![]() |
Lewat program Sekolah Adiwiyata bisa ditanamkan rasa peduli lingkungan sejak usia sekolah. Foto: MedcoEnergi |
Kabupaten Tangerang, OG Indonesia -- Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Para siswa SMPN 3 Putik di Kepulauan Anambas bergegas pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya tersisa beberapa siswa di kelas, kiranya mereka kedapatan tugas piket membersihkan kelas. Salah satu siswa tersebut adalah Fazri Azzani yang duduk di bangku kelas 8. Dirinya seolah betah di sekolah membantu membersihkan ruangan kelas bersama temannya, walaupun bukan gilirannya piket.
"Paling rajin dia. Bukan hanya membersihkan sampah, dia juga rajin memilah dan menimbang sampah. Konsisten setiap hari," cerita Siti Kamilah, Guru SMPN 3 Putik dan Pembina Sekolah Adiwiyata di Desa Putik, Kecamatan Palmatak yang berada di Pulau Matak, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau, kepada OG Indonesia di sela-sela acara "The 49th IPA Convention & Exhibition" yang digelar di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (20/5/2025).
Siti Kamilah menuturkan kebiasaan Fazri yang rajin membersihkan sampah di sekolah merupakan buah dari pembiasaan perilaku positif peduli lingkungan yang dijalankan di SMPN 3 Putik berkat program Sekolah Adiwiyata atau sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Namun siapa sangka, sebelumnya lingkungan kelas dan sekolah SMPN 3 Putik terbilang jorok. Siti Kamilah mengungkapkan, sebelumnya para siswa terbiasa membawa jajanan dan mengudapnya di dalam kelas. Sehabis itu sampahnya dibuang begitu saja di sudut-sudut kelas.
Sampah yang menumpuk membuat ruang kelas tidak sedap dipandang mata, menimbulkan bau, dan bahkan mengundang lalat yang bisa menjadi sumber penyakit. Kendati demikian penghuni kelas seperti tidak ada inisiatif untuk membersihkan tumpukan sampah tersebut. Belum lagi meja dan kursi juga sering berantakan dan tidak tertata rapi. "Mereka beresin cuma saat dipaksa saja kalau ada piket, jadi tidak ada kepedulian secara langsung," ungkap perempuan asal Bandung ini.
Lingkungan sekolah yang kotor seperti cermin yang menampilkan gambaran perilaku terkait lingkungan dalam skala yang lebih luas di masyarakat. Bagaimana tidak, situasi serupa juga terlihat di jalanan desa yang kerap ditemui sampah. Apalagi kalau habis ada keramaian, sampah bisa berceceran di sudut-sudut pulau. Kawasan Kepulauan Anambas dengan pantainya yang indah pun seolah ternodai dengan banyaknya sampah di pinggir pantai.
Ciptakan Sekolah Bersih
Karena itu, sejak dini perilaku hidup bersih harus sudah dibiasakan lewat program Sekolah Adiwiyata. "Kalau mengubah perilaku siswa itu mudah sebenarnya, yang susah itu mengubah perilaku guru. Jadi mengubah perilaku guru dulu, ketika guru sudah punya kepedulian maka guru akan menanamkannya pada siswa," papar ibu dua anak ini.
Lewat implementasi Sekolah Adiwiyata di SMPN 3 Putik sejak tahun 2016, para guru dan staf sekolah pun diberikan training hingga studi banding. Berbekal pengetahuan tersebut mereka bisa menjadi contoh bagi para murid di sekolah. Apalagi pendekatan yang dilakukan kepada para siswa juga cenderung inovatif seperti lewat kompetisi video.
Salah satu langkah awal yang juga dilakukan adalah dengan memasukkan narasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan dalam setiap pelajaran yang disampaikan kepada para pelajar. Misal, dalam pelajaran Bahasa Indonesia bisa saja memberikan contoh-contoh kalimat terkait kegiatan membuang sampah pada tempatnya, membersihkan lingkungan, dan sebagainya. Menurut Siti Kamilah secara pelan tapi pasti pesan-pesan tersebut akan masuk ke dalam benak siswa dan membentuk perilaku yang sadar lingkungan.
Selain itu, sekolah pun menerapkan kegiatan piket membersihkan kelas dan lingkungan sekolah. Belum lagi aturan-aturan terkait kebersihan juga diimplementasikan. Sebut saja, tidak boleh lagi makan di kelas, melainkan di kantin dan wajib merapikan dan membuang sisa sampah pada tempatnya. Kebiasaan baru peduli lingkungan tersebut pun dibawa para siswa ke rumahnya di mana para orangtua akhirnya ikut tertular menjalankan gaya hidup bersih dan rapi di lingkungan rumahnya.
"Program Sekolah Adiwiyata ini membawa perubahan besar yang dirasakan oleh sekolah. Warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, siswa, sampai kantinnya semua berubah perilakunya," ucap Siti Kamilah yang telah menjadi guru di Kepulauan Anambas sejak tahun 2008.
Dia menyampaikan, dampak hadirnya program Sekolah Adiwiyata telah menyulap lingkungan sekolah SMPN 3 Putik dari kondisi "Kumis" alias kumuh dan miskin menjadi "Rindu Asti" atau rindang, teduh, asri, dan cantik. Kondisi lingkungan baru tersebut ternyata berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. "Proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, siswa menjadi lebih happy sehingga dampaknya nilai siswa juga menjadi lebih tinggi," ungkapnya.
Siti Kamilah pun menegaskan bahwa volume sampah di sekolah kini telah berkurang hingga 40%. Masih ada lagi penghematan listrik dan air di sekolah mencapai 25%. Lewat aktivitas insan sekolah dan masyarakat sekitar, ekosistem pesisir Anambas pun mulai dipulihkan dengan penanaman 200 bibit mangrove. Di samping itu, siswa dan guru menunjukkan peningkatan partisipasi dalam aksi-aksi lingkungan berskala lokal hingga nasional.
Sentuhan MedcoEnergi
Program Sekolah Adiwiyata di SMPN 3 Putik ini bisa berkembang berkat dukungan PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi), melalui anak usahanya Medco E&P Natuna Ltd yang mengelola Wilayah Kerja Migas Blok B. Lewat program ini MedcoEnergi ingin mendukung gerakan nasional Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) sekaligus menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pembangunan berkelanjutan dengan membangun generasi peduli lingkungan di Kepulauan Anambas, wilayah terluar Indonesia di Laut Natuna yang posisinya berada di sekitar wilayah operasi migas MedcoEnergi.
Rasa syukur disampaikan Kemal A. Massi, Manager Field Relations & Community Enhancement Block B Medco E&P Natuna Ltd, karena sokongan dari MedcoEnergi telah mengantarkan SMPN 3 Putik menyabet gelar Sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten, serta raihan berbagai prestasi di bidang edukasi dan inovasi lingkungan.
Padahal menurut Kemal, pada awalnya terdapat tantangan juga untuk menjalankan program tersebut. "Seringkali orang tidak mau bergeser dari zona nyaman," kata Kemal. Namun berkat bantuan motor penggerak seperti Siti Kamilah, MedcoEnergi turut terbantu dalam upaya membentuk jiwa peduli lingkungan di Anambas.
Gaya hidup baru ramah lingkungan tersebut tentunya ingin MedcoEnergi duplikasi ke wilayah lain di berbagai penjuru negeri terutama di sekitar wilayah operasi migas MedcoEnergi. "Bisa kemana saja, misal nanti Medco punya daerah operasi di Palu bisa saja diduplikasi di sana," ujar Kemal.
Sebagai perusahaan yang menjalankan operasinya secara bertanggung jawab, Kemal menyampaikan MedcoEnergi tidak hanya memproduksi energi, tetapi juga membangun masa depan bagi masyarakat lokal. "Melalui program pengembangan masyarakat (PPM) di sektor pendidikan dan lingkungan hidup, kami berupaya menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi masyarakat," sambungnya.
Bangun Karakter untuk Masa Depan
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, mengapresiasi positif langkah MedcoEnergi. "Medco tidak melulu memperhatikan operasional perusahaan tetapi juga tergerak untuk menanamkan hal-hal yang sifatnya fundamental di dalam kehidupan sehari-hari, ada value masyarakat secara umum yang dibangun oleh Medco," kata Komaidi kepada OG Indonesia.
Komaidi menambahkan, MedcoEnergi tidak semata menjalan program CSR yang sifatnya seremonial atau pembangunan fisik tetapi melakukan perombakan perilaku serta membangun karakter positif yang akan berguna di masa depan, seperti upaya menanamkan perilaku peduli lingkungan sejak usia sekolah yang diterapkan di SMPN 3 Putik.
"Jadi kalau sejak dini sudah terbiasa peduli lingkungan, suatu saat nanti jika mereka sudah tumbuh dewasa dan bekerja pada pos dan perannya masing-masing maka karakter peduli lingkungan sudah melekat pada diri mereka sehingga hal tersebut bukan menjadi suatu yang berat tetapi sudah menjadi habit atau kebiasaan. Saya kira ini suatu hal yang sangat positif," tutup Komaidi. RH
