Jampi-jampi Naiknya Harga Minyak


Oleh: Salamuddin Daeng, Pengamat Ekonomi dan Politik dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Banyak yang masih berharap harga minyak naik, padahal harga minyak sudah bertahan rendah dalam setengah dasawarsa. Jika secara jeli dicermati, sejak kesepakatan Paris COP 21 harga minyak terpukul dan bertahan rendah. 

Kalau ditarik lebih jauh lagi cerita mengakhiri dominasi minyak telah dimulai sejak pemerintahan Obama mencetak uang dollar dengan modal kertas dan tinta saja. Padahal harga minyak tengah merosot. Ini merupakan bukti awal bahwa petro dollar telah berakhir. Jadi minyak tidak lagi menjadi jangkar mata uang dollar. Antara harga minyak dan harga dollar yang diperdagangkan secara internasional tidak berkaitan. Dollar kehilangan jangkarnya. 

Perubahan ini adalah bagian pokok yang menentukan. Rezim petro dollar yang usianya sudah 45 tahun resmi diakhiri.Tidak banyak analisis memang yang mengupas masalah ini.  Namun inilah yang sebetulnya terjadi. Padahal perubahan tatanan keuangan global inilah yang menjadi inti masalahnya. Dari sini semua dimulai. 

Para pengambil keputusan politik Indonesia memang tidak cukup mengerti masalah ini. Namun peta politik global tengah bergerak ke arah mengakhiri minyak sebagai buffer politik dan keuangan dunia. Uang-uang minyak selama ini merupakan sumber dana utama untuk membiayai dunia, mulai dari membiayai berbagai institusi keuangan multilateral hingga membiayai konflik internasional dalam mengatur keseimbangan politik global. 

Berakhirnya rezim petro dollar adalah akibat langsung dari badai transparansi. Badai yang datang sebagai konsekuensi kemajuan ICT dan digitalisasi. Semua keputusan keuangan dilahirkan dari Big Data, blockchain, yang akan mengakhiri era paper money yang selama ini ditopang oleh eksklusivitas informasi, disparitas informasi. Sampai sampai tidak ada yang tahu berapa jumlah dollar yang beredar di seluruh dunia. Sekarang sudah berakhir dengan transparansi. 

Lalu bagaimana dengan uang-uang hasil minyak yang selama ini sebagian besar terpendam di ruang ruang gelap, digunakan bagi pembiayaan perang, kudeta, sumber dana membiayai konflik, hingga terorisme. Semua akan digulung oleh badai transparansi. Di sinilah pertarungan akan berlangsung. Sebuah pertarungan untuk menyita secara keseluruhan uang kotor hasil minyak dan hasil penjarahan kekayaan alam dunia selama berpuluh-puluh tahun. Sekarang berhadapan dengan transparansi. 

Analisis inilah yang paling relevan untuk melihat mengapa Arab-Israel harus berdamai. Karena minyak sudah tidak lagi menjadi jangkar keuangan global, karena minyak akan dipukul dengan harga rendah, karena minyak sudah tidak lagi sebagai sumber uang, maka otomatis konflik di Timur Tengah berakhir. Apa yang mau dikonflikkan? Sudah tidak ada lagi. Jadi damailah di sana. 

Sementara di sini, masih saja melakukan jampi-jampi agar harga minyak naik. Sementara gerak zaman tidak demikian. Di depan mata COVID-19 telah memukul harga minyak sampai minus. Ini belum pernah terjadi. Jadi datangnya Covid ini adalah pukulan terhadap minyak. Jadi minyak sudah dipukul dengan transparansi, dipukul dengan COP 21 Paris, dipukul dengan COVID-19. Ini adalah episentrum pertarungan saat ini. Sejarah bergerak maju dan tidak bisa dihentikan oleh jampi-jampi. 

Jadi peta jalan bagi transisi energi dari fosil ke non fosil telah dibuka demgan sangat lebar. Pekerjaan bagi transisi energi, digitalisasi, bukan pekerjaan main-main, bukan sekedar pencitraan politik belaka, bukan untuk menipu-nipu lembaga keuangan global agar menurunkan utang ke negara ini, akan tetapi sebuah peta jalan sejarah perubahan manusia. Di bumi yang kita diami ini tidak boleh ada lagi yang membakar minyak di jalan-jalan, membakar batubara di sepanjang pantai bagi pembangkit listrik, dan segala aktivitas yang mengotori biosfer tempat kita hidup harus diakhiri.  Renungkanlah!

Jampi-jampi Naiknya Harga Minyak Jampi-jampi Naiknya Harga Minyak Reviewed by OG Indonesia on Selasa, November 24, 2020 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.