Crane Barge sedang mengangkat Boom Burner menuju deck accomodation work barge. Aktivitas ini bertujuan untuk pengelolaan energi ramah lingkungan.
Balikpapan, OG Indonesia -- PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) melaksanakan Program Green Air Conservation: After Burner Preservation sebagai bagian dari upaya pemeliharaan aset hulu migas yang bertujuan menjaga keselamatan operasi sekaligus meningkatkan
efisiensi fasilitas produksi. Program ini sejalan dengan komitmen PHM untuk menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan agar dapat mengelola dampak
kegiatan operasi dan bisnis hulu migas terhadap masyarakat dan lingkungan di
sekitar wilayah operasi Perusahaan.
Program yang dimulai pada 31 Juli 2025 ini merupakan langkah lanjut penghentian metode Liquid Burning atau pengelolaan fluida cair hasil operasi sumur dengan cara dibakar di fasilitas flare atau burner terbuka. Program itu dilakukan dalam kegiatan well offloading, yaitu rekayasa untuk mengurangi tekanan bawah sumur (wellbore pressure) agar sumur bisa kembali berproduksi atau meningkatkan debit produksinya.
General Manager PHM, Setyo Sapto Edi, menjelaskan bahwa langkah ini bukan urusan teknis semata, namun bagian dari transformasi operasional Perusahaan yang sejalan dengan kebijakan keberlanjutan PHE dan PT Pertamina (Persero) untuk menjalankan operasi hulu migas rendah karbon guna mendukung pencapaian net zero emission Indonesia di tahun 2060 atau lebih cepat.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap aset hulu migas dikelola secara bertanggung jawab. Penghentian metode liquid burning
dan preservasi burner menjadi bukti nyata bahwa PHM bergerak ke arah
operasi yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan,” tutur Setyo dalam keterangannya, Kamis (18/9/2025).
Metode liquid burning bertujuan mengosongkan pipa produksi dari cairan agar gas dari reservoir – lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang mampu menyimpan dan mengalirkan minyak atau gas – dapat mengalir secara optimal ke permukaan.
Kini, PHM menghadirkan solusi yang lebih
ramah lingkungan dengan memasang pompa khusus atau fixed offloading pump
di anjungan lepas pantai Peciko. Dengan alat tersebut, cairan dari sumur bisa
langsung dipindahkan dan dimanfaatkan kembali tanpa harus dibakar. Artinya,
proses produksi dapat berjalan lebih bersih dan aman bagi lingkungan.
Program Green Air Conservation: After Burner
Preservation difokuskan pada unit liquid burner
yang terdapat di tujuh platform Peciko. Seiring penghentian metode liquid burning, peralatan burner yang selama ini
terpasang di Offshore Platform Peciko kini tidak lagi dibutuhkan. Agar tetap
aman dan terkelola dengan baik, PHM memprioritaskan kegiatan preservasi, yaitu
melepas dan mengamankan peralatan burner dari struktur platform. Pekerjaan
ini merupakan proses kompleks yang menuntut perencanaan strategis serta
koordinasi terintegrasi lintas fungsi, melibatkan tim Produksi, Perawatan,
Logistik, Konstruksi, hingga Well Intervention.
Pada tahun 2025, langkah perdana implementasi program
dilakukan di platform MWP-B, menandai dimulainya kegiatan preservasi sebagai
komitmen nyata Perusahaan dalam mengelola aset secara lebih ramah lingkungan
dan berkelanjutan. Melalui inisiatif ini, PHM menegaskan komitmennya
dalam menjaga keberlanjutan operasi sekaligus menerapkan praktik pengelolaan
energi yang lebih ramah lingkungan.
Dengan langkah strategis ini, PHM menegaskan perannya
sebagai perusahaan energi yang berkomitmen mendukung target keberlanjutan produksi
energi dari Wilayah Kerja (WK) Mahakam di Kalimantan Timur. PHM meyakini, keberhasilan
industri migas tidak hanya diukur dari capaian produksi, tetapi juga dari
kemampuan menjaga keselamatan kerja, membangun kepercayaan pemangku kepentingan, melestarikan lingkungan, serta mendukung pengembangan dan kemandirian masyarakat. RH