Dari Solusi EAS hingga Pemanfaatan Stranded Gas, Starborn Chemical Siap Dukung Peningkatan Produksi Migas Nasional

Tim dari PT Luas Birus Utama (LBU) atau Starborn Chemical tengah mempersiapkan salah satu unit EAS di lapangan.

Kabupaten Bekasi, OG Indonesia –
Pagi-pagi sekali, OG Indonesia telah tiba di kantor PT Luas Birus Utama (LBU) atau Starborn Chemical yang berada di Jababeka Industrial Estate II, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Ternyata aktivitas perusahaan telah ramai oleh para karyawan yang hendak masuk kantor yang bernuansa biru menyelimuti dinding gedungnya.

PT LBU berada pada dua kavling seluas 2 x 1.740 m2 di Kawasan Industri Jababeka II tersebut. Selain kantor administrasi dan operasional, di sana juga terdapat gudang atau warehouse, tempat produksi, dan laboratorium R&D dari perusahaan nasional yang berfokus pada layanan specialty chemical ini. 

Pada sisi warehouse terlihat hilir mudik para pekerja serta truk yang hendak menurunkan atau mengisi muatan. Sementara pada berbagai sudut warehouse tersebut terdapat tumpukan tangki IBC (intermediate bulk container) kosong yang biasa dipakai sebagai wadah penyimpanan dan pengangkutan cairan dalam jumlah besar.

Tak lama menunggu, OG Indonesia bertemu dengan Rahmat Sitompul, Account Manager PT Luas Birus Utama yang lalu mengajak berbincang di ruang rapat kantor. “Kami ini didirikan tahun 2003, dari awal kami memang bergerak di bidang manufaktur dan jasa provider specialty chemical. Segmen bisnisnya mulai dari oil and gas, industri umum seperti petrokimia, industri kertas, sampai sekarang berekspansi ke industri tambang batu bara dan pupuk atau fertilizer,” jelas Rahmat kepada OG Indonesia, Jumat (4/7/2025).

Pasar migas menjadi andalan serta incaran utama LBU dengan sekitar 80% proyek perusahaan berasal dari industri migas. “Untuk lini bisnis perusahaan terbagi dua yaitu specialty untuk water treatment dan specialty untuk oil and gas,” terangnya. 

Untuk water treatment, klien LBU kebanyakan berasal dari industri tambang, petrokimia, hingga industri kertas. Layanannya antara lain Boiler & Cooling Water Treatment, Reverse Osmosis System, hingga Wastewater Treatment.

Sementara pengguna specialty chemical untuk industri migas terdapat banyak perusahaan KKKS yang tersebar dari Sumatra hingga Papua, seperti Pertamina Hulu Rokan, Premier Oil Natuna BV, PetroChina Jabung, PHE Ogan Komering, Medco E&P Group, ExxonMobil Cepu Ltd., Pertamina EP Sukowati, PHE Tuban East Java, Petronas Bukit Tua, Pertamina Hulu Mahakam, ENI Muara Bakau & East Sepinggan, Pertamina Hulu Sanga-Sanga, Citic Seram, hingga BP Berau Ltd.

Tim LBU atau Starborn Chemical bersama tim Exxon Mobil Cepu Ltd.

Diceritakan Rahmat, sejak awal berdiri, LBU sudah didesain untuk jadi perusahaan nasional yang siap bersaing dengan multinational company. Dalam kancah persaingan di pasar Indonesia, dia meyakini Starborn Chemical punya keunggulan dibandingkan produk sejenis lainnya di dalam pemanfaatan komponen lokal.

“Kalau multinational company itu kan banyak resources-nya dari luar, sementara LBU produksinya di Indonesia, R&D-nya juga di Indonesia, dan juga melakukan sintesa bahan baku dengan raw material yang ada di indonesia,” paparnya. 

Tercatat ada 31 produk LBU bersertifikat TKDN yang memberikan sumbangsih bagi industri hulu migas nasional. Sementara realisasi TKDN mencapai 52% pada kontrak-kontrak pengadaan barang hulu migas di berbagai KKKS.

Terkait kompetitor di bidang specialty chemical, Rahmat mengatakan saat ini para pemain lokal sudah banyak berkiprah menandingi perusahaan-perusahaan dari luar negeri. “Kalau dari market share, sekarang ini paling besar dari pemain lokal, di mana dalam lima tahun ke belakang sudah mulai pemain lokal menguasai market share di beberapa perusahaan,” cerita Rahmat.

Adapun untuk produk specialty chemical, LBU punya beberapa layanan untuk kegiatan operasi hulu migas di lapangan terutama untuk proses pemisahan minyak, gas, dan air yang keluar dari dalam sumur. 

Diterangkan oleh Noor Wibawa, Task Force Technology and Technical Support Manager PT Luas Birus Utama dalam kesempatan yang sama, untuk aktivitas tersebut ada chemical untuk mengeringkan minyak, menghilangkan kandungan minyak dari air sehingga airnya bisa diolah dan diinjeksikan kembali atau untuk utilitas, sampai chemical untuk treatment gas, termasuk untuk absorpsi CO2 dan H2S.

Rahmat Sitompul, Account Manager PT LBU (kiri) dan Noor Wibawa, Task Force Technology and Technical Support Manager PT LBU (kanan).

LBU juga memberikan layanan perawatan pipa dan fasilitas dari ancaman korosi, salah satunya lewat produk Corrosion Inhibitor. Ada pula produk Scale Inhibitor untuk mencegah atau mengurangi timbulnya kerak pada pipa dan peralatan migas yang ada. “Lalu ada juga untuk permasalahan minyak membeku, kami jual yang namanya Pour Point Depressant atau PPD untuk merendahkan titik tuang sehingga dengan temperatur lebih rendah masih bisa jalan,” jelas Noor Wibawa.

Ada lagi produk Biocide yaitu bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan serta mematikan pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri yang terdapat dalam unsur hidrokarbon. “Jadi fungsinya untuk menghilangkan bakteri yang merugikan,” tuturnya.

Berbeda dengan komoditi chemical yang semata hanya dijual, Noor Wibawa menerangkan produk specialty chemical yang ditawarkan LBU didukung juga dengan technical service sampai konsultansi dari perusahaan terkait produk-produk tersebut.

Dukung Terwujudnya Swasembada Energi

Guna mendukung program Swasembada Energi dari pemerintah lewat peningkatan produksi migas nasional, LBU juga memberikan solusi Oil Production Enhancement Chemical. Ada beberapa cara untuk pekerjaan yang termasuk Improved Oil Recovery (IOR) lewat Enhanced Oil Recovery (EOR), seperti dengan menggunakan surfaktan dan polimer. Di mana LBU turut membantu Pertamina Hulu Rokan menguras minyak dari sumur-sumur yang ada di Blok Rokan.

Lalu ada aktivitas Acidizing dengan memakai larutan asam yang diikuti dengan pencegahan kerak di downhole/sumuran. “Sebab dengan adanya kerak, produksi akan menurun. Kalau keraknya dihilangkan, produksi naik. Itu sifatnya kuratif dan preventif. Jadi setelah kuratif, langsung preventif sehingga produksi bisa di-maintain,” terang Noor Wibawa.

Hal lain yang bisa LBU lakukan untuk peningkatan produksi adalah Well Clean Up. Di mana jika produksi turun karena kotor maka bisa dilakukan foaming untuk membersihkan kotoran yang ada di bawah serta mengangkat air yang menghalangi gas yang keluar.

Satu lagi pekerjaan yang LBU tawarkan untuk menggenjot produksi adalah Electrical Assisted Oil Recovery System (EAS). “Jadi diberikan aliran listrik ke formasi sehingga terbentuk anoda-katoda, kemudian dengan adanya elektrolisis dan asam organik itu akan membentuk surfaktan juga,” urainya. “EAS ini sudah terbukti di SPR Langgak serta Petrogas Basin dan Island,” sambungnya. Dari pengalaman LBU mengaplikasikan EAS pada empat sumur di SPR Langgak dalam empat tahun, akumulatif tambahan produksinya bisa mencapai 50.000 barel minyak.

Perwakilan Ditjen Migas Kementerian ESDM dan pihak KKKS saat melakukan assessment ke kantor, warehouse, dan laboratorium PT LBU di Kawasan Industri Jababeka II, Cikarang, Jawa Barat.

Noor Wibawa menegaskan bahwa untuk mengakselerasi peningkatan produksi bukan semata lewat EOR dengan menggunakan surfaktan atau polimer yang cenderung lebih lama prosesnya dan belum ekonomis bagi KKKS. “Masih ada cara lain yang bisa lebih cepat,” ujarnya merujuk beberapa teknologi lain dari LBU seperti yang telah disampaikan di atas yang bisa jadi opsi dalam meningkatkan produksi migas.

Dengan demikian target Swasembada Energi yang digaungkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dapat terealisasi demi mewujudkan ketahanan energi. LBU menyadari bahwa kunci dari ketahanan energi adalah bagaimana kita mencari sumber-sumber energi serta menjaga kesinambungan operasinya demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk itu industri penunjang migas lokal seperti LBU harus siap dan berdaya saing untuk mendukung kegiatan operasi hulu migas yang ada alias tidak tergantung oleh negara lain.

“Saat ini kan banyak terjadi potensi ketegangan internasional bahkan perang. Kalau saja selama enam bulan tidak ada pasokan dari luar negeri, itu pasti bisa terhenti (kegiatan operasi hulu migas dalam negeri), bisa anjlok produksinya,” sambung Rahmat Sitompul. “Itulah betapa pentingnya industri lokal untuk dibina, karena ketahanan energi itu tidak akan bisa terjadi tanpa kerja sama dan dukungan dari industri dalam negeri,” tambahnya.

Karena itu, lanjut Rahmat, industri lokal yang mau melakukan riset dan mengembangkan diri seharusnya diberikan insentif oleh pihak Pemerintah agar dapat terus bertumbuh sehingga kapasitas perusahaan penunjang lokal juga terjamin dari sisi kualitas, bukan sekadar kuantitas banyaknya yang berkiprah. “Kalau tidak ada benefit untuk kita melakukan riset, produk-produk lokal nggak akan tumbuh, akhirnya hanya jadi agen atau jualan saja dan tergantung dari luar,” urainya.

Dari sisi sumber energinya, Indonesia juga harus mampu memaksimalkan sumber daya yang ada. Rahmat mencontohkan stranded atau cadangan gas alam yang sudah ditemukan namun tidak dapat diproduksi secara komersial karena faktor keekonomian atau infrastruktur yang tidak memadai.

Dipaparkan olehnya, LBU sedang menggalakkan pemanfaatan stranded gas dengan Mini LNG. “Berupa Skid-Mounted LNG, 2 sampai 5 MM (MMscfd/juta standar kaki kubik per hari) stranded gas itu bisa kita konversi dengan Mini LNG. Harapannya ini bisa diaplikasikan pada daerah-daerah yang infrastruktur suplai gasnya belum tersedia,” imbuh Rahmat seraya membeberkan bahwa LBU tengah menjajaki kerja sama terkait teknologi ini di Sumatra, NTT, Ambon, dan Papua.

Aktivitas di laboratorium Starborn Chemical.

Dengan kompetensi yang dimilikinya, LBU membidik proyek-proyek di beberapa KKKS di Indonesia yang selama ini belum digarap oleh perusahaan. Termasuk mendukung upaya reaktivitasi sumur-sumur idle, di mana LBU sejak 2-3 tahun terakhir telah menginisiasi ke SKK Migas berbagai upaya untuk pemanfaatan sumur-sumur yang terbengkalai. Seiring keluarnya Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang “Kerjasama Pengelolaan Bagian Wilayah Kerja untuk Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi” yang mengoptimalkan sumur minyak rakyat, LBU juga tengah mencari peluang yang terbuka.

Tak hanya itu, LBU juga berupaya melebarkan sayap usahanya ke luar negeri. “Kemarin kami sempat follow up yang di Thailand, kami sedang berusaha. Kemudian di Oman kami juga ada tiga tender yang sedang diikuti,” ungkap Rahmat.

Untuk itu LBU dengan 250 orang tenaga kerjanya tengah memperkuat lagi sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. “Tahun 2025 ini kami merekrut tenaga ahli, khususnya untuk stranded gas dan untuk Mini LNG,” kata Rahmat. “Sementara untuk pendanaan kami mengambil dari internal, kemudian kami ada kerja sama fasilitas permodalan dari bank HIMBARA,” lanjutnya.

Atas kinerja apiknya di sejumlah KKKS, LBU meraih sejumlah apresiasi dari berbagai pihak, seperti Vendor Terbaik Regional 4 Indonesia Timur dari Pertamina Hulu Energi pada tahun 2024 hingga apresiasi dari Kementerian ESDM terkait PDN dengan produk “chemical” dalam negeri terbanyak digunakan di KKKS pada periode Oktober 2022 – Oktober 2023. RH

Dari Solusi EAS hingga Pemanfaatan Stranded Gas, Starborn Chemical Siap Dukung Peningkatan Produksi Migas Nasional Dari Solusi EAS hingga Pemanfaatan Stranded Gas, Starborn Chemical Siap Dukung Peningkatan Produksi Migas Nasional   Reviewed by Ridwan Harahap on Jumat, Juli 18, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.