Penampakan alat In-Line Inspection Intelligence Pigging Ultrasonic Tool (ILI UT) yang diberi nama PERTASTREAM. Foto-foto: Dok. Pertamina Group |
Cilegon, OG Indonesia – Bentuknya seperti barbel, namun terlihat ada tambahan beban di tengahnya. Fungsinya spesifik, untuk melakukan inspeksi pipa minyak dan gas bumi (migas) dengan memasukkannya ke dalam jaringan pipa. PERTASTREAM, demikian alat ini diperkenalkan. Dapat pula disebut In-Line Inspection Intelligence Pigging Ultrasonic Tool (ILI UT) atau alat untuk pigging alias inspeksi pipa yang berbasis ultrasonik.
Asal tahu saja, dalam industri migas, pigging merupakan kegiatan peluncuran benda yang disebut PIG (Pipeline Inspector Gauge) untuk membersihkan dan melakukan inspeksi ke dalam suatu sistem perpipaan. Tapi ada juga yang mengatakan alat tersebut dinamakan “pig” karena mengeluarkan bunyi menguik seperti suara hewan babi waktu bekerja di dalam pipa. Ada juga yang menyebut “pig”karena alat tersebut penuh dengan lumpur seperti babi saat dikeluarkan dari pipa.
PERTASTREAM baru saja diluncurkan PT Elnusa Tbk (Elnusa) yang merupakan bagian dari Subholding Upstream Pertamina, bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT Pindad, pada Selasa (19/8/2025) di workshop PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK) yang berlokasi di Merak, Kota Cilegon, Banten. Nah hebatnya, perangkat ini merupakan alat inspeksi pipa berbasis ultrasonik pertama yang sepenuhnya dikembangkan di Indonesia.
Sinergi Strategis Antar BUMN
Simon Aloysius Mantiri, Direktur Utama PT Pertamina
(Persero), mengatakan terwujudnya teknologi ILI UT sebagai bukti nyata dari
kekuatan kolaborasi antar anak negeri. “Pertamina bangga bisa berinovasi
bersama putra-putra terbaik bangsa, termasuk Pindad, yang telah melahirkan
karya membanggakan. Teknologi dan inovasi yang dihasilkan mencerminkan semangat
mengisi kemerdekaan dengan pembangunan berkelanjutan,” ucap Simon saat
memberikan sambutan pada peluncuran PERTASTREAM.
Pengembangan PERTASTREAM cukup cepat. Sejak diteken nota kesepahaman pada Februari 2025 ternyata pada momen Hari Kemerdekaaan ke-80 RI produknya sudah dapat diluncurkan oleh Pertamina, Elnusa, dan Pindad.
Capaian ini tentu
menjadi bukti sinergi strategis antar BUMN, di mana Elnusa lewat EFK
mengerjakan desain, fabrikasi, dan pengujian prototipe. Lalu, Pertamina
mendukung dari sisi riset dan integrasi teknologi. Sedangkan Pindad
berkontribusi dalam kegiatan produksi komponen mekanis berpresisi tinggi.
Agar lebih kompak lagi sesama anak negeri, Simon pun
mengajak semua pihak untuk bersatu dalam langkah besar menuju Indonesia maju
dan berdaulat energi. “Tentunya dengan (dukungan) Danantara Indonesia dengan
seluruh elemen masyarakat, akademisi, perguruan tinggi, industri, dan semua
kita bersatu, kita akan wujudkan Indonesia Incorporated,” tegasnya.
Tak Perlu Hentikan Aliran Migas di Dalam Pipa
Dalam kegiatan pigging, sebelumnya biasa dipakai cara konvensional yaitu dengan Magnetic Flux Leakage (MFL). Tetapi berkat inovasi anak-anak negeri, PERTASTREAM hadir lebih ringan, efisien, serta kompatibel dengan proses inspeksi maupun mechanical de-coking.
Apalagi inovasi “babi pintar” ini juga dilengkapi dengan kemampuan ultrasonik sehingga lebih efektif dalam memeriksa cacat
internal dan eksternal pada pipa migas secara lebih presisi. Tak hanya itu,
tanda-tanda korosi, retakan, tebal pipa, hingga deformasi pipa pun dapat dideteksi
oleh perangkat ini.
Masih ada lagi kemampuan untuk mengenali retakan kompleks seperti stress corrosion cracking (SCC), yang dilengkapi dengan kapabilitas mengolah data dalam jumlah besar dengan kualitas sinyal optimal.
Tak heran, untuk hasil inspeksinya memiliki tingkat akurasi sangat tinggi,
mencapai 90% pada kecepatan 0,1–1 meter per detik. Belum lagi alat ini juga
memiliki sistem navigasi cerdas yang membuat mampu melakukan manuver melewati
tikungan tajam, variasi diameter pipa, hingga kondisi aliran yang bertekanan
tinggi saat berada di dalam pipa.
Untuk yang terakhir disebut, perangkat ini memang tetap
mampu bekerja pada tekanan tinggi tanpa perlu menghentikan aliran migas yang
ada di dalam pipa. Dalam kacamata bisnis perusahaan, keunggulan ini tentunya
menjadi nilai plus yang sangat penting dalam menjaga keberlangsungan operasi
perusahaan. Tanpa penghentian operasi, kerugian dapat ditekan dan gangguan
pasokan migas dapat dihindari.
Perangkat ILI UT hadir dengan sejumlah keunggulan, salah satunya tidak perlu menghentikan aliran migas di dalam pipa saat alat ini digunakan. |
Perlu diketahui, dengan wilayah yang terbentang luas dan tersebar di banyak pulau, Indonesia memiliki jaringan pipa migas yang total panjangnya lebih dari 21.000 kilometer dari sektor hulu, midstream, hingga hilir, dengan sekitar 575 segmen pipa yang membutuhkan inspeksi.
Kondisi ini
tentunya menjadi pasar yang ideal dari produk ILI UT sebab aktivitas pigging
menjadi rutinitas wajib dan terbesar dalam kegiatan Operational &
Maintenance dari setiap perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Apalagi
jika produk ini nanti bisa menembus pasar global.
Kunci Menuju Ketahanan dan Swasembada Energi
Dengan perusahaan nasional yang berdikari mampu buat alat intelligence
pigging secara mandiri tentunya ada potensi pemasukan yang cukup besar dari
aktivitas pemeliharaan jaringan pipa yang ada di dalam negeri. Di mana lewat
teknologi ILI UT yang sepenuhnya dimiliki Elnusa membuka peluang peningkatan
nilai tambah hingga +70% dibandingkan metode konvensional.
Jika dioptimalkan teknologi karya anak bangsa ini juga dapat menyokong berjalannya kegiatan operasi migas nasional dengan biaya lebih efisien serta kompetitif. Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza.
Menurutnya inovasi
teknologi Merah Putih dapat menjadi kunci dalam peningkatan produksi migas nasional
dalam mewujudkan target produksi minyak nasional sebesar 1 juta barel per hari
(BOPD) dan gas bumi mencapai 12 miliar standar kaki kubik per hari (MMscfd)
pada tahun 2030. Hal ini juga sejalan dengan komitmen Pertamina dalam mendukung
program Asta Cita dari Presiden Prabowo Subianto dalam memperkuat ketahanan
energi dan mewujudkan swasembada energi.
“Sejumlah inovasi sudah diuji lapangan dengan hasil
signifikan, misalnya peningkatan produksi hingga tiga kali lipat di beberapa
sumur. Harapannya, teknologi Merah Putih dapat memperkuat posisi Pertamina
bukan hanya sebagai operator, tapi juga produsen teknologi energi,” ucap Oki.
Simbol Kemandirian Negeri
Mochamad Iriawan, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero),
menyampaikan apresiasinya atas peluncuran ILI UT yang menjadi sejarah baru pengembangan
teknologi migas bagi Pertamina dan Indonesia. “Keberhasilan ini menegaskan
bahwa kolaborasi tidak boleh berhenti pada prototipe, tetapi harus terus
dikembangkan hingga tahap industrialisasi,” pesannya.
Direktur Utama PHE, Awang Lazuardi, juga menyampaikan
apresiasi atas capaian inovasi yang dilakukan Elnusa sebagai bagian dari Subholding
Upstream yang dipimpin PHE. “PHE berkomitmen mendorong anak-anak usaha untuk
terus melahirkan inovasi yang memperkuat ketahanan energi nasional.
Keberhasilan peluncuran ILI UT ini adalah bukti nyata karya anak bangsa yang
mampu menghadirkan teknologi kelas dunia, sekaligus menjadi simbol kemandirian
energi Indonesia,” kata Awang.
Kehadiran PERTASTREAM menjadi bukti kemampuan anak negeri dalam melakukan inovasi dan mengembangkan teknologi sesuai kebutuhan yang ada. |
Sementara itu Direktur Utama Elnusa, Bachtiar Soeria
Atmadja, menegaskan bahwa inovasi PERTASTREAM menjadi tonggak penting dalam
mewujudkan kemandirian energi nasional. “PERTASTREAM bukan hanya solusi teknis,
tetapi simbol kemandirian kolaborasi dalam membangun masa depan energi
Indonesia yang berkelanjutan,” ucap Bachtiar.
Hadirnya PERTASTREAM tentunya akan mengurangi ketergantungan industri migas dalam negeri pada teknologi impor. Apalagi lewat kegiatan fabrikasi di dalam negeri pastinya akan turut mendukung pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) selama proses produksinya.
“Melalui inovasi ini,
Pertamina Group berkomitmen terus mengembangkan teknologi dalam negeri demi
menuju kemandirian energi dan meningkatkan kepercayaan global pada kemampuan
rekayasa Indonesia,” tambah Bachtiar.
Sedangkan Sigit P. Santosa, Direktur Utama PT Pindad,
menyebut kolaborasi antara Pertamina Group dengan Pindad menjadi bukti nyata
sinergi BUMN yang berhasil menghasilkan produk berkelas dunia. “Kerja sama ini
adalah milestone penting yang membuktikan sinergi BUMN tidak hanya
berhenti di MoU, tapi nyata menghasilkan produk,” ucap Sigit.
Ditambahkan olehnya, Pindad terus berkomitmen untuk mendukung
Pertamina dan Elnusa agar dapat mandiri dari teknologi asing. Dia pun berharap
ke depannya kolaborasi dapat terus berlanjut dan menghasilkan lebih banyak
inovasi. “Harapan kami kerja sama yang dibangun ini tidak akan berhenti di satu
produk saja,” pungkasnya. RH