PFMuda Menjawab Permasalahan Masyarakat


Oleh: Unggul Putranto, Direktur Operasional Pertamina Foundation

Pertamina Foundation kembali menggelar ajang kompetisi untuk anak muda yang disebut PFMuda. Banyak yang bertanya seperti apa lomba yang diadakan itu? Selain persyaratan umur yang sudah jelas dimunculkan di ww.muda.pertaminafpundation.org yaitu berusia 18-35 tahun, di sini saya akan memberikan beberapa ilustrasinya, yang terkait pula tentang permasalahan sosial, aktivitas dan kreasi anak-anak muda yang bisa menjadi inspirasi buat sobat muda semua.

Suatu hari saya jalan-jalan di Ubud, seperti biasanya di sana selain kuliner juga kita  bisa menikmati seni baik itu lukis, patung, logam dan lain-lain. Saya menyempatkan datang ke seorang maestro lukis yang sudah sepuh, namanya Pak Pande Ketut Bawa. Dia selalu menjelaskan tentang lukisannya dalam cerita yang menarik. Ditemani teh hangat yang disiapkan istrinya dia bercerita tentang raja kodok yang menguasai jagad ini, me-refer pada suatu penggalan cerita wayang.  

Dia juga bercerita tentang beratnya kehidupan pekerja seni, terutama lukis. Sambil menunjukkan salah satu karya terbaiknya berwana hijau tentang dunia katak, beliau menyisipi suka duka pelukis di Bali. Ada suatu aliran yang disebut “Keliki Kawan”, yang berasal dari daerah Ubud. Nilai lukisan aliran ini sangat fantastis, dapat dipastikan di atas 10 juta rupiah untuk ukuran kertas 30cm x 40cm.  

Namun ironisnya, banyak pemuda di Desa Keliki itu sekarang yang menghentikan kegiatan melukisnya karena kesulitan menjual hasil karyanya. Mereka kebanyakan berpindah profesi menjadi buruh bangunan. Jika tidak ada yang tergerak untuk melestarikannya, aliran ini dapat dipastikan punah tidak lama lagi. Termenung Pak Ketut Bawa yang berusia di atas 75 tahun ini menceritakan kisahnya.

Di kesempatan lain saya bertemu dengan sahabat lama yang dulu bersama meniti karir di suatu perusahaan swasta, Mas Sony Tan, dan sahabat lainnya, Kang Maman Suherman yang berprofesi sebagai penulis dan pendongeng. Kami bertiga ketemu untuk mempersiapkan cerita tentang teman saya yang mau pensiun dan ingin memberi kejutan tentang kisah-kisah yang under cover, yang tidak pernah diketahui oleh anak buah, teman bahkan mungkin tidak diketahui oleh keluarganya.  

Di tengah cerita itu Sony Tan bercerita tentang anak laki-laki dan kelompoknya yang mempunyai kegiatan sosial yaitu mengajari anak-anak yang dapat dikatakan tidak mempunyai masa depan, yaitu anak-anak yang tinggal di lingkungan lokalisasi. Anak-anak muda tadi secara rutin mendatangi red district tadi untuk sesuatu yang mulia, selain mengajarkan pelajaran-pelajaran sekolah yang sifatnya dasar juga tentang nilai-nilai lain yang tidak akan didapat dari lingkungannya.

Beberapa tahun lalu, seorang kenalan mengajak saya untuk jalan-jalan di daerah Kulon Progo. Pada saat itu saya masih bekerja di Dana Pensiun Pertamina. Saya masuk ke daerah yang tidak jauh dari Waduk Sermo dan dikenalkan dengan pengurus desa di sana. Mereka menawarkan tanah kas desa seluas lebih dari 12 hektar untuk dikelola, for free.  

Mereka merasa bahwa jika tanah desa ini bisa dikelola dengan pertanian yang intensif tentu akan mendatangkan kesejahteraan buat desa mereka. Saya berpikir kita bisa menanam berbagai tanaman yang mempunyai jangka yang bervariasi, dari jangka pendek seperti cabe dan jambu kristal yang bisa dipanen setelah 4 bulan, jangka menengah seperti alpukat yang bisa dipanen setelah 4 tahun, atau jangka panjang seperti tanaman sengon dan jati.

Ilustrasi terakhir adalah ketika saya mengunjungi kawanan konservasi penyu di Kali Buntu, Kebumen dua bulan lalu. Di sana kelompok anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna yang berjumlah 20-an orang. Mereka bergantian melakukan ronda tanpa dibiayai siapapun demi mengamankan telur punyu di sepanjang pantai Kali Buntu dari pencurian. Ratusan penyu bisa diselamatkan tiap tahunnya, dan pasti mereka akan bangga jika anak dari penyu yang mereka selamatkan akan bisa disentuh oleh cucu buyut mereka, mengingat penyu bisa berumur lebih dari 200 tahun.

Beberapa contoh di atas bisa menjadi inspirasi anak-anak muda menangkap permasalahan-permasalahan sosial di sekitarnya. Siapa tahu anak-anak muda di banjar/rumah adat di Ubud memprakarsai kegelisahan Pak Pande dengan mengadakan pameran anak muda khusus aliran Keliki Kawan yang nyaris punah.  

Siapa tahu gerakan putranya Mas Sony tadi menggerakkan anak-anak muda lain mengembangkan paket aplikasi yang bisa dimanfaatkan anak-anak di daerah tersebut, sehingga mereka menjadi lebih punya harapan dan masa depan.  

Siapa tahu ada anak-anak muda yang bisa menggerakkan sumber daya masyarakat menyelamatkan tanah yang kritis dan tidak produktif menjadi daerah yang sejahtera, dan siapa sangka nanti daerah Kali Buntu di Kebumen akan menjadi objek wisata alam yang hebat.

Pasti banyak cerita sukses dari para sobat PFmuda yang bisa diangkat dan pada akhirnya direplikasi untuk kesejahteraan masyaraat luas. Para sobat cukup membuat proposal singkat, dua atau tiga halaman saja, disertai dengan foto atau video yang menarik. Silahkan kunjungi web Pertamina Foundation pertaminafoundation.org atau Instagram kita @pertamina.foundation, untuk mendaftarkan diri.  

Ditunggu ya temen-temen #PFfriends

PFMuda Menjawab Permasalahan Masyarakat PFMuda Menjawab Permasalahan Masyarakat Reviewed by OG Indonesia on Selasa, September 22, 2020 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.