Dari Teman Istimewa sampai Eks Pekerja Migran, KPI Tumbuhkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kilang

Para teman tuli melayani dengan sepenuh hati di kedai kopi Teman Istimewa, Indramayu.
Foto-foto: Ridwan Harahap

Indramayu-Cilacap, OG Indonesia –
Suasana kedai kopi Teman Istimewa malam itu lebih ramai dari biasanya. Selain ada beberapa pengunjung biasa yang asyik menyesap kopi sembari mengudap pisang goreng atau kentang goreng, rupanya ada rombongan tim Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan para jurnalis media massa nasional yang tengah berkunjung ke tempat nongkrong anak muda Indramayu yang dikelola oleh teman-teman tuna rungu atau tuli tersebut.

Suasana semakin cair dan penuh tawa ketika Muhammad Fachri, karyawan Kopi Teman Istimewa, dadakan menjadi juru bahasa isyarat dan mengajarkan para awak media dasar-dasar bahasa isyarat. Mulai dari sapaan ‘halo’, ‘terima kasih’, hingga ‘selamat tinggal’ serta sapaan sederhana lainnya.

Namun yang paling seru saat mengenal alfabet Bisindo atau Bahasa Isyarat Indonesia. Mulai dari huruf A yang cara menunjukannya dengan merapatkan kedua telunjuk di atas dan kedua jempol di bawah secara bersamaan sehingga membentuk segitiga, sampai huruf Z yang bentuknya seperti jurus ular hendak mematuk. Saat para jurnalis ditantang memperagakan ejaan nama masing-masing dalam bahasa isyarat, ternyata banyak yang berhasil menunjukannya walaupun agak tersendat.

Kedai kopi Teman istimewa yang berlokasi di Jl. Istiqomah, Kelurahan Lemahmekar, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ini lahir dari Program Pemberdayaan Inklusi Teman Istimewa (PERINTIS) yang diinisiasi oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) VI Balongan. Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ini ingin memberikan pemberdayaan bagi tuna rungu lewat upaya penciptaan ruang inklusi, kesempatan kerja, serta keterlibatan dalam mengatasi permasalahan lingkungan.

Ada tiga bidang dari Program PERINTIS ini yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Untuk bidang ekonomi berfokus pada bisnis kedai kopi Teman Istimewa dan penjualan produk kreatif. Bidang sosial menggiatkan upaya pemberdayaan disabilitas untuk memenuhi hak dasar dan mengembalikan keberfungsian sosial. Sementara untuk bidang lingkungan turut melibatkan teman tuli dalam keberlanjutan lingkungan lewat pengelolaan sampah organik dan anorganik.

Lalu kenapa para teman tuli yang dilibatkan? Milla Suciyani, Pjs. Corporate Secretary KPI, mengungkapkan fakta bahwa rekan-rekan tuna rungu ternyata termasuk yang paling jarang diperhatikan dibandingkan penyandang disabilitas lainnya. “Sedari kecil teman-teman tuli ini kehilangan proses belajar yang bersifat verbal jadi mereka itu sulit tahu baik dan benar bagaimana, serta norma-norma yang ada seperti apa,” ungkap Milla di kedai Kopi Teman Istimewa, Jumat (17/10/2025).

Untuk itu para teman tuli yang selama ini terpinggirkan, termasuk di Indramayu, berupaya dirangkul oleh KPI. Di mana mereka dihadirkan dan diberikan ruang untuk berkumpul dan menjadi bagian masyarakat secara keseluruhan tanpa batasan eksklusif. Hadirnya kedai kopi Teman Istimewa bukan hanya menjadi penunjang ekonomi bagi para teman tuli yang bekerja sebagai barista dan pramusaji di sana, melainkan tempat tersebut menjadi collaboration hub sebagai wadah berbagai rangkaian kegiatan kreatif dan pengelolaan lingkungan secara bersama. Hebatnya lagi, kedai kopi Teman Istimewa ini sekarang juga jadi tempat magang dari siswa enam SLB yang ada di Indramayu.

Satu kisah sukses dari kedai kopi Teman Istimewa adalah Saefudin, barista tuli yang kini sudah punya usaha kedai kopi di rumahnya sendiri dan membuka lapangan kerja baru di tengah masyarakat. Kendati demikian, kesibukan di Teman Istimewa masih ia lakoni. “Jadi sekarang ini sudah ada empat UMKM baru dari kegiatan Teman Istimewa ini,” cerita Milla tentang keberhasilan replikasi usaha oleh teman tuli dari pengalaman mereka bekerja di kedai kopi Teman Istimewa.

Milla juga menginformasikan bahwa Program PERINTIS juga punya kegiatan pengolahan sampah, di mana para teman tuli mengolah sampah seperti dari plastik bungkus kopi atau botol minuman menjadi produk kreatif yang lebih bernilai seperti tempat tisu sampai plakat atau kenang-kenangan. “Harapannya program ini dapat berperan dalam mengatasi isu nasional mengenai disabilitas yang memiliki masalah mengenai keterbatasan akses mengenai pekerjaan pasca lulus sekolah sebagai ruang kehidupannya,” ujar Milla.

Ubah Sawah Tak Produktif Jadi Kebun Mangga Bernilai Jual Tinggi

Masih dari tanah Indramayu, KPI RU VI Balongan juga membawa berkah bagi Kelompok Tani Wong Tanggul Ceblok (WTC). Lewat konsep Eduwisata Agrimania, Kelompok Tani WTC bisa mengolah lahan bekas area sawah yang tidak produktif untuk ditanami mangga Agrimania yang bernilai jual tinggi. Kebun dan lahan usaha mangga Agrimania tersebut terhampar di tanah milik Pertamina seluas 4,5 hektare yang berada di kawasan Komplek Bumi Patra, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Indramayu.

“Awal mulanya di lahan perumahan Bumi Patra ada lahan yang tidak dipakai, dulunya ditanami padi. Berhubung tanaman padi hasilnya tidak pernah memuaskan jadi tim dari Pertamina menggantinya dengan tanaman mangga Agrimania,” cerita Salamun, Ketua Kelompok Tani Wong Tanggul Ceblok, di kawasan Eduwisata Agrimania, Indramayu, Jumat (17/10/2025).

Dia mengungkapkan lahan bekas sawah tersebut mulai berubah menjadi kebun mangga Agrimania sejak tahun 2018. Sebagai informasi, mangga Agrimania telah luas dikenal sebagai buah mangga inovasi Haji Urip asal Indramayu yang kini memperkaya khazanah buah mangga dari kabupaten yang dipimpin oleh Lucky Hakim tersebut. Buah mangga jenis ini memiliki buah yang lebih besar dari mangga pada umumnya dengan warna kulit hijau kekuningan dan merah jika sudah matang. Buahnya harum dan daging buahnya padat dengan biji yang kecil. Rasa buahnya manis serta tidak berserat, membuat banyak orang ketagihan jika telah mencobanya.

Mangga Agrimania yang buahnya relatif besar jadi andalan Kelompok Tani Wong Tanggul Ceblok. 

Kelompok Tani WTC dengan 12 anggotanya yang tinggal di kawasan sekitar Komplek Bumi Patra saat ini merawat sekitar 630-an pohon mangga di kawasan Eduwisata Agrimania. Tak semuanya Agrimania, sebab ada juga jenis mangga Irwin, Kensington, Mahatir, Kiojay, hingga Miyazaki. “Tetapi yang utama adalah mangga Agrimania,” tegas Salamun.

Untuk mangga Agrimania, Salamun mengatakan dalam satu tahun bisa sampai dua kali panen jika cuacanya sedang bagus. “Paling banyak omzetnya itu di tahun 2023, mencapai Rp200 juta. Itu hampir delapan ton sekali panen,” ujarnya.  

Salamun menambahkan untuk produksi mangga Agrimania dari Kelompok Tani WTC sudah dipasarkan mulai dari Indramayu, Jakarta, Bandung, Sukabumi, Yogyakarta, Padang, hingga Bali. Harga mangga Agrimania dari kebun dibanderol Rp50 ribu per kilogram. Sementara jika sudah di pasaran bisa mencapai Rp65 ribu per kilogram. “Selain menanam ada juga pembibitannya di sini, dijual bibitnya juga,” terang Salamun.

Kelompok Tani WTC menghargai dukungan dari pihak Pertamina lewat KPI RU VI Balongan, mulai dari dukungan awal kegiatan perkebunan mangga Agrimania melalui bantuan pupuk sampai obat-obatan tanaman. “Kami dari Kelompok WTC tinggal menjalankan perawatan saja, untuk penjualannya juga dibantu,” imbuh Salamun.

Olah Sampah Secara Mandiri di Kutawaru

Sekitar 221 kilometer arah selatan dari Indramayu tepatnya di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kilang Pertamina Internasional juga memberdayakan masyarakat sejak tahun 2022 lewat Program Masyarakat Mandiri Kutawaru (MAMAKU). Program yang dijalankan KPI RU IV Cilacap ini menargetkan kelompok rentan seperti eks Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan Anak Buah Kapal (ABK), perempuan rumah tangga miskin, buruh kasar serabutan, serta anak-anak sekolah dan masyarakat rawan bencana yang banyak terdapat di Kelurahan Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Wilayah Kutawaru yang berpenduduk sebanyak 15.000 jiwa dengan 3.500 Kepala Keluarga (KK), sejatinya tak begitu jauh dari lokasi Kilang Cilacap. Hanya dipisahkan perairan laut yang bisa diseberangi dengan perahu compreng sekitar 25 menit. Namun jika mau lewat jalur darat, perjalanan menjadi jauh lebih lama yaitu sekitar 2,5 jam karena harus berputar dulu ke arah utara. Jika lewat laut, sesampainya di Dermaga Kutawaru sudah tersedia transportasi seperti odong-odong yang bisa dipakai untuk mengakses daerah-daerah di kawasan Kutawaru.

Dengan naik odong-odong, pada Sabtu (18/10/2025) sore, rombongan PT KPI dan awak media massa nasional tiba di Kutawaru, tepatnya di lokasi Bank Sampah Abhipraya. Terlihat banyak ibu-ibu sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang sibuk memilah sampah. Ada yang membersihkan botol dan gelas plastik bekas air mineral. Ada pula yang tekun menganyam aneka kerajinan tangan. Bahan untuk anyamannya macam-macam, ada yang dari daun nipah, ada pula yang dari plastik bekas kemasan kopi sachet, mie instant, dan sebagainya.

Para ibu yang sebagian mantan Pekerja Migran Indonesia masih terus berdaya guna lewat kegiatan Bank Sampah Abhipraya di Kutawaru, Cilacap.

Diterangkan Herry, Ketua Bank Sampah Abhipraya, salah satu isu di Kutawaru adalah permasalahan sampah karena lokasi geografisnya yang jauh sehingga harus bisa mengolah sampah secara mandiri. Karena itu program MAMAKU menghadirkan salah satu lingkup aktivitas program yaitu Pengelolaan Sampah Terpadu, di samping kegiatan Wisata Kampung Kepiting, Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), dan Pasar Masyarakat. “Kenapa ada bank sampah di sini? Karena di sini tidak ada TPA (Tempat Pembuangan Akhir sampah) sehingga dari program MAMAKU membuat bank sampah di sini,” terang Herry.

Dia memaparkan, Kilang RU IV Cilacap banyak membantu terkait bank sampah ini, mulai dari bantuan mesin pencacah sampah plastik, pelumer dan pirolisis, komposter dan rumah magot, sampai dukungan pada pembentukan ruang kreatif terkait isu lingkungan. Untuk mendukung pekerjaan warga di bank sampah, pihak Pertamina membangun PLTS dengan kapasitas 6.200 Wp (Watt Peak). Berkat dukungan tersebut, Bank Sampah Abhipraya mampu mengolah sampah organik dan anorganik yang jumlahnya sekitar 4,5-6 ton per tahun.

Ada ekonomi sirkular yang bergulir karena sampah tersebut bisa diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat. Seperti lewat kehadiran mesin pencacah plastik mampu mempermudah dalam mencacah plastik serta menghadirkan inovasi filter mikroplastik pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar air tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman.

Lalu untuk pelumer pirolisis dapat menghasilkan minyak sampah serta paving blok plastik sampah. Kehadiran komposter dan rumah magot tentunya dimanfaatkan untuk membuat kompos organik dan pakan magot. Sedangkan ruang kreatif yang ada melahirkan aneka ide kreatif seperti kerajinan besek, polybag organik, produk anyaman welit atau atap dari daun kelapa, kreasi plakat dan palet, hingga rumah susun kepiting dan wadong sampah.

Icip-icip Kuliner Laut di Kampoeng Kepiting

Dengan mengolah sampah secara mandiri, warga Kutawaru sukses mengurangi sampah hingga 80 persen dari sampah-sampah yang ada di Kutawaru yang sebelumnya berceceran di jalan dan sungai. Hasilnya, Kutawaru kini menjadi lebih bersih dan hijau sehingga bisa semakin menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Kutawaru. Apalagi saat ini di Kutawaru juga sudah ada Kampoeng Kepiting yang sekarang jadi favorit tempat berkunjung banyak orang yang ingin mencicipi aneka sea food.

Kampoeng Kepiting tak jauh lokasinya dari Bank Sampah Abhipraya. Jika naik odong-odong seperti yang dilakukan rombongan KPI dan jurnalis, hanya memakan waktu empat menit saja. Di pintu masuk pengunjung akan disambut tulisan besar Kampoeng Kepiting pada perahu yang di atasnya ada kepiting raksasa yang berkumis dan memakai topi ala Chef.

Kampoeng Kepiting di Kutawaru kini jadi destinasi kuliner yang banyak dikunjungi warga Cilacap bahkan dari daerah lain di luar Cilacap.

Masuk ke dalam banyak saung-saung untuk tempat makan yang dihubungkan dengan jalan setapak kayu di atas hutan mangrove. Di salah satu saung, OG Indonesia segera melepas lelah. Ternyata di sana sudah tersedia tempat makan lesehan yang mejanya telah penuh dengan aneka hidangan. Ada bala-bala alias bakwan, pisang goreng, kepiting cangkang lunak goreng tepung, tempe mendoan, hingga minuman kelapa muda. Menu lainnya, masih ada lagi beragam sajian ikan dari kakap hingga kerapu, lalu cumi, kepiting cangkang keras, sampai udang windu.

Rato, Ketua Program MAMAKU yang juga local hero dari Kutawaru menyampaikan berbagai kegiatan yang didukung KPI RU IV Cilacap menumbuhkan kemandirian di tengah masyarakat Kutawaru yang selama ini terpinggirkan. “Dari program MAMAKU ini, banyak sekali warga yang akhirnya terbantu secara ekonominya,” ucapnya.

Kiranya, Kilang Pertamina Internasional bukan hanya menggerakkan negeri lewat olahan energinya. Tetapi juga mengolah kemandirian masyarakat di sekitar kilang sehingga terus tumbuh menjadi lebih kuat dan berdaya. RH

Dari Teman Istimewa sampai Eks Pekerja Migran, KPI Tumbuhkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kilang Dari Teman Istimewa sampai Eks Pekerja Migran, KPI Tumbuhkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kilang Reviewed by Ridwan Harahap on Minggu, Oktober 26, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.