Jakarta, OG Indonesia -- Direktur Panas Bumi, Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM, Harris Yahya, mengingatkan PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) sebagai pengelola WKP Sorik Marapi di Mandailing Natal, Sumatera Utara, untuk mengevaluasi dan memperbaiki SOP (Standar Operasional Prosedur) di proyek PLTP Sorik Marapi. Hal ini menyusul tragedi tewasnya 5 warga Sibanggor Julu karena paparan gas beracun H2S yang berasal dari sumur proyek PLTP Sorik Marapi beberapa waktu lalu.
"Harus direncanakan secara matang, bukan hanya teknisnya tetapi juga person yang ada harus juga punya kompetensi untuk bisa bekerja secara tim sehingga kejadian semacam ini tidak lagi terulang," kata Harris dalam webinar bertajuk "Tragedi SMGP: Bagaimana Idealnya Pertanggungjawaban Negara dan Korporasi?" yang diselenggarakan Yayasan Rumah Konstitusi, Selasa (16/2/2021).
Dijelaskan Harris, tidak hanya soal SOP buka sumur yang perlu diperbaiki tetapi juga SOP-SOP untuk kegiatan lainnya. "SOP-SOP yang lain yang memang punya potensi membahayakan, tidak hanya membahayakan pekerja internal tetapi juga masyarakat umum juga harus dievaluasi secara keseluruhan," tegasnya.
Hal tersebut penting dilakukan agar tidak ada lagi kekhawatiran di tengah masyarakat. "Supaya tidak lagi ada kejadian berikutnya. Karena PT SMGP ini masih punya target untuk mengoperasikan empat sumur lagi dengan total kapasitas 240 Mega (MW), yang terjadi sekarang baru satu (sumur)," tutur Harris.
PLTP Sorik Marapi merupakan salah satu proyek strategis nasional untuk pembangkit listrik energi terbarukan. Dari lima unit PLTP yang direncanakan beroperasi sampai tahun 2023, saat ini baru satu unit yang beroperasi sejak Oktober 2019 lalu. RH
Reviewed by OG Indonesia
on
Selasa, Februari 16, 2021
Rating:
.JPG)
