Peluang Investasi Sektor Migas Masih Sangat Besar Kendati Appetite Terbatas, Ini Mitigasinya


Jakarta, OG Indonesia --
Walaupun menjanjikan keuntungan yang sangat menjanjikan jika berjalan sukses, sektor minyak dan gas bumi (migas) secara umum dipandang oleh investor masih sangat berisiko yang menyebabkan appetite dari para pemilik modal untuk berinvestasi tetap menjadi terbatas. 

"Apa yang menyebabkan appetite terbatas? Yang pertama adalah volatilitas, dalam hal ini harga dari komoditas itu sendiri yang menjadi basis dari sumber cash flow untuk membayar kembali investasi dari para investor atau dari bank," jelas  Humprey Tjia, Anggota Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) dalam talkshow bertajuk "Enhancing the Attractiveness of Indonesian Oil & Gas Investment in the New Global Dynamics" pada gelaran Indonesia Energy & Engineering (IEE) Series 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Sejumlah pembicara ikut dalam talkshow yang dimoderatori oleh Moshe Rizal, Ketua Komite Investasi Aspermigas ini. Selain Humprey Tjia dari Aspermigas, hadir pula Rizal Fajar Muttaqin (Koordinator Pengembangan Investasi Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Kementerian ESDM), Wisnu Santoso (SVP Business Development PT Pertamina (Persero)), Septian Waluyan (Partner dari YCP Consultant Management), dan Chandradhas Singh (Co Founder Funding Terminal).

Faktor kedua yang membuat investor berhati-hati terhadap sektor migas menurut Humprey karena belakangan ini ada tren baru yang memerhatikan isu green lewat konsep Environmental, Social & Governance (ESG). "Jadi semua yang tematiknya adalah sustainable dan green energy, itu yang investor perbankan sedang hot-hot-nya sedang cari," ucap Humprey.

Pada sisi upstream atau hulu migas, dia menegaskan sejatinya peluang investasi masih cukup banyak mengingat kebutuhan akan migas masih sangat besar. "Demand kita itu gap-nya besar, produksi kita saat ini 560.000 (bopd), terendah dalam history, target kita 1 juta (bopd pada tahun 2030) sepertinya agak susah," terangnya.

Kendati kondisinya demikian, Humprey percaya masih terbuka opportunity untuk pembiayaan. "The problem is untuk bank, jumlah investasinya pasti besar. Kemudian tantangannya juga kalau kita invest belum tentu menghasilkan minyak, payback period-nya panjang. Jadi itu perspektif dari bank, perspektif dari finansial secara umum atas sektor migas," bebernya.

Karena itu untuk mitigasinya, Humprey mengatakan perlu dibagi risiko antara beberapa pihak seperti membantuk joint venture antara beberapa bank atau lembaga finansial, bisa juga lewat skema project financing. 

"Dan juga sekarang ini ada indirectly pembiayaan dalam bentuk pembelian karbon kredit di mana rekan-rekan di Pertamina sudah mulai menjual karbon kreditnya," ujarnya seraya menambahkan bahwa Production Sharing Contract (PSC) bisa mencapai 50 persen sehingga bisa lebih berbagi secara risiko.

Dalam kesempatan yang sama, Rizal Fajar Muttaqin, Koordinator Pengembangan Investasi Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Kementerian ESDM, menyampaikan Indonesia saat ini menempati posisi ke 4 dari 14 negara di Asia Pasifik dalam hal success ratio temuan baru migas seiring adanya beberapa temuan baru di wilayah Indonesia dalam dua tahun terakhir. 

Hal ini tentunya menjadikan hulu migas Indonesia masih cukup menarik di mata investor. Namun demikian masih ada tantangan terkait regulasi. "Karena RUU Migas masih dalam pembahasan," tutur Rizal. "Dengan penetapan UU Migas yang baru itu diharapkan dapat menjamin dan meningkatkan minat investor untuk bisa berinvestasi di Indonesia," sambungnya. RH

Peluang Investasi Sektor Migas Masih Sangat Besar Kendati Appetite Terbatas, Ini Mitigasinya Peluang Investasi Sektor Migas Masih Sangat Besar Kendati Appetite Terbatas, Ini Mitigasinya Reviewed by Ridwan Harahap on Kamis, September 18, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.