Hudi D. Suryodipuro, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas.
Tangerang Selatan, OG Indonesia -- Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro, menekankan pentingnya peran media dalam mendukung kelancaran operasional industri hulu minyak dan gas (migas) melalui pemberitaan yang berimbang.
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan edukasi media daerah yang digelar oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), antara lain bp Indonesia, ExxonMobil, Mubadala Energy, dan INPEX Indonesi didukung oleh SKK Migas, bekerja sama dengan Indonesia Business Post bekerja sama dengan Indonesia Business Post, Senin 19 Mei 2025, di Serpong, Tangerang Selatan
Menurut Hudi, peran media tidak hanya sebatas menyampaikan informasi, namun juga membantu meminimalisir disinformasi yang beredar di masyarakat dan pemangku kepentingan lokal terhadap proyek dan kegiatan operasi hulu migas.
“Kalau ada kendala dikarenakan disinformasi di daerah hingga proyek tertunda, yang paling dirugikan adalah masyarakat di daerah itu sendiri. Mereka akan terlambat menikmati manfaatnya,” ujarnya.
Edukasi ini menjadi bagian dari upaya membangun pemahaman media terhadap kompleksitas industri hulu migas, termasuk perbedaan antara sektor hulu dan hilir, serta pentingnya menyampaikan informasi teknis dengan bahasa yang mudah dimengerti publik.
Hudi juga menyoroti sejumlah tantangan global yang berdampak pada industri migas, seperti pertumbuhan ekonomi, konflik geopolitik, perubahan iklim, hingga transisi energi yang mendorong peningkatan kebutuhan gas dan pengembangan proyek rendah karbon seperti CCS/CCUS. Semua ini, kata Hudi, justru membuka peluang investasi hulu migas di Indonesia.
Dalam sesi edukasi tersebut, hadir pula sejumlah narasumber lain, antara lain A. Rinto Pudyantoro (Pengamat Energi dan Dosen Universitas Pertamina), Bobby Permana (Senior Policy Analyst Dirjen Migas Kementerian ESDM), Anggit Raksajati, Ph.D. (Dosen ITB), dan Pri Agung Rahmanto (Petrominer Institute).
Selain membahas tantangan industri, Hudi juga menjelaskan mekanisme kontrak kerja sama seperti Production Sharing Contract (PSC), skema cost recovery dan gross split, serta isu-isu seperti Participating Interest (PI) dan dana bagi hasil daerah yang kerap menjadi sorotan media lokal.
Ia berharap media mampu menjaga diskursus publik tetap berbasis fakta, serta membantu menjembatani komunikasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat. “Media harus mampu menerjemahkan isu teknis menjadi pemberitaan yang bisa dipahami masyarakat luas,” tambahnya.
Hudi juga mengutip poin penting dari buku Etika Jurnalisme Migas karya Agus Sudibyo yang menggarisbawahi pentingnya integritas, akurasi, dan kedalaman dalam peliputan isu migas.
Kegiatan edukasi ini juga sekaligus menjadi bagian dari rangkaian partisipasi media daerah dalam acara IPA Convex 2025, yang mempertemukan para pemangku kepentingan industri energi nasional dan internasional. RH