Jakarta, OG Indonesia -- Peran perusahaan-perusahaan startup dalam negeri dinilai penting dalam membangkitkan kondisi perekonomian yang tengah terpuruk karena dihantam pandemi Covid-19.
Apalagi Pemerintah sudah menggulirkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dikatakan Dyah Eko Setyowati, Ketua STIEBI Jakarta, program PEN mengucurkan dana lebih dari Rp 220 triliun untuk UMKM.
"Para startup-startup bisa memanfaatkan program PEN yang menjadi unggulan dari Pemerintah untuk percepatan ekonomi (menjadi) normal (kembali)," ucap Dyah dalam webinar bertajuk "Startup di Masa Pandemi, Bertahankah?" yang digelar STIE Bisnis Indonesia dan Forum Jurnalis, Sabtu (21/8/2021).
Perusahaan startup sendiri sejatinya bisa berinovasi di masa pandemi seperti ini. Seperti dikatakan Inayu Dwinanda, PR & Marcomm Paxcel, perusahaan startup di bidang jasa pengiriman barang. Menurutnya, di masa pandemi seperti saat ini Paxel berusaha menjadi sebuah solusi serta inovasi bagi kebutuhan banyak orang.
"Ketika pandemi terjadi, brand-brand seperti Paxel justru mengalami peningkatan dari segala macam sisinya," ujar Inayu.
Tetapi dia juga mengingatkan agar perusahaan startup tak hanya memanfaatkan momentum "kebetulan" di mana bisnisnya justru bisa bergulir cepat di kala pandemi seperti yang dialami Paxel dan jasa pengiriman barang lainnya.
Lebih dari itu, di setiap waktu, perusahaan startup menurutnya harus menerapkan tiga strategi prioritas. yaitu inovasi, produk dan kolaborasi, serta service excellent.
"Tiga hal ini saling terkait banget. Ada inovasi tapi enggak ada produknya ya mau ngelahirin apa? Punya produk tapi tidak berkolaborasi juga tidak akan maksimal. Dan kalau kita sudah punya inovasi, produk dan sudah kolaborasi, tetapi ketika ngelayanin customer ogah-ogahan ya udah itu bye sih," papar Inayu.
Sementara itu Awkash Lunju Hesrio, CEO kopimasadepan, menyoroti pentingnya konsistensi usaha serta tim yang bagus di tengah kondisi serba keterbatasan seperti saat ini. Setelah itu penting pula inovasi dalam menyiasati kesulitan usaha di kala pandemi. "Kuncinya adalah tetap berinovasi," tegas Awkash.
Hal ini pula yang dilakukan Hajjatan.com, startup yang menangkap peluang usaha dengan memberikan solusi untuk mempermudah pasangan yang akan melangsungkan kegiatan pernikahannya. Di aplikasi Hajjatan.com orang bisa menjelajahi vendor Hajjatan terbaik di wilayah tempat tinggalnya, mulai dari tempat resepsi, fotografer, katering, toko bunga,souvenir, undangan, sampai perencana pernikahan dan lainnya.
"Seperti kata Jack Ma, kadang-kadang kesempatan itu datang dari keluhan orang lain. Peluang itu kita dapatkan dari banyaknya keluhan orang lain," ujar Rizki Fauzi, Founder Hajjjatan.com yang bisa menangkap peluang dari kesulitan banyak pasangan yang akan menikah dalam mempersiapkan resepsi pernikahan mereka.
Dalam pengembangan usahanya, Rizki mengakui banyak tantangan yang dihadapi, apalagi di masa pandemi. "Tetapi apapun yang kita lakukan, mau buat startup, mau mulai usaha dan lain-lain, pasti ada tantangannya. Tinggal kitanya komit dan konisisten enggak dalam mengimplemntasikan (usaha) itu," pesan Rizki.
Sementara itu, Ketua panitia Webinar "Startup di Masa Pandemi, Bertahankah?" Suhendra Atmaja menyatakan apresiasinya kepada seluruh narasumber dan peserta yang hadir dari hampir seluruh Indonesia dan didominasi oleh pelajar dan mahasiswa.
Menurutnya, perkembangan teknologi dan tumbuhnya ekonomi memunculkan peluang bagi pengusaha muda untuk merintis usaha startup. Meski diterpa pandemi, Indonesia menjadi ladang yang subur bagi pasar startup.
"Terbukti Indonesia berada di posisi ke 5 dunia dengan 2193 startup pada 2019 di bawah Amerika, India, Inggris dan kanada. Tidak hanya kuantitas tapi kualitasnya mumpuni dengan munculnya unicorn dengan valuasi lebih dari 1 juta dolar AS dan decacom yang nilainya lebih dari 10 juta dolar AS," ujar calon doktor UNPAD Bandung ini. RH
Reviewed by Ridwan Harahap
on
Sabtu, Agustus 21, 2021
Rating:
.JPG)
