Terbang Tinggi Bersama Jelantah: Pertamina Gulirkan Inisiatif Hijau dari Hulu hingga Hilir

Ali kini rutin menyetor minyak jelantah yang dikumpulkannya ke dalam UCOllect Box di SPBU MT Haryono, Tebet, untuk ditukar dengan rupiah.
Foto: Ridwan Harahap

Jakarta, OG Indonesia –
Motor Honda Vario berwarna silver yang dikendarai Ali pelan-pelan membelah salah satu sisi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) COCO (Company Own Company Operate) MT Haryono dengan kode 31.128.02 di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Di belakangnya duduk membonceng keponakan Ali yang memegang dua jeriken berisi minyak jelantah, sisa menggoreng dari rumah Ali. Mereka mengarah ke salah satu sudut SPBU menuju mesin UCOllect Box.

Suasana SPBU yang dikelola langsung oleh Pertamina tersebut terbilang ramai sore itu. Maklum, jam pulang kantor. Terlihat antrean cukup panjang baik di jalur mobil ataupun motor. Aktivitas Ali dan keponakan yang membawa jeriken ternyata menarik perhatian sejumlah pengendara motor yang tengah mengantre. Mereka penasaran ketika Ali dibantu keponakannya membuka UCOllect Box dan menuangkan minyak jelantah dari jeriken ke dalamnya.

“Saya tinggal di Kalibata, kalau isi bensin sering ke sini. Awalnya dulu pas lihat tempat ini (UCOllect Box), wah apaan nih? Ternyata tempat penukaran minyak jelantah, wah boleh juga nih kata saya,” cerita Ali sambil tertawa kepada OG Indonesia, Rabu (15/10/2025).

Setelah itu Ali segera mengingatkan keluarganya di rumah agar tidak membuang sisa minyak jelantah dari dapur. Dia pun mengunduh aplikasi UCOllect by nooveleum yang dipakai sebagai sarana untuk menghitung donasi dan mengkonversi minyak jelantah yang dituang ke UCOllect Box menjadi saldo e-wallet. Sebagai informasi, UCOllector atau masyarakat yang mengumpulkan minyak jelantah di UCollect Box akan mendapatkan saldo e-wallet Rp6.000 dari tiap liter minyak jelantah yang dia kumpulkan.

Dari dua jeriken yang dibawanya, sore itu Ali bisa menyetor sekitar 7 liter atau senilai Rp43.000. “Alhamdulillah lumayan buat nambah beli beras,” tutur Ali yang sehari-hari mencari nafkah sebagai pekerja proyek. Ali mengapresiasi inisiatif hijau dari Pertamina yang turut melibatkan masyarakat ini. “Kalau menurut saya bagus karena minyak jelantah kan selama ini kita buang gitu aja, kalau lewat ini lebih ramah lingkungan,” sambungnya.

Diungkapkan Putra, Pengawas SPBU COCO MT Haryono di Tebet, setiap hari ada saja masyarakat yang menyetor ke UCOllect Box yang merupakan box tempat pengumpulan minyak jelantah atau used cooking oil (UCO) sebagai bagian dari gerakan hijau yang dijalankan Pertamina. “Ada. Setiap hari ada saja, rata-rata ibu-ibu,” terang Putra kepada OG Indonesia kala ditemui di kantor SPBU, Rabu (15/10/2025).

Dia menjelaskan, UCOllect Box yang ada mampu menampung minyak jelantah hingga 500 liter. “Itu biasanya dalam dua hari sudah penuh dan sudah bisa dikuras sama petugasnya,” ujar Putra.

Buka Ekonomi Sirkular di Tengah Masyarakat

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menerangkan bahwa Pertamina lewat anak usahanya Pertamina Patra Niaga turut melibatkan masyarakat untuk mengumpulkan UCO atau minyak jelantah yang pada akhirnya bisa diolah menjadi bioavtur Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk bahan bakar pesawat. “Harapannya, kegiatan ini mampu membuka peluang ekonomi sirkular di tingkat lokal yang menopang energi Indonesia,” ucap Simon dikutip dari keterangan resmi Pertamina, Rabu (20/8/2025).

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri tengah menuangkan UCO atau minyak jelantah ke dalam UCOllect Box. Menurutnya pelibatan masyarakat dalam mengumpulkan UCO untuk bahan baku SAF akan menggerakkan ekonomi sirkular di tengah masyarakat. 
Foto: Pertamina Patra Niaga

Inisiatif hijau dalam upaya menekan emisi karbon memang tengah digencarkan di dunia. Tak terkecuali Pertamina yang berusaha mewujudkan energi hijau lewat pemanfaatan minyak jelantah menjadi bioavtur. “UCO ini di-collect dengan tujuan nanti setelah terkumpul dapat menjadi komponen bio yang kemudian diolah bersama menjadi SAF sehingga menjadi BBM pesawat terbang yang ramah lingkungan,” kata Roberth MV Dumatubun, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, kepada OG Indonesia, Kamis (16/10/2025).

Roberth membeberkan untuk UCOllect Box saat ini tersebar pada 35 titik, dari lokasi SPBU-SPBU Pertamina, kantor Pertamina, Rumah Sakit IHC, agen LPG, dan lokasi lainnya yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Palembang, Banyuasin, Bandung, Semarang, Surabaya, Gresik, hingga Bali. “Daftar lengkap lokasi bisa dilihat melalui aplikasi MyPertamina atau di laman resmi mypertamina.id/ubah-jelantah-jadi-rupiah,” terang Roberth.

Produksi SAF di Unit THDT Kilang Cilacap

Lalu apakah Pertamina sudah mampu mengolah minyak jelantah yang selama ini dianggap limbah menjadi berkah sebagai bahan bakar pesawat? Ya, Pertamina lewat anak usahanya yaitu Kilang Pertamina Internasional (KPI) saat ini memang telah mampu mengolah UCO sebagai salah satu komponen untuk produk SAF pada Kilang Refinery Unit (RU) IV Cilacap di Jawa Tengah.

Pada Sabtu (18/10/2025), OG Indonesia dan beberapa media nasional menjadi saksi inisiatif hijau Pertamina di Kilang Cilacap saat berkunjung ke kilang di pantai selatan Jawa tersebut. Di mana rombongan KPI beserta awak media diajak berkeliling oleh General Manager Kilang RU IV Cilacap, Wahyu Sulistyo Wibowo, ke area kilang seluas 570 hektare tersebut. Saat tiba di unit Treated Distillate Hydro Treating (TDHT), rombongan yang turun dari bus disambut oleh suara gemuruh mesin yang terus menderu. Di sinilah minyak jelantah yang telah diuji secara menyeluruh diproses untuk menjadi SAF.

Sebagai informasi, Kilang Cilacap yang dibangun tahun 1974 dan mulai beroperasi tahun 1976 saat ini memiliki kapasitas pengolahan sebesar 348 MBSD (ribu/Miles Barrel Stream per Day). Dengan kapasitas tersebut, kilang ini mampu memproduksi jenis produk BBM Pertamina paling komplit, mulai dari produk Perta Series, solar, avtur, hingga yang teranyar adalah produk SAF.

Untuk yang terakhir disebut, Kilang Cilacap telah mampu mengolah 2,5% minyak jelantah dalam campuran bioavtur SAF. “PT KPI RU IV Cilacap telah berhasil mengolah 2,5 persen kandungan UCO, ini relatif beyond expectation,” ucap Wahyu seraya menambahkan bahwa saat ini Kilang Cilacap memiliki kapasitas pengolahan bioavtur sekitar 9.000 barel per hari.

Unit TDHT di Kilang Cilacap difungsikan untuk mengolah UCO menjadi produk SAF.
Foto: Dok. KPI
Dari spesifikasi teknis, bioavtur SAF yang diproduksi di Kilang Cilacap sudah memenuhi standar kualitas nasional lewat Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 70 Tahun 2025, serta standar internasional ASTM D1655 dan Defstan 91-091. Semua syarat tersebut penting dipenuhi agar bahan bakar yang dipakai aman digunakan pada pesawat terbang.

Dalam Peta Jalan Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) Indonesia, terdapat mandatori campuran UCO sebesar 1% mulai tahun 2027. Dengan kemampuan kilang KPI yang sudah bisa sampai 2,5% pada tahun 2025 ini, Kementerian ESDM lantas memasang target lebih tinggi lewat implementasi campuran UCO 3%.

“Kita sudah siap ya. Kalau disebutkan 1 persen, kita sudah 2,5 persen. Tinggal nanti kebijakan pemerintah seperti apa, Pertamina dan PT KPI pasti akan support, pasti akan melaksanakan kebijakan dari pemerintah pusat,” tuturnya.

Wahyu menerangkan target 3% dapat dicapai dengan kemampuan yang dimiliki anak bangsa saat ini yaitu dengan meng-upgrade dari sisi katalis yang digunakan. “Teknologi akan mengikuti dengan kebijakannya,” tegas Wahyu.

Seperti diketahui, dalam menghasilkan produk SAF, Pertamina melalui PT Pertamina Lubricants telah membentuk perusahaan patungan bersama PT Pupuk Kujang dan PT Rekacipta Inovasi ITB dengan nama PT Katalis Sinergi Indonesia (PT KSI) untuk menghasilkan produk Katalis Merah Putih. Sebagai catatan, produk katalis ini sangat penting dalam industri pengolahan minyak, kimia dan petrokimia, serta energi. 

Replikasi Produksi SAF di Kilang Pertamina Lainnya

Dalam kesempatan yang sama di Kilang Cilacap, Edy Januari Utama, VP Process & Facility PT KPI, menambahkan bahwa pengembangan kilang-kilang di Pertamina terus dilakukan guna memenuhi batasan spesifikasi. Contohnya kadar sulfur yang dari waktu ke waktu terus dikurangi sehingga produk BBM yang dihasilkan menjadi semakin baik kualitasnya.

Dua tangki tempat menyimpan UCO untuk diolah menjadi SAF di Unit TDHT Kilang Cilacap.
Foto: Dok. KPI
Termasuk pengembangan kilang yang terkait pelaksanaan proyek olah UCO menjadi SAF. “Seperti yang sudah kita lihat tadi, unit TDHT untuk menghasilkan produk biofuel seperti SAF,” kata Edy. Dia menuturkan, kesuksesan unit TDHT Kilang Cilacap menghasilkan SAF akan direplikasi ke kilang Pertamina lainnya sehingga kapasitasnya dapat mendukung pemenuhan mandat dari pihak regulator atau pemerintah.

Ada dua kilang Pertamina yang disebut siap menyusul Kilang Cilacap untuk mengolah UCO menjadi SAF yaitu Kilang Dumai dan Kilang Balongan. Hadi Siswanto, Manager Engineering & Development Kilang RU VI Balongan, saat menjawab pertanyaan OG Indonesia menerangkan aplikasi produksi SAF dengan campuran UCO dapat diterapkan pada unit Kero-HTU Kilang Balongan yang kapasitasnya sekitar 15 MBSD untuk produksi avtur.   

“Saat ini progress-nya sedang melakukan studi detail engineering sampai nanti target kami di bulan Januari (2026) sudah konstruksi. Untuk target uji cobanya kalau nggak Maret atau April (2026),” beber Hadi saat kegiatan kunjungan media ke Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat, Jumat (17/10/2025).

Terkait investasi untuk pengembangan produksi SAF di unit yang ada di Kilang Balongan, Hadi mengatakan dana yang dibutuhkan tidak besar. “Karena di Cilacap pun pada waktu itu kami hanya menggunakan dana operasional yang ada. Jadi tidak minta ke Jakarta karena hanya beli pipa, beli vessel, nggak nyampe Rp2 miliar,” cerita Hadi yang turut mengawal pengembangan unit pengolahan UCO jadi SAF di Kilang Cilacap sejak pertama diinisiasi tahun 2020.

Sukses Mengudara dalam Penerbangan Komersial

Dengan kemampuan anak bangsa sendiri, akhirnya pada 20 Agustus 2025 bahan bakar SAF secara resmi dipakai oleh penerbangan komersial. Anak usaha Pertamina yaitu maskapai Pelita Air memakai bioavtur SAF ini pada penerbangan rendah emisi untuk rute Jakarta-Denpasar. Sekitar 32 kilo liter Pertamina SAF dari Kilang Cilacap digunakan pada penerbangan tersebut.

Grace, salah seorang penumpang pesawat dalam penerbangan tersebut menceritakan perjalanan di udara terasa nyaman dan lancar serta tidak ada perbedaan berarti antara penerbangan berbahan bakar SAF dengan avtur konvensional. “Rasanya menggunakan pesawat yang memakai bahan bakar SAF tetap nyaman, smooth aja sih gak ada masalah, semua lancar,” ucap Grace seperti dikutip dari laman resmi Pertamina.

Hal tersebut diamini oleh R.A. Patria Rhamadonna Sy, Pj. Corporate Secretary PT Pelita Air Service. Dia mengungkapkan penumpang cukup mengapresiasi inisiatif Pelita Air yang sudah menggunakan SAF dalam penerbangannya. “Alhamdulillah dari penumpang responnya positif,” ujar Patria kepada OG Indonesia, Kamis (23/10/2025).

Dari sisi teknis terkait kinerja bahan bakar SAF pada pesawat, menurut pihak Pelita Air juga dinilai cukup baik. “SAF yang telah disetujui dan disertifikasi, dirancang agar bekerja dengan campuran avtur konvensional. Artinya, tidak ada modifikasi yang diperlukan pada mesin pesawat atau infrastruktur. Secara operasional, performa mesin pesawat setara dengan penggunaan avtur konvensional,” paparnya.

Maskapai Pelita Air telah menggunakan bioavtur SAF sebagai bahan bakar pesawat yang melayani rute Jakarta-Denpasar dan Jakarta-Singapura.
Foto: Dok. Pertamina
Ditambahkan oleh Patria, selain dipakai untuk rute Jakarta-Denpasar, saat ini Pelita Air juga telah menggunakan bahan bakar SAF pada pesawatnya yang melayani rute Jakarta-Singapura.

Dengan hasil yang telah digapai Pertamina dalam pengembangan UCO menjadi SAF dari hulu hingga hilir, menurut Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Oki Muraza menjadi bukti nyata komitmen Pertamina dalam memenuhi kebutuhan dunia aviasi global akan bahan bakar pesawat yang lebih hijau. 

Oki menguraikan bahwa kebutuhan bioavtur Indonesia sebesar 6 juta kiloliter (KL), demikian pula kebutuhan negara Singapura juga setara. “Itu 12 juta KL hanya dua negara. Jadi, harapannya Indonesia bisa menjadi hub untuk Sustainable Aviation Fuel ini,” kata Oki pada acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, Rabu (10/9/2025) lalu.

Untuk itu Indonesia perlu mewujudkan harga yang terjangkau dari produk SAF yang dihasilkannya. Oki mengungkapkan, salah satu caranya ya dengan memanfaatkan bahan baku yang ada di tengah masyarakat seperti UCO/minyak jelantah. “Kami bercita-cita akan membangun green refinery yang bisa 100 persen SAF dan nanti bisa menjadi sentra ekonomi baru di Indonesia,” sambungnya.  

Oki menegaskan, langkah Pertamina dari hulu hingga hilir dalam pengolahan UCO menjadi SAF menunjukkan komitmen hijau Pertamina sekaligus langkah nyata perusahaan dalam memperkuat ketahanan dan swasembada energi serta sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. RH

Terbang Tinggi Bersama Jelantah: Pertamina Gulirkan Inisiatif Hijau dari Hulu hingga Hilir Terbang Tinggi Bersama Jelantah: Pertamina Gulirkan Inisiatif Hijau dari Hulu hingga Hilir Reviewed by Ridwan Harahap on Kamis, Oktober 23, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.