“Teman Tuli” Pertagas Tetap Berdaya Hadapi Pandemi

Kegiatan pelatihan menjahit untuk "teman tuli" Kotugres.

Jakarta, OG Indonesia –
Dedikasi Innik Hikmatin untuk membuat kalangan difabel kian bermartabat selalu tinggi sejak dahulu. Dia tak menganggap pekerjaan sebagai guru Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai sebuah beban melainkan sudah menjadi panggilan hatinya. “Saya tidak pernah merasa sulit atau sedih, saya hanya terketuk hatinya,” ucap Innik ketika dihubungi OG Indonesia, Rabu (16/9/2020).

Saat itu pada tahun 1987, berbekal gelar Sarjana Muda D2 Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB), Innik dihadapkan pada pilihan tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena kendala biaya. Tetapi kesempatan lain terbuka. Dirinya diberi kesempatan untuk merintis SLB di wilayah tempat tinggalnya di Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lebih dari satu dekade kemudian, setelah dirinya menjadi Kepala Sekolah di SDN Mriyunan, Kecamatan Sidayu, kepeduliannya terhadap anak difabel tak pernah luntur. Di mana Innik menginisiasi sekolah inklusi yang menerima peserta didik dari anak berkebutuhan khusus (ABK).

Inisiatif dari Innik untuk memberikan kesempatan kepada ABK untuk mendapat pendidikan yang setara ternyata menuai apresiasi dari Dinas Pendidikan setempat. Karir Innik kemudian meningkat sampai diangkat menjadi Kepala UPT Resource Center (UPT RC) Dinas Pendidikan Gresik sejak tahun 2012. Di bawah kepemimpinannya inilah, UPT RC menjalin kerja sama dengan PT Pertamina Gas (Pertagas). Lagi-lagi untuk memberdayakan kaum difabel dengan membentuk Komunitas Tuli Gresik (Kotugres) pada Mei 2019 di mana dia menjadi pembinanya. 

Alhamdulillah dengan perhatian Pertagas, luar biasa perkembangannya untuk komunitas tuli yang ada di Kabupaten Gresik,” ujar Innik yang meraih gelar S1 Pendidikan Luar Biasa dari UNESA Surabaya. Innik mengibaratkan tim Pertagas yang mendatangi UPT RC Gresik sejak tahun 2018 sebagai berkah bagi komunitas tuli di Gresik. “Bahasa saya kiriman Allah, rezeki yang tidak terduga,” sambungnya.

Diceritakan Innik, anggota Kotugres yang terdiri dari 30 orang merupakan para tuna rungu yang dahulu merupakan murid-muridnya dan kini sudah masuk ke dalam usia produktif. Pelibatan mereka, diungkapkan Innik, karena sebagian besar dari mereka tidak memiliki pekerjaan yang tetap karena keterbatasan fisiknya. “Mereka sebenarnya punya potensi tetapi tidak punya modal karena status sosial ekonominya rendah dan perhatian dari lingkungan pun tidak ada,” papar peraih gelar Master di bidang Pendidikan Agama ini.

Kehadiran Pertagas, dikatakan Innik bak gayung bersambut. Dia pun bisa berharap lebih agar para tuna rungu yang disapanya dengan sebutan “teman tuli” bisa tambah berdaya dengan diberikan ilmu serta bantuan modal untuk usaha dari Pertagas. “Mereka bisa punya keterampilan menjahit, sablon, rias wajah, memasak dan sebagainya,” sebutnya.

Innik Hikmatin, Pembina Kotugres (paling kanan).

Innik pun membeberkan bantuan Pertagas kepada Kotugres untuk kegiatan usaha menjahit antara lain mesin jahit dan perlengkapannya, bahan-bahan kain sampai alat-alat sablon. Tak hanya itu, Pertagas juga membekali para “teman tuli” dengan pelatihan menjahit profesional. Tidak tanggung-tanggung, trainer dari ESMOD turut dilibatkan memberikan pelatihan keterampilan jahit serta bisnis fashion kepada mereka secara virtual. Pertagas juga rutin memantau perkembangan usaha jahit dari Kotugres sebulan sekali dan turut memberikan solusi jika ada kesulitan yang dihadapi.

Sebelum kehadiran Pertagas, para “teman tuli” hanya menjalani kegiatan usaha menjahit seadanya. Penghasilannya pun pas-pasan, hanya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu untuk setiap jasa menjahit yang dikerjakan. “Bisa dibilang tidak dihargai jasanya, seolah-olah karena dianggap tuna rungu maka dikasih apa adanya,” ungkap Innik. Berkat sentuhan Pertagas membuat para “teman tuli” bisa lebih berdaya saing. “Dengan diberikan banyak wawasan dan keilmuan tentang menjahit akhirnya ongkosnya menjadi Rp 50 ribu, Rp 70 ribu, sampai Rp 110 ribu,” lanjutnya.

Namun belakangan kondisi sempat menurun setelah adanya pandemi COVID-19. Kreativitas pun muncul dengan memproduksi masker karena banyaknya permintaan. “Selain membuat masker, mereka juga tetap mengikuti kegiatan pelatihan menjahit dengan ESMOD, sistemnya dengan daring dan luring,” tutur Innik. Saat ini setiap anggota Kotugres bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp 5,3 juta setiap bulannya dari kegiatan menjahitnya. “Di tengah situasi sulit seperti masa pandemi ini alhamdulillah mereka tetap bisa teratasi kesejahteraannya,” tambahnya.

Zainal Abidin, Manager Communication, Relations & CSR PT Pertamina Gas mengatakan bahwa Pertagas dalam mengembangkan program Community Development untuk masyarakat di sekitar wilayah operasinya selalu berdasarkan pemetaan permasalahan sosial di wilayah bersangkutan. Seperti yang dilakukan Pertagas Operation East Java Area yang melihat ada permasalahan sosial terkait penyandang disabilitas sehingga kemudian menggandeng Innik Hikmatin sebagai local hero kaum difabel di sana. Kabupaten Gresik sendiri merupakan salah satu kabupaten/kota di Jawa Timur yang memiliki jumlah difabel terbesar di Jawa Timur berdasarkan data Dinas Sosial Jawa Timur tahun 2018.

“Kami dalam melakukan program CSR yang sifatnya Community Development itu diawali dengan social mapping sampai menyusun road map-nya,” terang Zainal. Dengan peta jalan yang jelas diharapkan program yang dilaksanakan bisa berkelanjutan dan terus memberi manfaat bagi masyarakat penerima manfaat bahkan ketika Pertagas tak lagi mendampingi. “Dari perusahaan sudah menyiapkan panduan untuk exit strategy di masing-masing program,” sambungnya.

Risna Resnawaty, Pengamat CSR yang juga Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran, mengatakan program CSR yang membina UMKM secara simultan akan melahirkan banyak local heroes baru di wilayah tersebut. “Akan melahirkan inisiatif dari warga, di mana selain melakukan bisnis juga akan turut membantu penyelesaian masalah sosial setempat,” papar Risna. “Terutama di saat pandemi COVID-19 ini, pembinaan terhadap UMKM akan mendorong perekonomian masyarakat lokal,” tambahnya. (Ridwan Harahap)

“Teman Tuli” Pertagas Tetap Berdaya Hadapi Pandemi “Teman Tuli” Pertagas Tetap Berdaya Hadapi Pandemi Reviewed by OG Indonesia on Rabu, September 16, 2020 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.