Sampah Plastik Bisa Diolah Jadi BBM?


Jakarta, OG Indonesia --
Pandemi COVID-19 telah mengubah berbagai kebiasaan masyarakat Indonesia. Sejak diberlakukannya pembatasan sosial misalnya, aktivitas berbelanja di supermarket mulai berkurang. Kini, masyarakat lebih memilih berbelanja secara daring melalui e-commerce atau aplikasi pesan-antar. Survey yang dilakukan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI pada April hingga Mei 2020  menyebutkan, selama pandemi kegiatan belanja online naik hingga 62 persen.

Celakanya, 96 persen pengemasan produk menggunakan bahan yang mengandung plastik, seperti kantong kresek, bubble wrap dan selotip. Bahkan, sampah dari pembungkus tersebut lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan kemasan produk yang dibeli. Pemprov DKI Jakarta mengatakan, selama pandemi komposisi sampah plastik meningkat hingga 21 persen dibandingkan tahun 2018.

Selain bersifat tidak dapat diuraikan secara biologi (non-biodegradable), sampah plastik juga berbahaya bagi kesehatan. “Plastik diperkirakan baru dapat terurai dengan sempurna setelah 100 hingga 500 tahun. Karenanya, sampah plastik sangat berpotensi untuk mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Selain itu, bahan kimia yang terdapat dalam plastik juga berisiko memicu berbagai penyakit berbahaya seperti kanker,” ungkap Nona Merry Merpati Mitan, Dosen Program Studi Kimia Universitas Pertamina, Jumat (9/12/2021).

Kepeduliannya terhadap timbulan sampah plastik, membuat Merry bersama tim yang beranggotakan para dosen: Mega Mutiara Sari, dosen Program Studi Teknik Lingkungan; dan Sri Hastuty, dosen Program Studi Teknik Mesin, serta para mahasiswa Universitas Pertamina, menggagas kegiatan pengolahan sampah plastik di lingkungan sekitar kampus. 

“Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa alternatif solusi untuk mengolah sampah plastik. Misalnya, menjadikannya kerajinan tangan, bahan bangunan, dan lain-lain. Sebagai kampus yang fokus pada pengembangan energi, kami menawarkan solusi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar bensin (BBM),” ujar Merry.

Tim menerapkan teknologi daur ulang sampah plastik dengan metode pirolisis. Teknik ini merupakan teknik sederhana dengan cara memanaskan sampah plastik dengan kondisi minim oksigen. Pirolisis sampah plastik, khususnya jenis polietilen dan polipropilen, akan menghasilkan fraksi cair yang sifatnya mendekati fraksi bensin. Hal ini disebabkan karena kedua jenis plastik tersebut terbuat dari minyak bumi.

Ayu Silvia Fitri, mahasiswa Program Studi Kimia Universitas Pertamina, mengaku senang dapat berpartisipasi dalam proyek tersebut. “Selain bisa mempraktekan secara langsung teori yang diajarkan di kelas, saya juga jadi terbiasa untuk bekerja dalam tim. Proyek ini turut serta melibatkan dosen dan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, yakni Kimia, Teknik Lingkungan dan Teknik Mesin. Sehingga, pendekatan yang digunakan untuk menganalisa masalah juga berbeda. Rasanya, seperti berada di iklim dunia kerja profesional,” tutur Ayu.

Selain berpotensi mengurangi timbulan limbah, konversi sampah plastik menjadi BBM ini, lanjut Merry, juga akan berpotensi mengakselerasi target capaian bauran energi. Menurut Merry, ini akan menjadi salah satu alternatif sumber energi baru. Sehingga, ia dan tim ingin membagikan teknik ini tidak hanya kepada dosen dan mahasiswa di Universitas Pertamina, tetapi juga kepada masyarakat sekitar kampus.

Sebagai pilot project, tim melakukan kerja sama dengan Bank Sampah Seni Baru, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Icang Sanusi, Kepala Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup, pengelola Bank Sampah Seni Baru, mengapresiasi kerja sama dengan Universitas Pertamina. 

“Dalam operasional pengelolaan Bank Sampah Seni Baru, kami sudah melakukan pengumpulan sampah plastik dari warga yang berlokasi di sekitar Kecamatan Kebayoran Baru. Sayangnya, alternatif solusi yang kami lakukan belum sampai pada teknologi pirolisis ini,” pungkas Icang.

Pada 11 November 2021 lalu, tim Universitas Pertamina memberikan pelatihan teknis penggunaan peralatan pirolisis untuk memudahkan pemahaman para pengelola Bank Sampah Seni Baru. Dari penggunaan peralatan pirolisis tersebut, dihasilkan fraksi cair sebesar 50 hingga 80 persen bergantung pada jenis plastik yang digunakan. Fraksi cair hasil pirolisis tersebut telah diuji di laboratorium dan menghasilkan nilai kalor sebesar 11.159,8 kcal/kg. Nilai ini sangat dekat dengan nilai kalor bahan bakar bensin yaitu 10.862,7 kcal/kg.

Proyek gagasan Merry dan tim ini, mendapatkan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (RISTEK BRIN) pada tahun 2020 lalu senilai 46 Juta Rupiah. Meskipun di usia yang baru menginjak tahun ke-6, Universitas Pertamina telah membuktikan diri sebagai tempat lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya terkait energi yang menjadi kekhususannya. RH


Sampah Plastik Bisa Diolah Jadi BBM? Sampah Plastik Bisa Diolah Jadi BBM? Reviewed by Ridwan Harahap on Sabtu, Desember 11, 2021 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.