Banggai, O&G Indonesia -- Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, meresmikan pengapalan perdana kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari Kilang Donggi Senoro LNG, Minggu (2/8). Kargo perdana yang dikirim ke Terminal Penerima dan Regasifikasi Arun di Nanggroe Aceh Darussalam tersebut akan memenuhi kebutuhan konsumen industri maupun pembangkit listrik di wilayah Sumatera bagian utara.
Peresmian dilakukan di lokasi Kilang Donggi Senoro LNG di Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Peresmian pengapalan perdana kargo LNG tersebut merupakan rangkaian acara peresmian Mega Proyek Pertamina Terintegrasi bersama mitra usahanya. Proyek-proyek yang diresmikan antara lain adalah Fasilitas Produksi Lapangan Gas Senoro oleh Joint Operating Body Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB PMTS) dan pengapalan Perdana Kargo PT Donggi-Senoro LNG (“DSLNG”), Groundbreaking PT Panca Amara Utama dan Pengoperasian Lapangan Gas GG Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java.
Kargo perdana LNG dengan volume sekitar 125,000 M3 tersebut merupakan bagian dari penjualan DSLNG ke pasar spot domestik di mana kesepakatan jual beli LNG-nya telah ditandangani pada akhir Juni 2015 lalu. "DSLNG memerlukan 49 hari sejak menerima pasokan gas sampai mulai pertama kali pengisian kargo. Dibandingkan dengan proses pada LNG proyek lain dengan skala yang setara, kami bangga bahwa proses DSLNG merupakan yang tercepat,” ujar Gusrizal, Presiden Direktur DSLNG.
Mega Proyek Terintegrasi adalah inisiatif Pertamina dan MedcoEnergi untuk monetisasi cadangan gas melalui proyek LNG di wilayah Sulawesi Tengah setelah menunggu 30 tahun sejak gas ditemukan. Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas-fasilitas pengolahan gas di hulu yaitu Central Processing Plant oleh JOB PMTS dan Pengembangan Gas Matindok oleh Pertamina EP, serta pembangunan Kilang Donggi Senoro LNG. Pengembangan proyek ini juga didukung oleh partisipasi dari Mitsubishi Corporation dan KOGAS. Total investasi mega proyek melalui proyek LNG tersebut mencapai 4,8 miliar dollar AS.
Kilang DSLNG dengan nilai investasi 2,8 miliar dollar AS, telah memasuki tahap operasional ditandai dengan diterimanya gas yang dapat diolah menjadi LNG sejak awal Juni 2015, setelah menyelesaikan rangkaian seluruh uji coba sistem kilang dengan aman. Pada tanggal 24 Juni 2015, kilang mulai memproduksi LNG dengan pasokan gas yang disuplai oleh JOB PMTS. Kilang memproduksi LNG secara bertahap sesuai dengan pasokan gas dari hulu.
DSLNG telah menandatangani kesepakatan jual beli gas dengan produsen di hulu yaitu PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, PT Medco E&P Tomori Sulawesi dan Tomori E&P Ltd. melalui Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB PMTS), dan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) melalui Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Sesuai dengan kesepakatan tersebut, Kilang LNG Donggi Senoro akan mendapat pasokan dari Blok Senoro-Toili yang dikelola JOB PMTS sebanyak 250 juta kaki kubik per hari dan dari Blok Matindok yang dikelola oleh PPGM sebanyak 85 juta kaki kubik per hari. Selain memasok ke kilang LNG Donggi Senoro, produsen gas juga memasok untuk industri domestik, antara lain untuk pabrik ammonia dan pembangkit listrik.
Di sisi pembeli LNG, DSLNG telah menandatangani perjanjian jual beli LNG jangka panjang dengan Chubu Electric, Kyushu Electric, dan Korea Gas Corporation. Pengiriman kargo LNG kepada pembeli jangka panjang tersebut juga akan dilakukan tahun ini.
Kilang LNG Donggi-Senoro menjadi proyek pertama di Indonesia yang menggunakan skema hilir yang memisahkan produksi gas di hulu dengan pengolahan gas alam cair di hilir. Model pengembangan hilir memungkinkan optimalisasi penerimaan negara sebab biaya pembangunan kilang tidak membebani cost recovery. Kilang LNG Donggi Senoro merupakan kilang gas alam cair keempat di Indonesia.
Total penyerapan tenaga kerja pada masa puncak konstruksi secara akumulasi mencapai 10.000 orang, sehingga kehadiran Mega Proyek Terintegrasi ini telah memberikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kabupaten Banggai dan Provinsi Sulawesi Tengah. RH
Peresmian dilakukan di lokasi Kilang Donggi Senoro LNG di Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Peresmian pengapalan perdana kargo LNG tersebut merupakan rangkaian acara peresmian Mega Proyek Pertamina Terintegrasi bersama mitra usahanya. Proyek-proyek yang diresmikan antara lain adalah Fasilitas Produksi Lapangan Gas Senoro oleh Joint Operating Body Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB PMTS) dan pengapalan Perdana Kargo PT Donggi-Senoro LNG (“DSLNG”), Groundbreaking PT Panca Amara Utama dan Pengoperasian Lapangan Gas GG Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java.
Kargo perdana LNG dengan volume sekitar 125,000 M3 tersebut merupakan bagian dari penjualan DSLNG ke pasar spot domestik di mana kesepakatan jual beli LNG-nya telah ditandangani pada akhir Juni 2015 lalu. "DSLNG memerlukan 49 hari sejak menerima pasokan gas sampai mulai pertama kali pengisian kargo. Dibandingkan dengan proses pada LNG proyek lain dengan skala yang setara, kami bangga bahwa proses DSLNG merupakan yang tercepat,” ujar Gusrizal, Presiden Direktur DSLNG.
Mega Proyek Terintegrasi adalah inisiatif Pertamina dan MedcoEnergi untuk monetisasi cadangan gas melalui proyek LNG di wilayah Sulawesi Tengah setelah menunggu 30 tahun sejak gas ditemukan. Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas-fasilitas pengolahan gas di hulu yaitu Central Processing Plant oleh JOB PMTS dan Pengembangan Gas Matindok oleh Pertamina EP, serta pembangunan Kilang Donggi Senoro LNG. Pengembangan proyek ini juga didukung oleh partisipasi dari Mitsubishi Corporation dan KOGAS. Total investasi mega proyek melalui proyek LNG tersebut mencapai 4,8 miliar dollar AS.
Kilang DSLNG dengan nilai investasi 2,8 miliar dollar AS, telah memasuki tahap operasional ditandai dengan diterimanya gas yang dapat diolah menjadi LNG sejak awal Juni 2015, setelah menyelesaikan rangkaian seluruh uji coba sistem kilang dengan aman. Pada tanggal 24 Juni 2015, kilang mulai memproduksi LNG dengan pasokan gas yang disuplai oleh JOB PMTS. Kilang memproduksi LNG secara bertahap sesuai dengan pasokan gas dari hulu.
DSLNG telah menandatangani kesepakatan jual beli gas dengan produsen di hulu yaitu PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, PT Medco E&P Tomori Sulawesi dan Tomori E&P Ltd. melalui Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB PMTS), dan PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) melalui Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Sesuai dengan kesepakatan tersebut, Kilang LNG Donggi Senoro akan mendapat pasokan dari Blok Senoro-Toili yang dikelola JOB PMTS sebanyak 250 juta kaki kubik per hari dan dari Blok Matindok yang dikelola oleh PPGM sebanyak 85 juta kaki kubik per hari. Selain memasok ke kilang LNG Donggi Senoro, produsen gas juga memasok untuk industri domestik, antara lain untuk pabrik ammonia dan pembangkit listrik.
Di sisi pembeli LNG, DSLNG telah menandatangani perjanjian jual beli LNG jangka panjang dengan Chubu Electric, Kyushu Electric, dan Korea Gas Corporation. Pengiriman kargo LNG kepada pembeli jangka panjang tersebut juga akan dilakukan tahun ini.
Kilang LNG Donggi-Senoro menjadi proyek pertama di Indonesia yang menggunakan skema hilir yang memisahkan produksi gas di hulu dengan pengolahan gas alam cair di hilir. Model pengembangan hilir memungkinkan optimalisasi penerimaan negara sebab biaya pembangunan kilang tidak membebani cost recovery. Kilang LNG Donggi Senoro merupakan kilang gas alam cair keempat di Indonesia.
Total penyerapan tenaga kerja pada masa puncak konstruksi secara akumulasi mencapai 10.000 orang, sehingga kehadiran Mega Proyek Terintegrasi ini telah memberikan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di Kabupaten Banggai dan Provinsi Sulawesi Tengah. RH
Jokowi Resmikan Pengapalan Perdana Kargo LNG Donggi Senoro
Reviewed by OG Indonesia
on
Senin, Agustus 03, 2015
Rating:
