Jakarta, OG Indonesia -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2025, sebuah forum orasi ilmiah yang ditujukan untuk memperkuat pemahaman publik dan komunitas ilmiah mengenai perkembangan riset ketenaganukliran. Acara ini digelar di Auditorium Soemitro Djojohadikusumo, Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Jumat, 5 Desember 2025.
G.A. Siwabessy Memorial Lecture dihadirkan sebagai wadah pertukaran pengetahuan sekaligus bentuk penghormatan terhadap Prof. Dr. Gerrit Augustinus Siwabessy, tokoh penting dalam sejarah perkembangan ketenaganukliran Indonesia. Melalui forum ini, BRIN berkomitmen terus mendorong penguatan ekosistem sains dan teknologi nuklir nasional serta memfasilitasi penyebarluasan pemikiran ilmiah kepada masyarakat.
“G.A. Siwabessy Memorial Lecture merupakan bentuk penghormatan atas kontribusi Prof. Dr. G.A. Siwabessy, sekaligus penegasan komitmen BRIN dalam memperkuat ekosistem riset dan teknologi nuklir nasional. Melalui forum ini, kami mendorong lahirnya pemikiran strategis dan kolaborasi ilmiah yang memberikan manfaat nyata bagi kemajuan bangsa,” jelas Kepala BRIN Arif Satria.
Prof. G.A. Siwabessy dikenal sebagai pelopor radiologi Indonesia yang berperan besar dalam upaya pemerintah memetakan potensi paparan radioaktif dari uji coba nuklir pada 1954. Siwabessy juga merupakan tokoh penting dalam pembangunan kelembagaan tenaga atom nasional. Pemikiran dan dedikasinya menjadi fondasi penting bagi pemanfaatan energi nuklir yang lebih luas, aman, dan bermanfaat bagi berbagai sektor.
Tahun ini, BRIN menghadirkan Prof. Dr. Saroj Rujirawat dari Synchrotron Light Research Institute (Thailand) sebagai pemberi orasi ilmiah. Ia membawakan orasi berjudul “Light for the Future: Synchrotron Science Driving the Country Innovation and Sustainability”.
Sesi ini mengulas bagaimana teknologi cahaya sinkrotron menjadi instrumen penting dalam riset modern; mulai dari pengembangan baterai dan katalis energi bersih, pemetaan polutan lingkungan, pencitraan biomedis, hingga analisis artefak budaya dari Indonesia dan Thailand.
Prof. Dr. Saroj Rujirawat juga memaparkan pengembangan SPS-II, fasilitas sinkrotron terbaru Thailand yang dirancang untuk menghasilkan cahaya berpresisi sangat tinggi dan mendukung pengukuran waktu-nyata berbasis kecerdasan buatan.
Fasilitas ini diharapkan menjadi pusat riset bersama bagi negara-negara ASEAN, memperkuat kolaborasi ilmiah, berbagi data, serta pengembangan peneliti dan talenta muda guna mendorong kemajuan riset dan industri berbasis teknologi yang berkelanjutan. RH
Reviewed by Ridwan Harahap
on
Sabtu, Desember 06, 2025
Rating:



