Tidak Ujug-ujug, MedcoEnergi Sudah Sejak Lama Antisipasi Perubahan Iklim

Foto: Ridwan Harahap

Jakarta, OG Indonesia --
Dalam upaya mengatasi tantangan perubahan iklim, industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Tanah Air dihadapkan pada proses transisi energi menuju energi yang lebih hijau seiring target net zero emission pada tahun 2060. Pada sisi lain, energi migas yang berbasis fosil masih menjadi andalan serta berperan signifikan dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional saat ini.

Karena itu, menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, diperlukan proses transisi energi yang terukur. "Kita harus mengatur sistem energi kita untuk dapat disesuaikan," ucap Arifin Tasrif saat memberikan sambutan dalam pembukaan The 46th IPA Convention & Exhibition (Convex) 2022 dengan tema “Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change”, Rabu (21/9/2022) di JCC Senayan, Jakarta.

Menteri ESDM meyakini proses transisi energi tersebut tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba. “Transisi energi ini akan dilakukan dalam beberapa tahap dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan," jelasnya.

PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi) merupakan salah satu perusahaan migas yang tidak ujug-ujug mengimplementasikan hal tersebut. Manager Corporate Sustanability & Risk Management MedcoEnergi Firman Dharmawan, mengungkapkan bahwa saat ini MedcoEnergi telah memiliki aspirasi untuk mencapai net zero emission untuk scope 1 dan 2 pada tahun 2050 serta scope 3 pada tahun 2060.

Jika ditarik ke belakang, isu sustainable atau keberlanjutan yang ujungnya bertaut dengan masalah perubahan iklim sejatinya bukanlah hal yang baru buat MedcoEnergi. "Banyak kegiatan-kegiatan kami yang sudah mengarah ke ESG (Enivironmental, Social, and Governance), istilah barunya sekarang," ucap Firman dalam pemaparan kepada wartawan di booth MedcoEnergi pada hari pertama The 46th IPA Convex 2022, Rabu (21/9/2022). Dan sejak lima tahun lalu, MedcoEnergi sudah mulai melakukan kegiatan-kegiatan ESG yang lebih terstruktur sehingga dapat diinternalisasi ke dalam organisasi serta insan perusahaan. 

Langkah tersebut diambil karena sebagai perusahaan internasional dengan aset-aset yang tersebar di wilayah Indonesia dan Asia Tenggara, MedcoEnergi menyadari strategi perusahaan harus sejalan dengan program pembangunan di negara-negara tempat MedcoEnergi beroperasi yang ingin mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dari PBB atau UN SDG's. "Sebagai perusahaan internasional, mau tidak mau kami harus mengacu pada praktik-praktik terbaik internasional, standar-standar internasional, dan mendukung aspirasi negara lain," tegas Firman.

Tahun 2018 menjadi tonggak penting bagi MedcoEnergi dalam penyusunan peta jalan dan kerangka keberlanjutan perusahaan. Firman menceritakan, setelah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal, saat itu MedcoEnergi menyimpulkan ada tujuh isu material yang teridentifikasi yaitu isu masyarakat lokal, praktik ketenagakerjaan, etika bisnis dan praktik bisnis yang adil, lingkungan politik dan peraturan, transparansi, hak asasi manusia, hingga aksi perubahan iklim.

Setelah itu MedcoEnergi kemudian membangun tiga pilar keberlanjutan. Pertama, terkait kepemimpinan dari dan oleh pekerja dengan 9 KPI (Key Performance Indicator) dan target. Kedua, pengembangan lingkungan hidup dan sosial dengan 19 KPI dan target. Dan yang ketiga, pemberdayaan masyarakat lokal dengan 25 KPI dan target. Tiga pilar tersebut harus didukung oleh sistem tata kelola yang baik, di mana ada 19 KPI dan target. "Totalnya itu 72 target dan setelah kami melihat 90 persen dari target-target tersebut telah tercapai," jelasnya.

Firman menerangkan bahwa MedcoEnergi sudah menerjemahkan isu perubahan iklim menjadi tiga strategi utama. Pertama, berupaya untuk mengurangi emisi dari operasi perusahaan yang ada. Kedua, bagaimana perusahaan bertransisi menuju energi yang rendah karbon. Ketiga, pengelolaan risiko dari perubahan iklim yang sudah terjadi serta bagaimana cara beradaptasi dengannya. 

Untuk strategi pertama, Firman menjelaskan MedcoEnergi bertekad menurunkan emisi gas rumah kaca dari kegiatan operasinya sampai 20% pada tahun 2025 dan hingga 30% pada tahun 2030. Data terakhir, pada tahun 2021 emisi gas rumah kaca sudah turun menjadi 4,4 juta tCO2e (ton setara CO2). Padahal sebelumnya, emisi gas rumah kaca mencapai 5,3 juta tCO2e pada tahun 2019 dan 4,6 juta tCO2e pada tahun 2020. Terkait isu ini, MedcoEnergi berkomitmen untuk menjalankan pilot project Carbon Capture and Storage (CCS) di operasi hulu pada tahun 2025 mendatang. 

Emisi metana yang dibahas dalam COP 26 di Glasgow juga jadi isu penting di dunia saat ini, karena itu MedcoEnergi juga berupaya untuk menurunkan emisi metana ini dari kegiatan operasi yang dijalankan perusahaan. Targetnya, pada tahun 2025 bisa diturunkan sampai 25%, dan tahun 2030 mencapai 37%. Penurunan emisi metana terkini yang dilakukan MedcoEnergi cukup signifikan, dari 158 ribu tCO2e pada tahun 2019 menjadi 136 ribu tCO2e (2020) dan 131 tCO2e (2021). Upaya yang dilakukan MedcoEnergi untuk mengurangi emisi metana ini antara lain dengan memperluas fokus pengurangan flaring, venting, dan emisi fugitive, hingga menghilangkan routine flaring pada tahun 2030 atau lebih cepat.

Untuk strategi transisi ke energi rendah karbon, Firman mengungkapkan MedcoEnergi menargetkan anak usahanya yang fokus pada pengembangan usaha ketenagalistrikan dan energi terbarukan yaitu Medco Power untuk meraih IPP dari energi terbarukan sampai 26% pada tahun 2025 dan 30% pada tahun 2030. Ada beberapa bisnis energi terbarukan yang digeluti Medco Power kini, mulai dari geothermal, hydro, tenaga surya hingga angin. "Saat ini memang kami didominasi oleh fossil fuel, tapi dalam jangka menengah kita beralih ke power terutama energi terbarukan," kata Firman.

Dari langkah nyata yang sudah dilakukan dan akan dijalankan ke depannya, diterangkan Firman, MedcoEnergi sudah melaporkan pelaporan kebelanjutan dari tahun 2017 sampai 2021 yang datanya sudah diverifikasi pihak ketiga serta telah sesuai dengan standar Global Reporting Initiatives (GRI) 2016 dan pengkiniannya. "Dari 2017, indikator yang diverifikasi itu terus meningkat," ucapnya. Rinciannya, dari 31 indikator pada tahun 2017, menjadi 55 indikator (2018), 63 indikator (2019), 75 indikator (2020), dan 86 indikator (2021). "Jadi data kita dipercaya lah, karena sudah diverfikasi oleh pihak ketiga," sambung Firman.

Selain itu, MedcoEnergi juga menerbitkan laporan terkait progress action dari isu climate change dalam laporan TCFD (Task Force on Climate-Related Financial Disclosure) serta pada platform CDP (Carbon Disclosure Project). "Apa yang sudah kita lakukan itu mendapatkan pengakuan dari ESG rating agencies, ada dua yang besar yaitu MSCI dan Sustainanalytics," terang Firman. "Kami akan terus berfokus untuk memperbaiki kinerja dalam ESG ini, terutama dengan memperhatikan target-target terukur climate change," tandasnya.

Menurut Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch, isu climate change atau perubahan iklim saat ini memang sangat memengaruhi industri migas. Di mana industri migas dituntut untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan untuk menjadi lebih ramah lingkungan. 

"Melalui isu ini, maka industri migas harus menyesuaikan dengan keadaan yang berdampak terhadap naiknya investasi mereka. Upaya-upaya untuk mengurangi emisi dari kegiatan migas memang membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Kendati demikian, saat ini industri migas harus mulai mengarah menuju pengurangan emisi gas rumah kaca tersebut," kata Mamit ketika dihubungi OG Indonesia, Kamis (22/9/2022).

Karena itu Mamit mengapresiasi langkah yang sudah dilakukan oleh MedcoEnergi yang telah menerapkan standar ESG secara baik. Dengan demikian, lanjut Mamit, standar bisnis yang dijalankan MedcoEnergi telah mengarah kepada bisnis yang ramah lingkungan, berkelanjutan serta memerhatikan kondisi masyarakat sekitar. "Hal ini penting agar bisa memberikan multiplier effect untuk semua sektor. Apa yang dilakukan Medco bisa menjadi acuan bagi perusahaan lain dalam meningkatkan pengelolaan kegiatan yang berbasis ESG," pungkas Mamit. RH

Tidak Ujug-ujug, MedcoEnergi Sudah Sejak Lama Antisipasi Perubahan Iklim Tidak Ujug-ujug, MedcoEnergi Sudah Sejak Lama Antisipasi Perubahan Iklim Reviewed by Ridwan Harahap on Kamis, September 22, 2022 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.