Prabumulih, OG Indonesia -- Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, menghadapi ketimpangan sosial dan ancaman perubahan iklim. Namun, perpaduan antara kearifan lokal dan ilmu pengetahuan modern membuat desa ini mampu bertahan. Program GEMILANG PLUS yang dikembangkan PT Pertamina EP Pendopo Field menjadi solusi nyata bagi masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan.
Bagi masyarakat Desa Sukakarya, sawah dan ekosistem yang mereka kelola ibarat tabungan. Nafkah keseharian, hingga skenario masa depan mereka bergantung pada hasil panen padi di sawah. Namun, Tabungan itu terancam dengan masalah tahunan yang mereka hadapi. Yakni, kadar besi (Fe) dalam tanah lahan Garapan yang sangat tinggi.
“Sawah bagi kami seperti tabungan. Kalau gagal panen, semuanya ikut jatuh,” kenang Suhartini, Ketua KWT Melati.
Selain sawah, masyarakat juga memiliki hamparan tanaman pinang. Sayangnya, selama bertahun-tahun komoditas ini hanya dianggap tanaman pinggiran. Kesadaran akan potensi pinang tumbuh ketika Pertamina EP Pendopo Field meluncurkan Gerakan Perempuan Lestarikan Alam Melalui Konservasi Pinang (GEMILANG). Program ini digerakkan melalui pendampingan aktif kepada KWT Melati, dengan pendekatan partisipatif: pemetaan sosial, diskusi kelompok, hingga penyusunan rencana lima tahun bersama warga.
Perlahan, masalah mulai terurai dan harapan baru muncul. Desa Sukakarya bangkit menjadi contoh bagaimana kearifan lokal berpadu dengan sains modern untuk menjawab persoalan sehari-hari. Awalnya, GEMILANG fokus pada pengolahan buah pinang menjadi produk bernilai tambah seperti bandrek pinang, kopi pinang, dan permen. Namun, tantangan besar tetap ada: kadar Fe berlebih membuat air pematang menguning, padi tumbuh kerdil, dan produktivitas merosot hingga 80 persen. Pada 2018, lebih dari 20 hektar sawah gagal panen.
Solusi akhirnya datang dari kebun sendiri. Pinang yang selama ini dianggap tanaman pinggiran ternyata mampu menekan kadar besi dalam tanah. Temuan ini membuka harapan baru: tanah kembali subur, tanaman pulih, dan panen meningkat. Keberhasilan tersebut menarik perhatian akademisi. Bersama Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), Pertamina EP Pendopo Field melakukan riset lanjutan. Hasil penelitian menunjukkan pinang mengandung tanin dan polifenol, senyawa alami yang mampu menekan reaksi oksidasi logam.
Dari riset ini lahirlah inovasi serbuk pinang fermentasi. Prosesnya sederhana: buah pinang kering ditumbuk, difermentasi dengan etanol 70 persen, lalu larutannya disemprotkan ke lahan. Sisa kulit diolah menjadi kompos organik. Kini, lebih dari 270 petani telah mengadopsi metode ini, sehingga risiko gagal panen semakin kecil.
Manfaat pinang tidak berhenti di sawah. Anggota KWT Melati memanfaatkan daun pinang untuk menghasilkan kain eco-print bernilai seni. Dengan pendampingan dari Kanantra Danantra, sebuah brand fesyen berkelanjutan, kelompok ini mampu memproduksi rata-rata tujuh lembar kain per bulan dengan nilai jual sekitar Rp400 ribu per lembar. Aktivitas ini membuka ruang kerja bagi 30 perempuan, termasuk tujuh penyandang disabilitas.
“Bagi mereka, ini bukan sekadar penghasilan, tetapi soal harga diri dan kebanggaan,” ujar Suhartini.
Untuk memastikan ketersediaan bahan baku, masyarakat menanam kembali 16 ribu pohon pinang Betara di lahan perbukitan dan pekarangan rumah. Akar pinang yang kuat membantu menjaga kestabilan tanah, mencegah longsor, dan melindungi desa dari banjir. Kini, setiap bagian pohon pinang bernilai: buah untuk penetral tanah, kulit untuk kompos, dan daun untuk eco-print. Melihat dampak yang lebih luas—penguatan ekonomi perempuan, riset bersama perguruan tinggi, hingga konservasi lingkungan—program GEMILANG berevolusi menjadi GEMILANG PLUS.
“Penambahan kata PLUS mencerminkan perluasan manfaat dan dampak program,” jelas Iwan Ridwan Faizal, Manager Community Involvement and Development (CID) Regional I Sumatera.
Dari Desa Sukakarya lahir pembelajaran berharga. Inovasi tidak selalu datang dari laboratorium megah atau pusat kota. Ia bisa tumbuh dari keberanian warga desa mencoba hal baru, dari bahan-bahan yang selama ini dianggap remeh, dan dari kolaborasi yang menghargai ilmu sekaligus kearifan lokal. GEMILANG PLUS membuktikan bahwa perubahan nyata bisa bermula dari desa—menguatkan ekonomi, melestarikan lingkungan, dan menyiapkan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi berikutnya. RH
Reviewed by Ridwan Harahap
on
Selasa, November 25, 2025
Rating:



