Terkendala Infrastruktur, Shale Gas Sulit Berkembang di Indonesia

Bogor, O&G Indonesia -- Kondisi infrastruktur jalan di Indonesia yang belum memungkinkan keamanan yang optimal dalam perjalanan menjadi salah satu kendala dalam pengembangan shale gas di Indonesia.

Diterangkan oleh Dewan Pembina Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) yang juga menjabat Vice President Exploration PT. Saka Energi Indonesia Rovicky Dwi Putrohari, kunci kesuksesan dalam pengembangan shale gas ada di persoalan infrastruktur. 

"Di Amerika Serikat dia sudah bangun infrastruktur pada saat harga minyak masih US$ 80. Sehingga saat ini setelah terpasang, dengan harga minyak US$ 40 pun dia masih on," kata Rovicky kepada O&G Indonesia saat bertemu di Konferensi Jurnalis Sains Indonesia 2015 yang diadakan oleh The Society of Indonesia Science Journalists (SISJ) di Bogor, Sabtu (29/8).

Sayangnya, kondisi infrastruktur jalan di Indonesia masih sangat jauh dari kata memuaskan. Untuk menunjang kegiatan pengeboran sampai perekahan (fracking) dalam kegiatan operasi shale gas diperlukan banyak air yang harus bisa disalurkan ke lokasi operasi. 

Diceritakan Rovicky, dalam satu lokasi pengeboran shale gas itu bisa ada 8-10 sumur yang membutuhkan banyak air. Tak heran, sebuah truk tangki bisa ratusan kali berjalan untuk sekedar mengangkut air. "Di Indonesia enggak jalan karena kita enggak punya infrastruktur. Kalau saya bawa berjalan-jalan truk tangki di Indonesia saya pasti dimarahi sama PU, karena itu belum mungkin berjalan di Indonesia," jelasnya.

Diungkapkan Rovicky, karena kendala itu maka Saka Energi saat ini berinvestasi untuk shale gas di Amerika Serikat. "Di luar negeri saja yang sudah proven, bisa juga kita belajar dari sana," tuturnya.

Jika ingin mengadaptasi teknologi shale gas dari Amerika Serikat ke Indonesia, dikatakan Rovicky sebaiknya teknologinya menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia. "Di Amerika itu air itu susah sehingga harus dibawa dari tempat lain. Di Indonesia air banyak, tapi kita perlu membawa pompa-pompa cukup banyak ke daerah operasi," ujarnya.

Ditambahkan Rovicky, dalam kegiatan operasi shale gas juga butuh pasir, di mana pasirnya itu harus pasir khusus yang dipakai khas untuk daerahnya. Lalu untuk batuan shale yang ada di Indonesia dan Amerika itu juga berbeda. "Di sini itu batuannya lebih muda, frackability-nya atau cara rekahannya beda. Jadi kalau kita mau mengembangkan di sini kita harus develope sendiri dengan cara sendiri dan harus modifikasi. Jangan hanya bawa teknologinya ke sini, enggak akan jalan," pungkasnya panjang. RH


Terkendala Infrastruktur, Shale Gas Sulit Berkembang di Indonesia Terkendala Infrastruktur, Shale Gas Sulit Berkembang di Indonesia Reviewed by OG Indonesia on Sabtu, Agustus 29, 2015 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.