Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari menjadi tempat bernaung bagi orang utan yang telantar karena habitat hutannya dirambah manusia. Foto-foto: Dok. Pertamina |
Jakarta, OG Indonesia – Namanya Otan, usianya baru empat tahun. Penuh selidik matanya mendelik. Setiap ada hal yang baru, rasa penasaran Otan memburu. Seperti kalau ada pengunjung atau orang yang baru dilihatnya, penuh taktik Otan akan cari perhatian.
Ada saja tingkahnya, mulai dari iseng mengikuti orang tersebut sampai yang sifatnya usil seperti menggigit dengan manja. Jika sudah demikian, pengasuh Otan pun harus sigap mengalihkan perhatian Otan kepada aktivitas lain. Otan diajak bermain atau berlatih membangun sarang.
“Otan adalah orang utan betina berusia empat tahun yang kini
menjalani proses rehabilitasi di Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari,” cerita Paulina L. Ela, Head of Communication Borneo Orangutan Survival
Foundation (BOSF) atau Yayasan BOS kepada OG Indonesia, Selasa
(5/8/2025).
Sebagai informasi, Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja
Lestari di Desa Margomulyo, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur, merupakan salah satu dari dua pusat rehabilitasi orang utan
yang dikelola oleh BOSF dalam upaya konservasi Pongo pygmaeus atau orang
utan kalimantan. Adapun satu fasilitas lagi untuk Pongo pygmaeus adalah Pusat
Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Selain Pongo pygmaeus di Kalimantan, saat ini di
dunia hanya tersisa dua spesies kera besar dari genus pongo. Kedua
kerabat terdekat Pongo pygmaeus tersebut hidup di pulau Sumatra yaitu Pongo
abelii atau orang utan sumatra dan Pongo tapanuliensis alias orang
utan tapanuli.
Paulina mengisahkan, Otan pertama kali tiba di Pusat
Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari yang dikelola BOSF pada 30 September
2022. Hampir tiga tahun diasuh di fasilitas, Otan kini belajar di Kelompok 1
Sekolah Hutan. “Berdasarkan pemantauan terbaru, kondisi kesehatannya sangat
baik, dengan Body Condition Score (BCS) 3, menunjukkan status gizi ideal bagi
tahap perkembangannya,” terangnya.
Dijelaskan Paulina, jika dibandingkan saat pertama kali tiba di fasilitas rehabilitasi, Otan kini telah menunjukkan perkembangan signifikan. Dari bayi orang utan yatim piatu yang telantar, Otan beranjak tumbuh sehat dan cerdas. Otan bahkan sudah mandiri untuk bisa mengenali pakan alaminya sebagai mawas—sebutan orang Melayu dan Banjar untuk orang utan. Dia juga telah pandai membangun sarang sendiri di hutan.
Pulau Orangutan menjadi salah satu fasilitas di Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari yang berlokasi di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. |
Tak hanya itu, di sekolah hutan Otan juga sangat aktif.
Kerap terlihat Otan berguling-guling di tanah, sebuah kebiasaan yang sudah ditunjukkannya
sejak pertama kali ditempatkan di Nursery Baby. Sebagai individu yang energik
dan penuh rasa ingin tahu, Otan juga gampang bersosialisasi dan mengikuti ritme
belajar dari teman-temannya.
Salah satu teman dekatnya sesama mawas bernama Feruza.
Kemana Feruza pergi, ke situ Otan mengikuti. Mencoba akrab, Otan suka jahil
berulangkali mencoba merangkul Feruza. Namun Feruza terkadang tidak antusias
dan memilih menjauh dari Otan. Kendati demikian, Otan pantang menyerah dan terus mendekati Feruza dengan bersemangat.
“Dengan energi yang tinggi, rasa ingin tahu yang besar,
serta keterampilannya yang terus berkembang, Otan terus menunjukkan potensi
untuk menjadi orang utan yang siap kembali ke habitat alaminya suatu hari nanti,”
kata Paulina.
Wahana Reintroduksi Orang Utan sebelum Pulang ke Hutan
Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari dengan luas
sekitar 1.800 hektare memang diperuntukkan sebagai wahana reintroduksi orang
utan sebelum dikembalikan ke hutan. Sebab ada saja orang utan yang telantar karena
lingkungan hutannya dirusak manusia. Ada juga yang dipelihara manusia padahal
orang utan adalah satwa yang dilindungi dan seharusnya tidak tercerabut dari habitatnya
di hutan.
Selain menjadi fasilitas untuk rehabilitasi dan konservasi
orang utan beserta habitatnya, Samboja Lestari yang dekat dengan kawasan
lindung Ibu Kota Nusantara (IKN) juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat terkait
pentingnya melindungi satwa orang utan. Berdasarkan regulasi yang ada, orang utan
dilindungi di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah (PP)
No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Saat ini ada lebih dari 100 orang utan yang bernaung di
Samboja Lestari. Tak hanya orang utan, tempat ini juga menjadi suaka bagi 60
beruang madu serta menjadi area konservasi dari pohon-pohon khas Kalimantan.
Dalam upaya konservasi jangka panjang di Samboja Lestari, Paulina mengungkapkan
BOSF sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan publik, termasuk dari pihak
korporasi baik BUMN maupun swasta.
Komitmen Pertamina Sejak Pandemi COVID-19
Karena itu BOSF sangat menghargai komitmen Pertamina yang telah mendukung operasional di Samboja Lestari dalam upaya penyelamatan, rehabilitasi, serta restorasi habitat sebagai bagian dari tanggung jawab lingkungan dari perusahaan.
Pertamina Group turut mendukung BOSF dalam kegiatan rehabilitasi orang utan di Samboja Lestari. |
“Yayasan BOS sangat mengapresiasi kepedulian dan
komitmen grup Pertamina terhadap pelestarian orang utan dan habitatnya di
Kalimantan. Di tengah meningkatnya tekanan terhadap satwa liar akibat
perambahan hutan dan perubahan iklim, kontribusi sektor korporasi seperti
Pertamina menjadi contoh positif bagi keterlibatan dunia usaha dalam konservasi,”
tutur Paulina.
Diceritakan olehnya, sejak tahun 2021 di masa pandemi
COVID-19 yang penuh dengan tantangan, Pertamina Group justru memulai
dukungannya kepada BOSF. Mulai dari PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu
Indonesia (PHI), PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), PT Pertamina EP (PEP), hingga
PT Pertamina Drilling Services Indonesia telah membantu BOSF dengan memberikan
donasi dalam program rehabilitasi orang utan dan rehabilitasi lahan kritis di
kawasan Samboja Lestari.
Bantuan yang diberikan antara lain terkait pendanaan
kegiatan rehabilitasi orang utan dalam hal penyediaan makanan, susu, vitamin, enrichment
(stimulan perilaku alami), layanan medis, obat-obatan, serta perawatan
fasilitas dan sanitasi. Saat pandemi COVID-19, Pertamina Group juga hadir
memberikan dana darurat COVID–19 guna memastikan operasional pusat rehabilitasi
tetap berjalan di tengah kegentingan pandemi.
Reforestasi Lahan Hutan
Selain itu, Pertamina Group juga berkontribusi dalam upaya
reforestasi lahan hutan lewat penanaman pohon di kawasan Samboja Lestari seluas
8 hektare atau setara 3.200 pohon. Kegiatan penghijauan tersebut sangat krusial
sebagai bagian dari pemulihan ekosistem hutan yang tentunya akan berdampak
langsung terhadap rehabilitasi dan kesejahteraan orang utan yang ada di Samboja
Lestari. Asal tahu saja, orang utan merupakan kera besar yang paling arboreal
atau banyak menghabiskan waktu hidupnya di pepohonan yang ada di hutan.
“Dukungan dari Pertamina menjadi salah satu bentuk kontribusi sektor korporasi terhadap pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati Indonesia, sekaligus menjadi bagian dari upaya bersama mendukung visi dan misi Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, khususnya Direktorat Jenderal KSDAE, dalam perlindungan satwa liar dilindungi dan pemulihan ekosistem hutan tropis melalui kerja sama lintas sektor yang berkelanjutan,” ujar Paulina.
Ditambahkan olehnya, BOSF juga membuka ruang kerja sama dalam peningkatan kapasitas lokal dan penguatan ekonomi masyarakat sekitar habitat, sehingga konservasi orang utan yang dilaksanakan dapat lebih mudah dilakukan karena seiring dengan meningkatnya kesejahteraan manusia di sekitarnya.
Lingkungan hutan dengan banyak pepohonan menjadi tempat favorit bagi satwa orang utan yang bersifat arboreal. |
“Dalam jangka panjang, tujuan Yayasan BOS tetap sama yaitu menciptakan populasi
orang utan yang liar dan mandiri di habitat alami mereka, dengan dukungan luas
dari berbagai pihak, termasuk dunia usaha,” tegasnya.
Pencapaian SDG’s
PT Pertamina Hulu
Indonesia (PHI) sebagai bagian dari grup Pertamina dan menjadi operator Subholding Upstream Pertamina yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan bisnis hulu migas di Regional 3 Kalimantan meyakini
bahwa demi keberlanjutan produksi migas Pertamina di Kalimantan hingga puluhan
tahun yang akan datang maka perusahaan juga harus mewujudkan masyarakat sekitar
daerah operasi yang berdaya dan mandiri serta lingkungan hidup yang lestari.
“Oleh karena itu,
kami berkomitmen menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan
atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang mendukung pengembangan
masyarakat dan pelestarian lingkungan selaras dengan upaya pencapaian
tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG’s),”
kata Dony Indrawan, Manager Communication Relations and CID PT Pertamina Hulu
Indonesia, Jumat (15/8/2025).
Program CSR yang
serasi dengan lindung lingkungan dan masyarakat sejatinya akan mendukung
pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDG’s) poin 13 (penanganan
perubahan iklim), dan 15 (menjaga ekosistem
darat). Di samping itu sejalan juga dengan implementasi dari prinsip-prinsip
ESG (Environmental, Social & Governance) yang tengah menjadi megatren di
dunia korporasi belakangan ini.
Dijelaskan Dony, PHI yang memimpin kegiatan operasi migas Pertamina di Kalimantan melalui PT
Pertamina Hulu Mahakam (PHM), PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS), PT
Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT), PT Pertamina Hulu West Ganal, PT
Pertamina EP (PEP), dan afiliasi lainnya, selalu menjalankan program-program Community
Involvement & Development (CID) di bidang lingkungan.
Hal tersebut wajib
dilakukan demi meningkatkan atau memperbaiki fungsi lingkungan hidup, mendukung
konservasi dan kelestarian lingkungan hidup, rehabilitasi lingkungan, mitigasi
dan adaptasi perubahan iklim, mendukung pengembangan energi alternatif, serta
pengolahan limbah yang dihasilkan oleh aktivitas perusahaan.
“Kerja sama kami
dengan BOS Foundation merupakan salah satu implementasi program CSR di bidang
lingkungan terkait konservasi fauna di sekitar wilayah operasi perusahaan
terutama orang utan yang tergolong hewan yang hampir punah,” imbuh Dony.
Inisiatif Grup
PHI
Dia membeberkan, sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungannya di Kalimantan, PHI lewat entitas PEP di Tanah Borneo yaitu PEP Tanjung Field, PEP Sangasanga Field, dan PEP Sangatta Field telah menjalin Perjanjian Kerja Sama dengan BOSF untuk melakukan konservasi orang utan dan habitatnya. Surga kecil bagi orang utan tersebut sudah diwujudkan grup PHI sejak 26 Juni 2023 yang akan berlaku hingga sepuluh tahun berikutnya.
PHI lewat entitas PEP Tanjung Field, PEP Sangasanga Field, PEP Sangatta Field, dan PHM tutur mendukung BOSF merehabilitasi orang utan di Samboja Lestari. |
“Inisiatif ini
menjadi wujud nyata komitmen perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan,
dan sebagai langkah strategis yang sejalan dengan kebijakan keberlanjutan PHE
dan PT Pertamina (Persero),” ucap Dony.
Sebagai bagian dari
kerja sama tersebut, perusahaan telah mendukung rehabilitasi dari tiga individu
orang utan yaitu Otan, Feruza, dan Serge di Samboja Lestari. Tak hanya itu,
dilakukan pula kegiatan penanaman 2.600 pohon endemik Kalimantan di area seluas
delapan hektare. Tak ketinggalan juga ditanam pohon produktif seperti mangga dan
pepaya yang menjadi sumber pangan alami bagi orang utan.
“Program ini
diharapkan dapat memulihkan dan meningkatkan kualitas habitat dan populasi orang
utan, sekaligus mendorong keterlibatan aktif masyarakat sekitar dalam kegiatan
konservasi sehingga dapat menjaga keberlanjutan program dan dampak positif bagi
bumi dan generasi mendatang,” lanjut Dony.
Selain PEP, anak perusahaan PHI lainnya yaitu PHM juga turut berkontribusi dalam konservasi habitat orang utan melalui penanaman 400 pohon di area seluas 1 hektare dan dukungan perawatan serta pengamanan konservasi selama lima tahun.
Selain itu, PHM juga ikut membantu melakukan rehabilitasi
tiga individu orang utan yaitu Anggoro, Bumi dan Monita. Mereka akan
direhabilitasi selama satu tahun dengan tujuan mempersiapkan ketiga orang utan
tersebut sebelum dilepaskan kembali ke habitat alaminya.
Dony menambahkan, selain program kerja sama dengan BOSF, PHI juga menjalankan program-program CID di bidang lingkungan lainnya. Di antaranya telah berhasil mendukung konservasi bekantan, pesut mahakam, dan fauna lainnya, serta melestarikan lingkungan melalui penanaman puluhan ribu pohon bakau atau mangrove, cemara, pohon buah-buahan, dan pohon endemik Kalimantan.
Dalam lawatannya ke
Kalimantan dan mengunjungi Samboja Lestari pada akhir Juli lalu, Komisaris
Independen PT Pertamina (Persero) Nanik S Deyang, menyampaikan apresiasi atas
komitmen dari grup Pertamina dan PHI dalam memelihara satwa langka seperti
mawas kalimantan serta melestarikan habitat alaminya.
Kunjungan Dewan Komisaris PT Pertamina (Persero) ke Pusat Rehabilitasi Orangutan Samboja Lestari pada Jumat, 25 Juli 2025 lalu. |
“Saya terharu,
tidak semua orang mau merawat orang utan di tempat seperti ini. Hal ini
menunjukkan kepedulian Pertamina terhadap pelestarian satwa dilindungi. Saya
berharap ke depannya seluruh Pertamina Group bisa terlibat aktif dalam upaya
ini,” pesan Nanik saat itu.
Selaras dengan
Renstra Indonesia Oil & Gas 4.0
Apresiasi kepada
grup Pertamina dan PHI juga disampaikan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai pengelola dan pengawas
kegiatan usaha hulu migas di Tanah Air. “SKK Migas memberikan apresiasi kepada
Pertamina dalam upaya konservasi dan rehabilitasi hewan yang dilindungi yaitu
orang utan kalimantan,” ujar Hudi D. Suryodipuro, Kepala Divisi Program dan
Komunikasi SKK Migas kala dihubungi OG Indonesia, Minggu (10/8/2025).
Dia menerangkan
bahwa dengan upaya konservasi dan rehabilitasi orang utan maka secara otomatis
akan turut menjaga lingkungan di sekitarnya. “Artinya pohon-pohon di lokasi
konservasi akan dijaga dengan baik agar orang utan juga dapat nyaman hidup di situ.
Ini tentu selaras dengan program yang telah ditetapkan oleh SKK Migas bahwa
lingkungan sekitar wilayah operasi tentu mencakup keseluruhan entitas kehidupan
yang ada di sana, mulai hewan, tanaman dan juga keseimbangan alam di sana,”
paparnya.
Hudi menguraikan bahwa SKK Migas melalui Rencana dan Strategi (Renstra) Indonesia Oil & Gas 4.0 telah menetapkan bahwa menjaga lingkungan berkelanjutan menjadi salah satu target yang ingin dicapai dan harus sejalan dengan peningkatan produksi minyak dan gas bumi nasional.
Adapun dalam menjaga lingkungan sekitar wilayah operasi, upaya yang telah dilakukan stakeholer hulu migas antara lain melalui kegiatan reforestasi seperti penanaman pohon di daerah
aliran sungai (DAS) dan sekitar wilayah operasi dengan melibatkan dan
memberdayakan masyarakat sekitar agar dapat menciptakan manfaat ekonomi. “Tahun
ini ditargetkan minimal 1,6 juta pohon ditanam dengan realisasi rata-rata dalam
tiga tahun terakhir di kisaran 2 juta pohon,” ungkap Hudi.
Butuh Kerja
Keras Multipihak
Langkah Pertamina
Group yang turut serta dalam upaya konservasi dan rehabilitasi orang utan dan habitatnya juga
diakui sebagai upaya positif oleh Dr. Sri Suci Utami Atmoko, ilmuwan dan pakar
konservasi primata dari Universitas Nasional. “Merupakan hal yang sangat
positif, saya yakin Pertamina tidak sendiri dan berharap perusahaan Indonesia
lainnya juga dapat ikut berpartisipasi, peduli dan berperan aktif dalam upaya
konservasi orang utan dan habitatnya, termasuk rehabilitasi lahan/habitat,”
kata Suci kepada OG Indonesia, Jumat (8/8/2025).
Diingatkan olehnya,
orang utan kalimantan saat ini masih menghadapi ancaman yang sama terkait
degradasi habitat, perubahan tata guna lahan, kebakaran, hingga masalah
perburuan serta perdagangan ilegal yang menekan populasi mawas. Kondisi seperti
ini tentunya menjadikan pusat-pusat rehabilitasi seperti yang dikelola BOSF
masih harus terus bekerja keras serta membutuhkan dukungan dari pihak korporasi
seperti grup Pertamina dan PHI.
Samboja Lestari menjadi wahana reintroduksi orang utan sebelum siap untuk kembali ke habitat alaminya di hutan. |
Untuk itu, Suci menyarankan pentingnya kerja sama multipihak saat ini untuk dapat memetakan populasi dan sebaran orang utan kalimantan, termasuk memetakan konflik yang terjadi di lapangan.
Dia menceritakan, beberapa perusahaan sudah mulai
melakukan Better Management Practices (BMP) bahkan ada yang bekerja sama dengan
multipihak lainnya, sebagai bagian dari pendekatan konservasi bentang alam (landscape).
Konservasi landscape ini menjadi krusial terutama karena orang utan
memerlukan habitat yang luas dan berkualitas yang tidak boleh diusik.
Jika habitat Pongo
pygmaeus bisa aman dan lestari di Borneo, Suci meyakini peran orang
utan dalam ekosistem hutan sebagai penyebar benih/biji di hutan Kalimantan akan
dapat maksimal. Apalagi masyarakat Indonesia dan juga dunia tentunya masih membutuhkan
hutan Kalimantan yang sehat sebagai paru-paru bumi ini. “Masih banyak sumber
pengetahuan yang harus kita pelajari dari orang utan, terutama tentang kekayaan
habitatnya. Karena itu jaga mereka dan jaga habitatnya,” pesan Suci.
Kiranya Samboja Lestari kini telah menjadi surga kecil bagi orang utan kalimantan. Di sana sentuhan hulu migas merawat dan membekali si Otan dan kawan-kawan agar siap menjelajahi rimba Borneo yang semoga akan tetap lestari. RH