Indramayu, OG Indonesia -- Keselamatan kerja di lingkungan kilang menjadi perhatian serius bagi Kilang Pertamina Internasional (KPI). Berbagai upaya pengetatan keselamatan dilakukan di semua kilang, termasuk Kilang Balongan yang berada di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Tak hanya berpegang pada SOP keselamatan kilang yang baku, General Manager Kilang Balongan, Yulianto Triwibowo mengatakan dia juga menerapkan falsafah Jawa dalam pengelolaan kilang, untuk memperkuat aspek keamanan dan keselamatan.
Filosofi Jawa itu yakni Titen dalam arti memerhatikan kondisi kilang, lalu Open yakni memelihara segala sesuatu yang ada di kilang dan Telaten yang berarti menjaga keberlanjutan kilang.
Selain itu, penguatan keselamatan di Kilang Balongan juga dilakukan dengan pendekatan PIP, yakni Patuh terhadap aturan, Intervensi saat ada kondisi tidak aman, dan Peduli terhadap sesama pekerja.
Yulianto Triwibowo mengatakan, keselamatan merupakan faktor yang penting dalam operasional, sebab kilang adalah kawasan yang tinggi risiko.
“Kita kalau mau masuk kilang banyak sekali peraturannya, tidak boleh bawa korek api, telepon selular, lalu wajib memakai Alat Pelindung Diri yang lengkap. Semua itu dilakukan karena operasional kilang berada di lokasi yang tinggi resiko,” ujar Yulianto, Jumat (17/10/2025).
Kilang Balongan berada di lahan seluas 250 hektare. Di dalamnya ada sekitar 70 tangki bahan baku dan produk, dengan kapasitas pengolahan sebesar 150 ribu barel per hari. Kilang ini memiliki kompleksitas tinggi yang ditandai dengan nilai indikator Nelson Complexity Index atau NCI di angka 11,9, tertinggi diantara semua kilang milik Pertamina. Semakin tinggi nilai NCI, maka kilang tersebut lebih mampu menghasilkan lebih banyak produk berkualitas tinggi dengan proses produksi yang lebih efisien.
Yulianto melanjutkan, beberapa upaya pengetatan aspek keselamatan di kawasan Kilang Balongan diantaranya dengan melakukan monitoring rutin. Monitoring dilakukan di semua unit yang ada di Kilang Balongan, seperti Distillation Treating Unit (DTU), Naphta Processing Unit (NPU), Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU), Hydrotreating Unit (HTU), dan Processing and Cracking Unit (POC) serta unit-unit pendukung lainnya.
“Unit-unit yang masuk dalam kategori kritikal mendapat perhatian lebih, sementara unit lain tetap dimonitor secara berkala,” ungkap Yulianto.
Tak hanya itu, lanjut Yulianto, Kilang Balongan juga menerapkan digitalisasi untuk memperkuat aspek keselamatan dalam kilang. Menurutnya, digitalisasi diterapkan pada peralatan-peralatan untuk mendeteksi kondisi anomali. Jika ditemukan hal tersebut, langkah penanganan segera dijalankan.
Tak kalah penting, menurut Yulianto, keselamatan dan keandalan peralatan di kawasan kilang juga didukung dengan pemeliharaan berkala, yakni kegiatan pemeliharaan menyeluruh yang melibatkan pembongkaran, pemeriksaan, perbaikan, dan penggantian komponen penting pada peralatan kilang. Dan setiap kegiatan pasca pemeliharaan, operator wajib melakukan pengecekan ulang. Checklist digunakan untuk memastikan semua komponen terpasang sesuai standar. Sebelum unit kembali beroperasi, dilakukan Pre-Start-Up Safety Review (PSSR) sebagai bentuk verifikasi akhir.
“Semua harus dicek, bautnya sudah kencang atau belum, kondisinya sudah standar atau belum, semua harus ada checklistnya, karena ada standar yang harus kita ikuti,” tandas Yulianto.
Meski begitu, aspek keselamatan di kilang bukan hanya sekadar prosedur, melainkan proses yang terus berbenah. Yulianto menegaskan, penerapan sistem keselamatan di kilang mengikuti prinsip learning from event, yakni belajar dari setiap kejadian, baik internal maupun eksternal. Menurutnya, setiap insiden yang terjadi dalam kilang, baik besar maupun kecil, menjadi pembelajaran bagi semua pihak, agar hal serupa tidak terulang di masa depan.
“Prinsip tersebut terus kami terapkan dan menjadi landasan dalam memperbaiki prosedur dan sistem keselamatan yang ada di dalam kilang. Sebab. keselamatan itu nomor satu. Lebih baik kami cerewet tapi kilangnya aman, karena nyawa tidak akan ada gantinya,” tutup Yulianto. RH
