SPBU Klatakan, Dari Daerah Gelap Jadi Berkah untuk Para Santri

Kegiatan usaha SPBU Klatakan, Jember
membantu biaya hidup sehari-hari
3000 santri di Pondok Pesantren Al Qodiri.
Foto-foto: Ridwan Harahap
Jember, O&G Indonesia – “Di sini alat perjuangan lillahi ta’ala untuk pesantren,” ucap H. Ahmad Rifai, Pengawas SPBU Klatakan, Jember kepada O&G Indonesia tentang usaha SPBU dari Pondok Pesantren Al Qodiri di sela-sela kunjungan tim Roadshow Mandatori B20 ke pondok pesantren (ponpes) tersebut di daerah Patrang, Jember, Minggu (31/01).

Pesantren dengan luas tanah 26 hektare yang juga mengelola sekolah dari TK, Madrasah hingga perguruan tinggi ini, kegiatan usaha SPBU-nya sangat membantu keuangan pesantren dalam membiayai kehidupan sehari-hari sekitar 3000-an santrinya yang mondok di ponpes tersebut. “SPBU tidak semata-mata untuk bisnis, tetapi untuk kepentingan pesantren dan pendidikan yang ada di sini,” terangnya.

SPBU Klatakan yang kalau kita berkunjung ke sana terpampang gambar KH. Achmad Muzakki Syah, sang pengasuh Ponpes Al Qodiri ini dibangun sejak tahun 2008. Awal mulanya selepas kunjungan rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan majelis zikirnya kala itu tertarik membantu Pesantren Al Qodiri. Sebagai pesantren baru yang berdiri tahun 1987 dan terus berkembang pesat, Pesantren Al Qodiri memang memerlukan kegiatan usaha sampingan untuk mendapat tambahan dana untuk kegiatan pendidikannya.
Pasokan bio solar ke SPBU Klatakan lancar.

Saat pertama kali dibangun, SPBU ini membeli tanah seluas 4.000 meter seharga Rp 248 juta di daerah Klatakan, Kecamatan Tanggul yang berjarak sekitar 25 kilometer arah Surabaya dari Kota Jember. Daerah tersebut kerap disebut warga Jember sebagai daerah peteng atau “daerah gelap”. “Kita beli tanah di Klatakan, daerah yang rusak, daerah yang mati dan peteng. Itu bukan hanya gelap tapi banyak juga perampok atau orang yang hatinya gelap dulu di situ,” ceritanya.

Rifai pun mengisahkan kemudahan yang dilalui Ponpes AlQodiri kala pertama kali membangun SPBU. “Alhamdulillah kita banyak dibantu (saat membangun SPBU). Untuk satu mesin dengan 4 nozzle yang biasanya Rp 265 juta, kita hanya beli Rp 125 juta. Beli tangki pun yang harganya Rp 150 juta, kita hanya Rp 80 juta,” ungkapnya.

Dilanjutkan Rifai, saat ini omset SPBU Klatakan cukup bagus dibandingkan SPBU-SPBU lain yang ada di sekitarnya. “Per harinya untuk saat ini tidak kurang dari Rp 150 juta omsetnya,” tuturnya. Dengan kegiatan usaha SPBU tersebut, diakui oleh Rifai dapat membantu sebagian kegiatan pesantren sehari-hari di samping kegiatan lainnya dari koperasi, pertanian dan peternakan. “Kyai (Achmad Muzakki Syah) tidak pernah minta bantuan pemerintah (untuk pesantrennya). Dana SPBU tiap bulan masuk tak pernah dipegang Kyai, langsung untuk pesantren,” sambungnya.

Masjid di SPBU Klatakan
rutin mengadakan pengajian tiap bulannya.
Saat ini SPBU Klatakan kerap disinggahi para pengendara dari arah Surabaya-Banyuwangi dan sebaliknya untuk mengisi BBM. SPBU ini memiliki 3 mesin dengan masing-masing 4 nozzle. Ditambah dengan 4 tangki dengan kapasitas 32 KL sebanyak 3 tangki, dan kapasitas 8 KL ada satu tangki. “Di situ juga ada masjidnya bukan musholla, airnya melimpah ruah, ada kantinnya dan tempat istirahatnya yang semuanya gratis,” jelasnya. Di SPBU ini juga rutin diadakan pengajian setiap bulannya pada hari Jumat Legi.

SPBU Klatakan dikatakan Rifai juga sudah menyediakan bahan bakar bio solar sebagai campuran solar dan biodiesel sebesar 20% guna mendukung pemanfaatan biodiesel. “Pasokannya lancar, kita enggak pernah kekurangan,” pungkasnya sambil tertawa. RH


SPBU Klatakan, Dari Daerah Gelap Jadi Berkah untuk Para Santri SPBU Klatakan, Dari Daerah Gelap Jadi Berkah untuk Para Santri Reviewed by OG Indonesia on Senin, Februari 01, 2016 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.