Mantan Wamen ESDM: KKKS Bisa Hidup Kalau Harga Minyak US$ 30 Per Barel

Jakarta, OG Indonesia -- Harga minyak dunia saat ini sedang jatuh. Pada hari ini, Senin (27/4/2020), harga minyak mentah jenis WTI sebesar US$ 12,19 per barel. Sementara jenis Brent senilai US$ 19,61 per barel. Pada tanggal 21 April 2020 lalu bahkan harga minyak mentah WTI sempat tembus ke minus US$ 37,63 per barel. 

Menurut Rudi Rubiandini, Profesional Energi yang juga Wakil Menteri ESDM periode 2012-2013, sebuah lapangan migas di Indonesia masih bisa hidup jika harga minyak sebesar US$ 30 per barel. Sedangkan kalau mau nyaman maka harga minyak dunia harus berada pada kisaran US$ 40 per barel. 

"Lapangan masih bisa hidup itu kalau (harga minyak) di 30 (dollar AS per barel), yang saya katakan masih empat bulanan ke depan. Berapa dia bisa nyaman? Itu di 40 (dollar AS per barel) nanti, baru bisa nyaman," kata Rudi Rubiandini dalam Online Interactive Sharing bertema "Harga Minyak Negatif, Apa, Mengapa dan Sampai Kapan?" di Channel YouTube Energy Academy Indonesia, Senin (27/4/2020).

Diterangkan olehnya, lapangan-lapangan migas yang ada di Indonesia sendiri pada saat ini rata-rata ongkos produksinya sekitar US$ 19,71 per barel. Namun statusnya bervariasi sekali, ada lapangan yang mahal ongkos produksinya, ada yang rendah. "Lapangan mana saja yang bisa diselamatkan? Jelas, yang di bawah (ongkos produksinya di bawah US$ 19,71) semua masih hidup. Tetapi kalau yang di atas itu sangat berat," ungkapnya.

Dibeberkan olehnya, ada beberapa lapangan migas besar di Indonesia yang biaya produksinya masih di bawah US$ 19,71, yaitu BP Tangguh, ExxonMobil dengan Blok Cepu, dan ConocoPhillips dengan Blok Corridor. "Kita punya BP, Exxon dan Conoco, cukup rendah. Maka mereka bisa tenang-tenang saja, walaupun bisa mencoba (biayanya) lebih rendah lagi supaya ada delta yang lebih besar lagi," terang Rudi.

Sementara untuk yang produksinya besar tapi biaya produksinya relatif tinggi antara lain Chevron dengan Blok Rokan, PHM dengan Blok Mahakam, ENI, dan lapangan-lapangan Pertamina EP. Menurut Rudi, lapangan-lapangan tersebut harus bisa menurunkan biaya produksinya cukup rendah sehingga masih bisa ada margin keuntungan. 

Menurut perkiraan Rudi, perusahaan KKKS di Indonesia harus bisa bertahan dalam waktu sekitar 4 bulan ke depan di mana saat itu diperkirakan harga minyak bisa kembali ke US$ 30 per barel. 

"Nah kalau mau lebih nyaman tunggu harga 40 (dollar AS per barel). Kapan ini 40? Baru akhir tahun atau awal tahun depan. Kalau yang 30 dalam empat bulan ke depan, maka dalam empat bulan ke depan harus benar-benar dilakukan penyeleksian," pesannya. (RH/Migas Indonesia)
Mantan Wamen ESDM: KKKS Bisa Hidup Kalau Harga Minyak US$ 30 Per Barel Mantan Wamen ESDM: KKKS Bisa Hidup Kalau Harga Minyak US$ 30 Per Barel Reviewed by OG Indonesia on Senin, April 27, 2020 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.