migas seperti Olga, Petrel, CMG, Techlog, Saphir, dan MBAL. 

“Dengan segala benefits dan kemudahan akses yang kami miliki, kami yakin dapat memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan industri migas,” tegas Athallah. RH



Benarkah Karir di Migas Tak Diminati Gen Z? Benarkah Karir di Migas Tak Diminati Gen Z? Reviewed by Ridwan Harahap on Rabu, Januari 26, 2022 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.