Berkontribusi Besar Bagi Perekonomian Indonesia, Sektor Hulu Migas Butuh Insentif


Jakarta, OG Indonesia --
Pemerintah lewat SKK Migas sudah memasang target produksi 1 juta barel minyak per hari pada tahun 2030. Upaya untuk mengejar target tentunya harus didukung dengan cara memberikan berbagai insentif pada kegiatan hulu migas.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan bahwa target produksi migas perlu ditingkatkan kembali, sekalipun terdapat anggapan bahwa era hulu migas telah habis. Menurut Mulyanto, sektor hulu migas sampai saat ini masih berkontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.

"Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) mengakui migas berikan tambahan cukup besar PNBP maupun pajak ke pendapatan negara," kata Mulyanto dalam webinar bertajuk "Kebijakan Insentif untuk Mendukung Peran Penting Industri Hulu Migas dalam Transisi Energi dan Perekonomian Indonesia" yang diadakan oleh ReforMiner Institute, Rabu (15/6/2022).

Transisi energi sendiri yang tengah gencar dilakukan di Indonesia diperkirakan tidak akan menggeser peran energi fosil baik minyak maupun gas bumi dalam waktu dekat.

Menurut Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya W Yudha, urusan transisi energi kiranya perlu dilakukan secara bertahap. Menurutnya, hulu migas masih diperlukan dan cara tepat dalam pengembangan energi fosil atau migas adalah dengan memperhatikan keseimbangan pengembangan hulu migas dengan penurunan emisi melalui penggunaan energi. 

“Teman-teman di industri migas tidak usah khawatir dengan kehadiran EBT, kita masih gunakan fosil tapi dengan teknologi bersih,” ujar Satya.

Ditegaskan Satya, DEN akan terus mendorong perbaikan iklim investasi migas agar investor betah berinvestasi di Indonesia dengan memonetisasi lapangan-lapangan yang ada. Kendati demikian DEN juga mengingatkan agar produksi migas jangan terus turun. Pasalnya, berdasarkan skenario yang telah disusun oleh DEN, gas menjadi backbone dalam strategi transisi energi di Indonesia. 

“Migas masih jadi andalan sampai EBT siap mengambil sehingga tren migas ke depan bisa menuju energi lebih bersih,” ucap Satya.

Dalam transisi energi menuju net zero emission, porsi energi fosil dalam bauran energi Indonesia pada tahun 2060 mendatang diproyeksikan masih akan sekitar 34%. Di mana gas bumi diproyeksikam memiliki kontribusi besar dalam bauran energi primer Indonesia. Melalui RUEN, pemerintah memproyeksikan kebutuhan gas bumi dalam negeri pada 2050 sebesar 25.869,1 MMSCFD.

Sementara itu, Taslim Z Yunus, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan dalam outlook kebutuhan energi Indonesia menunjukkan bahwa masih ada ruang bagi industri migas untuk terus tumbuh.

“Dampak insentif fiscal revenue naik dan investasi naik goverment take naik. Pemberian insentif tidak kurangi penerimaan negara kalau kita tidak berikan insentif kita juga tidak dapat penerimaan negara,” ujar Taslim.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, menegaskan semua pihak sudah sepakat sebenarnya industri hulu migas masih sangat penting dan kini tinggal bagaimana mengelolanya secara bijaksana. 

“Kajian yang kita lakukan sekarang ini 185 sektor industri di indonesia di mana sekitar 145 sektor atau 70-80 % memiliki keterkaitan dengan sektor hulu migas. Index multiplier effect mencapai 39. Jadi setiap investasi migas memberikan dampak 3,9 kali dalam perekonomian kita,” jelas Komaidi.

Menurutnya melihat migas dalam konteks investasi nilai tambah ekonomi dalam kontribusi pendapatan negara dan daerah masih sangat signifikan. “Sehingga kalau mau melangkah ke transisi energi tentu banyak hal-hal detail perlu bijak dalam melihatnya,” kata Komaidi. RH

Berkontribusi Besar Bagi Perekonomian Indonesia, Sektor Hulu Migas Butuh Insentif Berkontribusi Besar Bagi Perekonomian Indonesia, Sektor Hulu Migas Butuh Insentif Reviewed by Ridwan Harahap on Kamis, Juni 16, 2022 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.