Jakarta, OG Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menganggap transisi energi dengan pemanfaatan energi terbarukan berperang penting dalam mendukung terwujudnya Asta Cita nomor 2 yaitu swasembada energi dan ketahanan energi nasional yang terus digaungkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menjadi andalan pembangkit listrik dari energi terbarukan di Indonesia.
Foto: Ridwan Harahap
"Kita mendukung transisi energi untuk mendukung program Asta Cita dan ketahanan energi nasional," kata Yoga Marantika, Koordinator Kelompok Kerja Hukum, Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM, dalam media training "Energi Bersih: Potensi, Bisnis Proses dan Outlook" yang diselenggarakan secara daring oleh Pamerindo Indonesia, Lembaga Inovasi Energi Teknologi Nusantara (LIENTERA), dan PT Radiant Teknologi Global (RTG), Sabtu (28/6/2025).
Dia membeberkan bahwa saat ini ketahanan energi nasional Indonesia masuk kategori Tahan. "Berdasarkan indeks ketahanan energi nasional yang kami dapatkan di tahun 2023, skornya 6,64 dari 10. Di sini skor tersebut menunjukkan bahwasannya Indonesia berada dalam kriteria Tahan untuk ketahanan energinya," ucapnya.
Yoga menguraikan ada empat parameter yang diukur terkait ketahan energi dari suatu negara ini yaitu Availability (ketersediaan energi), Accessibility (akses energi), Affordability (keterjangkauan), dan Acceptability (ramah lingkungan).
![]() |
Potensi energi terbarukan dari berbagai wilayah di Indonesia. |
Dari beberapa sumber energi terbarukan yang ada, energi panas bumi merupakan sumber energi yang telah mapan memasok listrik ke PLN karena sifatnya yang cocok dijadikan base load alias daya listrik minimum yang dibutuhkan oleh suatu sistem tenaga listrik secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu.
"Panas bumi sifatnya konstan, tidak ada intermetensi seperti surya dan angin, sehingga panas bumi ini bisa menjadi backbone sistem ketenagalistrikan," terangnya seraya mencontohkan potensi panas bumi pulau Jawa yang mencapai 7,7 GW sudah banyak termanfaatkan dalam sistem ketenagalistrikan di Jawa, madura, Bali (Jamali).
Satu lagi energi terbarukan yang bisa diandalkan untuk ketenagalistrikan karena sifatnya yang konstan adalah energi hidro. Kementerian ESDM memetakan banyak potensi energi hidro dari sungai-sungai dan waduk/bendungan yang ada, khususnya di pulau Sumatra, Kalimantan, serta Maluku dan Papua.
Sementara untuk energi surya, Yoga menerangkan, sebagai negara tropis Indonesia juga memiliki wilayah yang paparan radiasi sinar mataharinya bisa bersinar sepanjang tahun. "Ini bisa menjadi solusi untuk melistriki kawasan-kawasan yang remote dan bisa dilakukan secara off grid dalam satu lingkungan masyarakat," tuturnya.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2025-2034 yang baru dikeluarkan Pemerintah, total pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) mencapai 52,7 GW dari total bauran energi dalam RUPTL yang sebesar 69,5 GW. Porsi EBT tersebut setara 76% menjadikan RUPTL 2025-2034 sebagai RUPTL terhijau.
Jika dihitung lebih lanjut, dari rencana tersebut akan terdapat investasi proyek EBT senilai Rp 1.682,4 triliun serta dapat menyerap tenaga kerja untuk green jobs hingga 760.000 orang. Sementara untuk penurunan emisi ditargetkan bisa mencapai 129,5 juta ton CO2.
"Indonesia memiliki komitmen untuk menurunkan emisi GRK (gas rumah kaca) sesuai dengan Enhanced NDC. Sektor energi ditargetkan untuk menurunkan emisi GRK sebesar 358 juta ton CO2. Kontribusi terbesar berasal dari program energi terbarukan sebesar 51% dan efisiensi energi sekitar 37%," tegas Yoga. RH
