PHE OSES Fasilitasi Nelayan Kepulauan Seribu Olah Limbah Menjadi Berkah


Jakarta, OG Indonesia --
Di kalendar para nelayan asal Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, hari Jumat ditandai dengan angka berwarna merah, yang artinya libur melaut. Umumnya para nelayan menghabiskan waktu libur mereka dengan memperbaiki kapal atau jaring yang diservis.

Namun, di suatu Jumat di pertengahan April 2022, Bahrudin, nelayan yang lahir dan besar di Pulau Kelapa Dua, melakukan aktivitas berbeda. Dia memilih untuk menghabiskan hari berjalan meniti jalanan beton yang memisahkan laut dan daratan pulau, yang berjarak 84 kilometer dari pesisir utara pulau Jawa.

Lamunan Bahrudin terhenti ketika sepotong kayu usang yang mengambang terombang-ambing di pesisir mendekat persis di depan ia berdiri. Potongan kayu ini berasal dari sisa kapal tua yang tak lagi beroperasi. Laki-laki 44 tahun ini sadar bahwa meningkatnya populasi berimbas pada meningkatnya limbah yang dihasilkan di Pulau Kelapa Dua dan pulau-pulau di sekitarnya. Melihat hal ini, Bahrudin berjanji untuk melakukan perubahan. Mengurangi sampah yang bermuara ke laut. Laut yang selama ini menghidupi dirinya dan keluarga.

Dengan penuh tekad, Bahrudin mempelajari beragam cara untuk memanfaatkan limbah kayu. Dia mulai membentuk ragam kerajinan. Salah satunya membuat miniatur kapal dan umpan pancing, atau biasa disebut udang-udangan. Kepiawaiannya dalam mengukir miniatur kapal seperti aslinya dan menirukan bentuk udang membuat nelayan-nelayan lain dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mancing Bahagia tertarik untuk turut mengolah limbah kayu. 

Jika tidak melaut, Bahrudin dan anggota KUB Mancing Bahagia tekun berkarya mengukir produk kerajinan. Hasil karya mereka dijual sebagai suvenir, yang bisa menambah penghasilan. Meningkatnya jumlah wisatawan di Kepulauan Seribu menjadi motivasi bagi mereka untuk meningkatkan pendapatan.

Namun, pengolahan limbah kayu menjadi kerajinan yang dilakukan Bahrudin dan KUB Mancing Bahagia bukanlah tanpa tantangan. Terbatasnya sarana dan prasarana menimbulkan sejumlah rintangan, seperti masih rendahnya kontrol atas kualitas produk. Pembuatan umpan pancing secara manual, yang masih menggunakan tangan, menyebabkan ukuran udang berbeda-beda, tidak konsisten. 

Tantangan tak hanya datang dari segi kualitas produk, tapi juga tuntutan untuk memenuhi permintaan (demand) produk. Minat terhadap karya buatan Bahrudin dan KUB Mancing Bahagia terus meningkat. Yang artinya, mereka perlu menggenjot produksi.

Melihat tantangan dan potensi ini, Pertamina Hulu Energi OSES (PHE OSES), yang beroperasi di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, berkolaborasi dengan KUB Mancing Bahagia untuk menginisiasi program yang diberi nama Pelaut Tangguh, akronim dari Peningkatan Pendapatan Nelayan yang Tanggap, Guyub dan Humanis. 

Head of Communication, Relations & CID PHE OSES Indra Darmawan mengatakan, “Fokus program Pelaut Tangguh adalah peningkatan pendapatan nelayan, yang dilakukan melalui dua pendekatan, yakni optimalisasi tangkapan hasil laut melalui dukungan terhadap nelayan tangkap, dan menggagas sumber pendapatan alternatif.” 

Melalui program Pelaut Tangguh, PHE OSES memberikan bantuan kepada KUB Mancing Bahagia berupa mesin duplikator untuk membuat umpan kayu secara otomatis, dengan presisi dan lebih efisien. Tak hanya itu, PHE OSES juga membangun bengkel workshop yang digunakan untuk mengolah dan mengkreasikan kayu-kayu sisa menjadi barang bernilai. 

Selain itu, PHE OSES juga membawa Bahrudin dan anggota KUB Mancing Bahagia ke Daerah Istimewa Yogyakarta untuk melakukan studi banding. Di sana, mereka belajar tentang manajemen usaha dan penguatan kelompok.

Kerajinan miniatur kapal dan umpan pancing hasil kreasi mereka dipasarkan di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan. Sejak Juni 2024 hingga April 2025, total omzet penjualan mencapai sekitar Rp25 juta. 

Bahrudin dan anggota KUB Mancing Bahagia tidak saja berprofesi sebagai nelayan dan pengrajin. Mereka juga adalah penjuang lingkungan, yang berperan aktif dalam menyuarakan kebersihan dan pelestarian lingkungan. Mereka menyulap kayu, yang dulunya mengapung di lautan sebagai sampah menjadi berkah. Dini

PHE OSES Fasilitasi Nelayan Kepulauan Seribu Olah Limbah Menjadi Berkah PHE OSES Fasilitasi Nelayan Kepulauan Seribu Olah Limbah Menjadi Berkah Reviewed by Ridwan Harahap on Senin, Juni 02, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.