BP2MI Ajak PGI Basmi Mafia Pekerja Migran dari Hulu

Jakarta, OG Indonesia -- Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mengajak Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) agar gereja turut melakukan sosialisasi kepada jemaatnya tentang tata cara bekerja ke luar negeri yang aman sehingga terhindar dari jeratan mafia pengiriman tenaga kerja non prosedural.


"PGI bagi kami adalah mitra strategis yang membawahi banyak gereja, dan gereja memiliki banyak jemaat di seluruh tanah air," ucap Benny Rhamdani, Kepala BP2MI saat berkunjung ke kantor PGI di Salemba, Jakarta, Kamis (25/6/2020).

Diterangkan Benny, kedatangan pihaknya ke kantor PGI adalah untuk bersama-sama menanggulangi berbagai permasalahan terkait pekerja migran Indonesia (PMI). "Mulai dari memberikan pelatihan sampai sosialisasi terkait perundang-undangan terkait ketenagakerjaan, dan bagaimana proses rekrutmen yang benar," terang Benny.

BP2MI mengungkapkan ada sekitar 5,3 juta PMI yang ke luar negeri tidak melalui jalur yang resmi lewat jaringan mafia tenaga kerja. "Sindikasi atau mafia pengiriman PMI secara ilegal ini luar biasa. Tindak pidana perdagangan orang ada di dalamnya, pembiaran ketika PMI dapat masalah juga terjadi, kejahatan HAM dan tindakan kekerasan bahkan kekerasan seksual, sampai penjualan organ tubuh, dan bagaimana mereka tidak menerima gaji," bebernya.

Karena itu, Benny menegaskan bahwa kegiatan mafia tenaga kerja non prosedural tersebut harus diakhiri sejak dari hulunya. PGI sendiri siap membantu BP2MI memerangi mafia pengiriman tenaga kerja ilegal ke luar negeri dengan membantu sosialisasi kepada umat Kristen. "Di persidangan-persidangan oikumene sekarang, kita selalu angkat masalah yang dihadapi oleh para PMI," ucap Gomar Gultom, Ketua Umum PGI.

Menurutnya, tugas gereja adalah mengingatkan jemaatnya untuk meningkatkan kapasitas dirinya jika memang mau bekerja ke luar negeri. "Jangan hanya tergiur dengan enaknya cerita sukses tapi juga harus mendalami banyak hal yang harus diperhatikan, seperti (kemampuan) bahasa kita lemah," tuturnya. "Gereja punya tanggung jawab untuk menyosialisasikan itu semua lewat proses edukasi dan penyadaran," tutupnya.