Hari Pendidikan Nasional, PIEP Melangitkan Asa untuk Masa Depan Inklusif


Bogor, OG Indonesia --
Hari itu, Irna Ginawati duduk di teras rumahnya sambil memandangi Daffa yang sedang bersiap mengikuti kelas tari. Tidak seperti pemuda 22 tahun pada umumnya, Daffa berkebutuhan khusus. Pola pikirnya masih setara dengan anak usia 9 tahun. Tapi semangatnya? Tidak bisa diremehkan.

Hari Pendidikan Nasional bagi Irna bukan sekadar peringatan tahunan. Bagi ibu tiga anak ini, tanggal 2 Mei adalah pengingat atas perjuangan panjangnya dalam  mengedepankan hak pendidikan bagi putra istimewanya.

“Saya tahu Daffa berbeda sejak dini,” kenang Irna. “Tapi kekhawatiran terbesar saya bukan hanya soal perbedaan, melainkan soal apakah dunia, khususnya  pendidikan siap menerima dan memahami anak seperti Daffa," sambungnya.

Perjuangan Irna tidak mudah. Ia harus berhadapan dengan realita pendidikan yang belum sepenuhnya ramah terhadap anak berkebutuhan khusus. Sekolah formal dengan sistem baku kerap kali tidak mampu mengakomodasi kebutuhan Daffa. Biaya pendidikan khusus yang tinggi, keterbatasan fasilitas, dan minimnya penerimaan lingkungan masyarakat, menjadi tantangan yang harus ia hadapi setiap hari. 

Namun, Irna tidak menyerah. Setelah Daffa menyelesaikan sekolahnya, Ia mencari pendidikan non-formal untuk life skill putranya. Daffa kini rutin mengikuti kegiatan seni, seperti kelas tari dan modelling. Di sana, ia belajar mengekspresikan diri, bersosialisasi, dan yang terpenting  adalah menumbuhkan kepercayaan diri.

“Bukan tentang gelar atau nilai. Bagi saya, pendidikan adalah ketika Daffa merasa dihargai, bisa tersenyum lepas, dan punya semangat untuk terus belajar hal-hal baru,” ujar Irna, matanya berbinar.

Di tengah perjalanan itu, Irna menemukan harapan melalui dukungan komunitas dan program inklusif yang diinisiasi PT Pertamina Internasional EP (PIEP) Regional Internasional Subholding Upstream Pertamina Melalui program seperti Kakak Asuh dan Difabel in Action, Daffa tidak hanya belajar, tapi juga merasa diterima.

“Program ini membuat kami, para orang tua anak disabilitas, merasa tidak sendirian. Bahwa ada yang mendengarkan, ada yang peduli, dan ada aksi nyata yang mendorong inklusivitas,” tambah Irna haru.

Irna menyampaikan, sebagai orang tua memiliki kekahwatiran mengenai masa depan anaknya, apalagi anak berkebutuhan khusus. 

“Sebagai manusia dengan keterbatasan usia,  saya dan ayahnya pasti akan meninggalkan Daffa. Sehingga saat ini yang bisa saya lakukan adalah memberikan seluruh daya upaya yang kami miliki agar Daffa nantinya siap hidup di kakinya sendiri.”

Hari Pendidikan Nasional tahun ini mengusung tema "Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Bagi Irna, tema ini bukan sekadar slogan, tapi panggilan untuk bergerak bersama. Bahwa pendidikan tidak boleh menjadi hak yang eksklusif, melainkan ruang yang merangkul semua anak, tak peduli latar belakang, kondisi fisik, atau kemampuan.

Manager Relations PIEP, Dhaneswari Retnowardhani, menyampaikan bahwa kisah seperti Irna adalah pengingat kuat akan pentingnya kolaborasi untuk membangun masa depan inklusif.Ia juga menambahkan, PIEP meskipun beroperasi di luar negeri, memiliki program pendidikan inklusi di Indonesia.

“Ketika satu anak istimewa diberi ruang untuk berkembang, itu bukan hanya perubahan bagi anak dan keluarganya, tapi juga bagi kita sebagai bangsa. Inilah langkah kecil menuju Inclusive Futures,” ungkapnya.

Melalui kisah Irna dan Daffa, Hari Pendidikan Nasional menjadi lebih dari sekadar perayaan. Ia menjadi gema harapan bahwa suatu hari nanti, setiap anak Indonesia akan benar-benar mendapatkan haknya untuk belajar, tumbuh, dan bermimpi, tanpa batas. RH

Hari Pendidikan Nasional, PIEP Melangitkan Asa untuk Masa Depan Inklusif Hari Pendidikan Nasional, PIEP Melangitkan Asa untuk Masa Depan Inklusif Reviewed by Ridwan Harahap on Selasa, Mei 06, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.