Bangkalan, OG Indonesia -- Taman Wisata Pantai 1.000 Cemara Laut atau lebih dikenal Taman Wisata Laut Labuhan di Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan di Pulau Madura, Jawa Timur, kini menjelma menjadi salah satu destinasi wisata edukatif berbasis konservasi lingkungan, pemberdayaan masyarakat dan ramah lingkungan.
Tempat wisata ini sebelumnya adalah kawasan hutan dan tempat pembuangan sampah. Tetapi lokasi ini kini menjadi ruang hijau wisata seluas 3 hektar yang setiap bulannya menyambut sekitar 1.200 pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.
Menjadi binaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), obyek wisata ini terus berkembang dan bertransformasi sejak tahun 2014.
Menurut Mohammad Sahril, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Payung Kuning, Taman Wisata Laut Labuhan menjadi simbol kebangkitan masyarakat pesisir dalam mengelola dan menjaga lingkungan dengan pendekatan edukatif dan berbasis kearifan lokal.
Melalui studi banding ke Tuban, Jawa Timur, masyarakat diajarkan teknik menanam pohon cemara laut dan mangrove untuk mengatasi abrasi yang kala itu cukup menghawatirkan. “Kita didampingi tenaga ahli dari awal hingga saat ini. Tanpa pendampingan itu, kami mungkin tidak bisa menjaga kawasan ini seperti sekarang,” ungkap Sahril.
Kini, garis pantai sepanjang 2,5 kilometer telah ditanami pohon cemara laut. Selain itu, upaya pelestarian juga dilakukan melalui penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang sebanyak 290 unit di kedalaman laut 6–10 meter. “Daerah Wisata ini lebih kepada konsep Edukasi, Konservasi, dan Pemberdayaan masyarakat,“ kata Sahril
Untuk masuk wilayah ini, pengunjung umum hanya dikenakan tarif masuk Rp 5.000, dan bagi yang ingin berkemah dikenakan Rp 10.000 per malam. Aktivitas seperti kemah, jalan-jalan santai, hingga studi lapangan rutin dilakukan di kawasan ini. Bahkan, wisatawan dari luar negeri pun turut datang untuk melihat langsung model ekowisata yang tumbuh dari tangan masyarakat sendiri.
Untuk akses jalan ke lokasi wisata, saat ini pengunjung masih harus berjalan kaki menuju lokasi utama jika menggunakan kendaraan besar. Namun rencana pengembangan akses jalan ke kawasan wisata telah masuk dalam usulan prioritas pembangunan desa ke depan.
“Prioritas utama kami adalah memperbaiki lingkungan dan menjaga ekosistem laut dengan tetap mengikuti kearifan lokal,” tutup Sahril. RH
Reviewed by Ridwan Harahap
on
Senin, Juni 23, 2025
Rating:
