Aspermigas: Perlu Terobosan Kolaboratif dan Komprehensif Demi Memajukan Kembali Industri Migas


Jakarta, OG Indonesia --
  Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) menilai industri minyak dan gas bumi (migas) Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Karena itu perlu ada terobosan yang kolaboratif dan komprehensif demi memajukan kembali industri migas Tanah Air.

"Kita sedang berusaha untuk menata kembali dari kinerja sampai produksinya," ucap Elan Biantoro, Sekretaris Jenderal Aspermigas saat ditemui OG Indonesia di sela-sela acara Halal Bihalal Aspermigas di kawasan TB Simatupang, Jakarta, Kamis (2/5/2024). "Semangatnya masih bagus, semangat untuk maju, untuk naik, untuk memperbaiki performances," tambahnya.

Namun sebagai negara net importer migas, Elan mengungkapkan Indonesia tidak bisa terlepas dari kondisi yang terjadi dalam tataran global. Seperti perang antara Rusia dan Ukraina hingga konflik Iran dan Israel yang turut mendongkrak naiknya harga minyak.

Walaupun pada sisi hulu, perusahaan-perusahaan migas bisa lebih meraup profit, namun pada sisi hilir cukup terjepit dengan tingginya harga minyak. Beban negara yang masih menanggung subsidi energi pun menjadi bertambah. "Harga minyak naik ini membuat beban negara besar sekali karena Indonesia saat ini masih tergantung pada impor. Berat bagi kita sebagai net importer minyak maupun elpiji," tuturnya.

Aspermigas menilai saat ini masih ada ketidakpaduan dalam sistem pengelolaan migas di Indonesia dan hal tersebut perlu dibenahi. "Dimulai dari regulasi dalam hal ini UU Migas yang revisinya sudah 12 tahun, lebih dari dua periode lembaga legislasi DPR belum juga selesai," ujar Elan.

Elan pun menceritakan soal "kekhususan minyak" yang sempat diterapkan pada periode kejayaan minyak di Indonesia dari dekade 70, 80, hingga 90-an. "Saat itu kita punya yang namanya kekhususan minyak, di mana negara betul-betul mengawal, jangan ada yang ganggu, termasuk mafia migas," tegasnya.

Berkaca pada masa kejayaan tersebut, Aspermigas berpendapat perlunya dibuat proses sistem yang komprehensif dari hulu ke hilir. "Maunya Aspermigas itu dari hulu ke hilir satu bundling system, satu tata kelola yang tidak terpisah-pisah. Sekarang ini kan hulu sendiri, hilir sendiri, midstream pun sendiri. Artinya lembaga pengawas dan pengendalinya terpisah sehingga untuk berkoordinasi menjadi tidak sinkron," paparnya.

Elan menjelaskan, kalau ada satu lembaga/badan usaha yang ditunjuk oleh negara sebagai kuasa usaha yang mengurus dari hulu ke hilir, menurutnya akan dapat memperbaiki sistem tata kelola migas di Indonesia ke arah lebih baik. "Kami beberapa kali dipanggil untuk berdiskusi untuk Komisi VII, yang kita bawa itu, substansi itu harus dimasukkan," ucapnya.

Dari sisi potensi migas, sebagai seorang geoscientist, Elan Biantoro menilai potensi migas Indonesia sejatinya masih sangat besar dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara. "Tetapi performances kita, produksi kita dengan Malaysia yang cekungannya hanya segelintir, sementara kita cekungannya begitu banyak, itu produksinya sama," bebernya. "Artinya kita tidak memberdayakan sumber daya minyak dan gas kita secara optimal," tambah Elan.

Untuk itu menurutnya perlu ditingkatkan kembali agresifivitas kegiatan hulu migas, kampanye eksplorasi, serta langkah-langkah untuk mempercepat temuan eksplorasi menjadi onstream atau segera berproduksi.

Acara Halal Bihalal Aspermigas sendiri diikuti oleh lebih dari 60 orang perwakilan dari anggota Aspermigas. Acara ini juga turut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto serta menghadirkan KH. Said Agil Munawar sebagai penceramah. RH

Aspermigas: Perlu Terobosan Kolaboratif dan Komprehensif Demi Memajukan Kembali Industri Migas Aspermigas: Perlu Terobosan Kolaboratif dan Komprehensif Demi Memajukan Kembali Industri Migas Reviewed by Ridwan Harahap on Kamis, Mei 02, 2024 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.