Pembentukan Tim Persiapan Pengembangan PLTN Dinilai Sudah Tepat


Jakarta, OG Indonesia --
Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan bahwa Kementerian ESDM terus membangun kerja sama internasional terkait studi pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.

"Sekarang sudah terbit Keputusan Menteri ESDM untuk pembentukan tim terkait dengan persiapan penyusunan NEPIO (Nuclear Energy Program Implementing Organization). Jadi persiapan untuk penyusunan kelembagaan dari pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir," kata Dadan dalam konferensi pers secara daring, Senin (17/1/2022).

Diceritakan Dadan, untuk kajian studi PLTN saat ini leading sector-nya lebih banyak dijalankan oleh BATAN. Kementerian ESDM juga terlibat lewat Badan Litbang ESDM untuk melakukan kajian lokasi PLTN, seperti di Bangka Belitung dan Kalimantan. "Tapi memang belum ada penunjukan lokasinya di mana, sampai sekarang belum," jelasnya.

Dari sisi kajian investasi, Dadan menerangkan investasi PLTN cukup bervariasi, tergantung pada kelas pembangkitnya, teknologi yang digunakan, serta seberapa besar kapasitasnya. "Ada pihak yang menyampaikan ke kami bahwa listriknya cukup menarik dari sisi harga, misalkan 9-10 sen US dollar per kWh. Ada juga yang menyampaikan angkanya 7 sen. Ini sampai juga kajiannya ke pemerintah, dari sisi harganya sebetulnya sudah cukup menarik," tuturnya.

Kendati demikian menurut Dadan, sesuai dengan regulasi yang ada, kebijakan pemerintah untuk memanfaatkan PLTN nantinya harus dapat memastikan bahwa teknologi yang digunakan untuk PLTN harus proven serta ada contoh yang sudah beroperasi secara komersial.

Revisi RUEN

Menurut Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi, pembentukan tim persiapan pengembangan PLTN oleh Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, sudah sangat tepat dan strategis untuk mempercepat penerapan PLTN di Indonesia. Ditambahkan olehnya, selain pembentukan tim itu, perlu juga segera direvisi RUEN (Rencana Umum Energi Nasional), yang masih menempatkan PLTN sebagai alternatif terakhir perlu diubah menjadi prioritas energi primer pembangkit listrik di Indonesia.

"Kalau mendasarkan pada RUEN, PLTN tidak sesuai dengan misi Indonesia karena menempatkan PLTN sebagai pilihan terakhir. Agar PLTN sesuai dengan misi Indonesia, RUEN harus direvisi dengan menempatkan PLTN sebagai prioritas utama penggunaan energi bersih di Indonesia," kata Fahmy Radhi kepada OG Indonesia, Selasa (18/1/2022).

Dipaparkan Fahmy, negara kepulauan terbesar seperti Indonesia sangat membutuhkan PLTN, lantaran PLTN menghasilkan listrik energi bersih yang masif. "Lebih-lebih Indonesia juga mempunyai uranium, salah satu material PLTN sehingga memungkinkan listrik yang dihasilkan PLTN bisa lebih murah dibanding energi fosil," terangnya.

Selain itu, menurut Fahmy teknologi PLTN terbaru juga sudah menjamin tingkat keamanan yang tinggi baik untuk pengolahan limbah, maupun keamanan PLTN. Bahkan teknologi PLTN yang dikembangkan Rusia sudah bisa mencapai zero accidents. 

Fahmy menyampaikan, momentum Indonesia dalam presidensi G20 dapat digunakan untuk mendesak negara-negara maju untuk mewujudkan bantuan teknologi, finansial dan pengembangan kapasitas. "Ini sesuai keputusan Paris Agreement dalam mewujudkan PLTN sebagai energi bersih di Indonesia dan negara berkembang lainnya," pungkas Fahmy. RH

Pembentukan Tim Persiapan Pengembangan PLTN Dinilai Sudah Tepat Pembentukan Tim Persiapan Pengembangan PLTN Dinilai Sudah Tepat Reviewed by Ridwan Harahap on Selasa, Januari 18, 2022 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.