Blora, OG Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa sejak tahun 2008 sampai tahun 2024, lifting minyak Indonesia tidak pernah mencapai target APBN. Padahal jika melihat ke belakang, Indonesia pernah menjadi salah satu anggota OPEC sebagai negara penghasil minyak.
"Pada tahun 96-97, kalian mungkin belum lahir, saya waktu itu masih mahasiswa, lifting minyak kita itu sekitar 1.500.000 sampai 1.600.000 barel per day. Konsumsi kita waktu itu baru 500 ribu barel per day, ekspor kita 1 juta barel per day," cerita Bahlil di hadapan wisudawan pada kegiatan Wisuda ke-54 Sarjana Terapan Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas di Blora, Jawa Tengah, Kamis (17/7/2025).
Lalu dari sisi pendapatan negara Indonesia pada tahun 1996-1997 tersebut, dilanjutkan Menteri ESDM, sekitar 40% bergantung pada hasil migas.
"Sekarang lifting kita menurun terus dan di tahun 2024 lifting kita hanya 580 ribu barel per day," ucapnya. "Konsumsi nasional kita itu kurang lebih 1,6 juta barel per day jadi kita impor 1 juta barel per day," sambungnya.
Dia menambahkan, sekarang ini total beban impor Indonesia untuk crude oil, BBM, dan LPG mencapai Rp500 triliun per tahunnya. "Ini tantangan kita. Pertanyaannya adalah, apakah sumber daya alam kita sudah habis? Adik-adik semua, masih sangat banyak," ujarnya.
Dipaparkan oleh Menteri ESDM, masih ada 39.000 lebih sumur migas yang ada di Indonesia, di mana sekitar 16.000 sumur sudah berproduksi, dan sisanya sekitar 20.000 sumur tergolong sumur idle well atau sumur-sumur yang belum dikelola.
"Siapa yang akan mengelola ini semua? Harapan saya dan atas arahan Bapak Presiden kita ingin putra-putri terbaik yang akan mengelola sumber daya alam kita dan itu satu di antaranya ada pada kalian semua," pesannya. "Jadi jangan serahkan pengelolaan sumber daya alam kita kepada orang lain, usahakan di negara kita dahulu," sambungnya. RH
