Water Indonesia 2025 Dorong Akselerasi Kolaborasi Multisektor untuk Perkuat Tata Kelola Air Nasional


Jakarta, OG Indonesia --
Water Indonesia 2025 resmi memasuki penyelenggaraan edisi keempatnya, menegaskan perannya sebagai ajang utama industri air nasional dan bagian integral dari ASEAN Water Series,  rangkaian pameran air terbesar dan paling bergengsi di Asia Tenggara.

Mengacu pada capaian tahun sebelumnya, Water Indonesia terus memperkuat daya tariknya di mata pelaku industri global. Pada 2024, pameran ini mencatat kehadiran 84 perusahaan dari 15 negara/region, menjaring 3.410 pelaku usaha dan menempati area pameran seluas 4.752 meter persegi. 

Momentum positif ini menjadi landasan kuat bagi pelaksanaan Water Indonesia 2025 yang diharapkan mampu mendorong adopsi teknologi, investasi berkelanjutan, transformasi tata kelola air yang lebih resilien, serta manajemen air pada industri konstruksi dan berbagai sektor industri lainnya melalui kolaborasi multisektor.

Digelar pada 10–13 September 2025 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Water Indonesia kembali menjadi bagian dari Indonesia Energy & Engineering (IEE) Series 2025, sebuah platform terintegrasi yang menaungi berbagai sektor industri strategis nasional. 

Dalam ekosistem tersebut, Water Indonesia 2025 hadir sebagai wahana kolaboratif lintas sektor—mempertemukan pemerintah, pelaku industri, akademisi, hingga komunitas, untuk menjawab berbagai tantangan sektor air nasional, mulai dari akses air bersih, pengelolaan air limbah, hingga peningkatan kebutuhan air industri di tengah pertumbuhan urbanisasi dan tekanan lingkungan yang kian kompleks.

Country Manager Pamerindo Indonesia Lia Indriasari mengatakan di tengah laju urbanisasi pesat dan ekspansi industri nasional, kebutuhan akan pengelolaan air yang efisien dan berkelanjutan menjadi salah satu isu prioritas di Indonesia saat ini. Di mana, ketersediaan air bersih, pengolahan air limbah, dan permintaan air industri terus meningkat, menuntut solusi sistemik yang terintegrasi dengan visi pembangunan nasional.

“Dengan menekankan pada keberlanjutan, kolaborasi, dan inovasi, Indonesia dapat memastikan ketahanan air jangka panjang sekaligus menjaga kesehatan lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pameran seperti Water Indonesia berperan penting dalam menghadirkan panggung untuk memamerkan teknologi terbaru dan solusi inovatif dalam pengelolaan air dan lingkungan,” ujarnya, Rabu (2/7/2025).

Namun untuk mewujudkan kepemimpinan tersebut, Indonesia masih dihadapkan pada tantangan besar, terutama dalam pemerataan akses dan tata kelola air. Upaya untuk menjawab tantangan ini sekaligus memperkuat peran strategis Indonesia di tingkat regional tercermin dalam komitmennya terhadap agenda global.

Salah satunya adalah komitmen terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 6, yakni menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua yang terus diimplementasikan melalui berbagai program nasional. 

Pada 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 92,64% rumah tangga telah memiliki akses terhadap air minum layak, namun 7,36% lainnya masih belum terlayani. Ketimpangan ini semakin terlihat antara wilayah perkotaan (96,56%) dan perdesaan (87,06%). DKI Jakarta mencatat akses tertinggi (99,96%), sedangkan Papua Pegunungan hanya mencapai 30,64%.

Tantangan semakin kompleks seiring dengan musim kemarau berkepanjangan di berbagai wilayah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, serta proyeksi jangka panjang yang menunjukkan krisis air bersih akan semakin mengemuka. Pada 2050, sekitar 50% populasi Indonesia diperkirakan akan mengalami kekurangan air bersih, dengan 17% di antaranya masuk dalam kategori kekurangan absolut.

Pada saat yang sama, urbanisasi yang diproyeksikan mencapai 70% pada 2024 turut meningkatkan tekanan terhadap sistem penyediaan air dan sanitasi, terutama di kota-kota besar. Untuk menjawab tantangan ini, pemerintah telah menetapkan target dalam RPJMN 2025–2029, termasuk peningkatan kapasitas tampungan air hingga 63 m³/kapita dan perluasan akses air siap minum perpipaan di perkotaan hingga 51,36%.

Apalagi, ketersediaan air bersih dalam jumlah besar merupakan komponen fundamental bagi berbagai sektor industri strategis di Indonesia, seperti manufaktur, makanan dan minuman, energi, tekstil, dan farmasi. Ketergantungan tinggi ini menjadikan gangguan pasokan air atau penurunan kualitas air sebagai risiko besar terhadap operasional, produktivitas, dan kepatuhan lingkungan. 

Berdasarkan laporan Kementerian Perindustrian (2024), sektor makanan dan minuman menyumbang lebih dari 38% terhadap PDB sektor manufaktur nasional, dengan konsumsi air mencapai 6.000–8.000 liter per ton produk. 

Di sisi lain, tekanan terhadap sumber daya air juga semakin dirasakan di kawasan perkotaan. Ketersediaan air bersih kini bukan lagi isu eksklusif wilayah pedalaman, beberapa kota besar di Indonesia tengah menghadapi krisis air yang kian kompleks, dipicu oleh degradasi lingkungan, perubahan iklim, serta lemahnya sistem infrastruktur yang belum mampu mengikuti laju pertumbuhan penduduk dan industri.

Menurut PERPAMSI, salah satu tantangan besar yang masih dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan air minum adalah penundaan pelaksanaan instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2024 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik akibat refocusing program dan keterbatasan anggaran. Kondisi ini menyebabkan kekecewaan di kalangan Badan Usaha Milik Daerah Air Minum (BUMD AM) yang telah melakukan berbagai persiapan dan tahapan implementasi program.

Melihat situasi tersebut, krisis seperti ini menegaskan bahwa solusi jangka panjang tidak bisa dilakukan secara sektoral. Dibutuhkan pendekatan kolaboratif yang menyeluruh, melibatkan pelaku industri, regulator, penyedia teknologi, hingga lembaga pembiayaan.

“Water Indonesia 2025 menghadirkan teknologi filtrasi, daur ulang, dan pengolahan air limbah industri terkini untuk mendukung keberlanjutan dan daya saing sektor manufaktur dan konstruksi Indonesia,” ujar Lia.

Menurutnya, Water Indonesia 2025 hadir sebagai platform strategis untuk mempertemukan para pemangku kepentingan lintas sektor, baik pemerintah, dunia usaha, akademisi, maupun komunitas, dalam merumuskan solusi inovatif berbasis kolaborasi, hingga investasi. 

Terlebih, kolaborasi ini pun semakin relevan di tengah tantangan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang kompleks. Saat ini, kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) telah menjadi tulang punggung dalam upaya membangun sistem air yang inklusif dan berkelanjutan. Pemerintah sendiri mencatat kebutuhan investasi infrastruktur air mencapai Rp 26.380 triliun hingga 2030, angka yang jelas melampaui kapasitas APBN bila ditanggung negara sendiri.

Sejumlah proyek KPBU pun telah membuktikan efektivitas skema ini. Misalnya, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Jatigede dan SPAM Kota Denpasar, yang tidak hanya memperluas cakupan layanan air bersih, tetapi juga memperkuat model kemitraan yang bisa direplikasi di wilayah lain dengan kebutuhan serupa.

Dalam ekosistem pembiayaan, peran lembaga seperti PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) juga sangat vital. Hingga kini, IIF telah memfasilitasi penyediaan air bersih untuk lebih dari 1,3 juta rumah tangga melalui dukungan terhadap berbagai proyek KPBU. Dengan menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), IIF memastikan bahwa pembangunan infrastruktur air tidak hanya berorientasi pada profitabilitas, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.

Namun tantangan sektor air tidak berhenti pada aspek penyediaan semata. Di tengah meningkatnya tekanan terhadap sumber daya air dan ambisi dekarbonisasi nasional, baik industri maupun pemerintah dituntut untuk mengadopsi pendekatan yang lebih berkelanjutan. Salah satunya adalah transisi menuju circular water economy.

“Lewat pendekatan circular water economy, Water Indonesia 2025 menekankan pentingnya integrasi antara kebijakan, teknologi, dan pelaku industri dalam mengelola air limbah menjadi sumber daya baru. Ini bukan sekadar inovasi, tapi sudah menjadi kebutuhan mendesak,” papar Lia.

Inovasi-inovasi seperti solusi berbasis alam, restorasi lahan basah, perlindungan daerah aliran sungai memegang peranan penting dalam mengelola sumber daya air sekaligus menjaga keanekaragaman hayati dan ketahanan iklim. Penggabungan energi terbarukan ke dalam proses pengolahan air juga semakin memperkuat upaya menuju energi bersih dan pengurangan jejak karbon. 

Pada akhirnya, dengan menghadirkan inovasi-inovasi tersebut ke garis depan, Indonesia dapat membangun ketahanan air, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 

Transformasi ini juga mendukung ketersediaan air dalam industri konstruksi. Dukungan ini mencakup solusi-solusi integratif terkait pengelolaan air yang dibutuhkan dalam pembangunan proyek-proyek konstruksi skala besar, sejalan dengan tren industri yang bergerak menuju konstruksi berkelanjutan dan ramah lingkungan .

Sebagai bagian dari ASEAN Water Series, penyelenggaraan Water Indonesia 2025 di Jakarta memperkuat posisi Indonesia dalam jejaring pameran air terbesar dan paling berpengaruh di Asia Tenggara. Setelah sukses diselenggarakan di AsiaWater (Kuala Lumpur), Thai Water (Bangkok), CamWater (Phnom Penh), dan menjelang VietWater (Ho Chi Minh City) serta Water Philippines (Manila), edisi keempat Water Indonesia menjadi momen strategis untuk menunjukkan komitmen Indonesia terhadap kemajuan teknologi air dan perlindungan lingkungan.

“Bagi para pelaku industri, pembuat kebijakan, penyedia teknologi, dan komunitas pemerhati air, inilah saat yang tepat untuk mengambil peran aktif. Water Indonesia 2025 bukan sekadar ajang pameran, melainkan titik temu antara inovasi dan keberlanjutan, antara kebutuhan nasional dan aksi kolektif kawasan,” tutup Lia.

Pameran ini turut menghadirkan sejumlah perusahaan unggulan yang menjadi daya tarik utama dalam sektor pengelolaan air dan konstruksi. Tiga exhibitor teratas utama dalam pameran ini adalah Wilo Pumps Indonesia, Mitra Bangunan Abadi, dan Hoco Asia Industry, yang masing-masing menghadirkan inovasi teknologi terbaru dan solusi terdepan dalam bidang pengelolaan air, konstruksi, dan sektor industri terkait lainnya. RH

Water Indonesia 2025 Dorong Akselerasi Kolaborasi Multisektor untuk Perkuat Tata Kelola Air Nasional Water Indonesia 2025 Dorong Akselerasi Kolaborasi Multisektor untuk Perkuat Tata Kelola Air Nasional Reviewed by Ridwan Harahap on Rabu, Juli 02, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.