Jakarta, OG Indonesia -- Wilayah Kerja Migas OSES merupakan wilayah kerja alih kelola akibat berakhirnya kontrak kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan CNOOC Limited. Pertamina melalui PHE OSES mulai mengelola wilayah kerja tersebut pada tahun 2018.
Fasilitas instalasi migas pada WK OSES sekitar 57% berusia di atas 30 tahun, sehingga instalasi migas PHE OSES tidak dalam kondisi yang baik pada saat aset diserahterimakan dari operator migas sebelumnya ke PHE OSES pada tahun 2018. Hal tersebut membuat PHE OSES harus melalukan perbaikan dan penggantian besar-besaran yang mengharuskan instalasi migas berhenti sementara (Planned Shutdown).
Menyikapi hal tersebut, Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji melakukan Management Walkthrough (MWT) ke Fasilitas Gas Processing Plant dan Pembangkit Listrik PHE OSES di Pulau Pabelokan, Jakarta, Jumat (18/8/2023). Turut hadir dalam MWT tersebut antara lain Sub Koordinator Keselamatan Pekerja dan Umum Hulu Migas Try Rahadi Sulistomo dan Sub Koordinator Pemantauan Usaha Eksploitasi Migas Jungjungan Mulia, serta Direktur Pengembangan & Produksi – PHE Awang Lazuardi, Direktur Utama – Regional 2 Wisnu Hindadari, dan General Manager PHE OSES Antonius Dwi Arinto.
Dalam kunjungan tersebut, Dirjen Migas melakukan patroli udara mengelilingi Wilayah Kerja PHE OSES (Cinta dan Rama Complex Platform), mulai dari Kepulauan Seribu, Jakarta hingga lepas Pantai Provinsi Lampung, dan berakhir di Pulau Pabelokan.
Setelah kunjungan lapangan, Dirjen Migas melakukan audiensi dengan Direksi PHE SHU Pertamina beserta jajarannya di lapangan mengenai kendala-kendala yang ditemui di lapangan, untuk dicarikan solusi bersama. “PHE OSES agar berpikir lebih dari biasanya dan tidak biasa, agar pada saat proses perbaikan tidak terjadi penurunan produksi migas yang signifikan. Diupayakan agar waktu Planned Shutdown dibuat sesingkat mungkin," pesan Dirjen Migas.
“Kementerian ESDM melalui Ditjen Migas mendukung perbaikan dan penggantian pada instalasi migas yang rusak atau memiliki risiko tinggi, namun yang perlu diperhatikan adalah agar tidak terjadi penurunan produksi migas yang signifikan pada saat perbaikan dan penggantian tersebut,” lanjut Tutuka.
Tutuka juga mengatakan bahwa Pemerintah mendukung pengembangan sumur gas baru dari WK OSES serta menyampaikan bahwa demand gas di daerah Cilegon masih cukup tinggi sehingga sangat memungkinkan bagi PHE OSES untuk terus mengembangkan produksi gas. "Namun perlu diperhatikan juga kesiapan Gas Processing Plant, jika produksi gas bumi sudah meningkat dan dapat mengalirkan kembali ke industri di Cilegon,” jelas Tutuka.
Dalam kesempatan yang sama, Wisnu Hindadari, Direktur Utama PT Pertamina EP (PEP) sebagai pemimpin Regional 2 Jawa mengharapkan dukungan dari Pemerintah. "Khususnya dalam kepastian regulasi perizinan untuk PHE OSES dapat terus mengembangkan operasinya guna menjaga produksi migas tetap tinggi dan meningkat,” ucap Wisnu.
PT PHE OSES menjadi operator di Wilayah Kerja OSES mulai 6 September 2018 dengan kontrak kerja sama bagi hasil Gross Split, dengan kumulatif produksi ssampai dengan 31 Desember 2022 untuk minyak sebesar 1.484,41 MMBO dan gas sebesar 1.335,35 BCF. Adapun produksi aktual minyak (Aktual YTD) sebesar 17.511 BOPD dan produksi aktual gas (Aktual YTD) sebesar 29 MMSCFD. R1