Bogor, OG Indonesia -- Di sudut ruangan, Ina (11 tahun) dan Sintia (12 tahun), dua sahabat Istimewa dengan kondisi down syndrome, terlihat fokus menyelesaikan karya mereka. Disampingnya, Elysabeth, Kakak Asuh yang mendampingi, ikut meneliti sambil sesekali memberikan bantuan ke adik-adik asuhnya.
Menurut Dyta, program ini bukan hanya tentang belajar membuat kerajinan, tapi juga belajar bersabar, hadir, dan jadi teman yang mendukung. “Saya ikut belajar bagaimana berempati,“ ungkapnya.
Anak-anak difabel dari Sekolah Tari Sahabat Istimewa Bogor kembali mendapat ruang untuk berekspresi dan tumbuh bersama PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) Regional Internasional Subholding Upstream Pertamina melalui program CID-nya. Kembali menghadirkan ruang untuk mengekspresikan diri, bermimpi, dan tumbuh bersama lewat pelatihan inklusif.
Memasuki tahun kedua pelaksanaan sub program Kakak Asuh, PIEP menggelar serangkaian kegiatan pelatihan kreatif berbasis Volunteering yang tak hanya mengasah keterampilan, tetapi juga menumbuhkan empati, keberanian, dan rasa percaya diri. Program ini mempertemukan 60 anak difabel—yang disebut dengan hangat sebagai Sahabat Istimewa—dengan 10 Kakak Asuh yang mendampingi mereka dalam proses belajar, bermain, dan tumbuh.
Manager Relations PIEP, Dhaneswari Retnowardhani, menyampaikan dalam sambutannya, “Kami percaya setiap anak memiliki potensi luar biasa. Yang dibutuhkan hanyalah ruang aman untuk bertumbuh, perhatian yang tulus, dan pendampingan yang tepat. Peran Kakak Asuh bukan hanya sebagai pembimbing, tapi juga sebagai sahabat yang mendengarkan dan menguatkan mereka untuk terus percaya diri.”
Tak berjalan sendiri, para Kakak Asuh juga didampingi oleh fasilitator profesional dari Yayasan Belantara Budaya Indonesia dan Cerita Warna. Bersama-sama, mereka menjalankan pelatihan dalam tiga bentuk kegiatan kreatif: handcrafting, upcycling, dan drawing. Setiap aktivitas dirancang agar Sahabat Istimewa dapat menyalurkan kreativitasnya, merasakan pencapaian baru, serta mengenal potensi diri yang bisa memberi nilai ekonomi di masa depan.
Sesi perdana pelatihan handcrafting digelar pada Minggu, 8 Juni 2025 di Lippo Plaza Kebun Raya Bogor. Dalam suasana penuh keceriaan dan ketekunan, anak-anak dengan antusias merangkai gelang, kalung, handphone strap, dan gantungan kunci dari manik-manik berbahan alami—batu, kayu, hingga cangkang. Satu demi satu manik disusun dengan sabar, bukan hanya menjadi karya seni, tetapi juga simbol dari kesabaran, ketekunan, dan keberanian untuk mencoba.
Karya-karya terpilih dari program pelatihan ini akan didaftarkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), sebagai bentuk perlindungan hukum dan pengakuan terhadap kreativitas anak-anak difabel. Lebih dari itu, hasil karya mereka akan dipamerkan dalam gelaran “Difable in Action” pada Desember 2025 mendatang—sebuah panggung apresiasi yang merayakan keberanian, imajinasi, dan semangat belajar tanpa batas.
PIEP berharap, melalui program ini, anak-anak difabel dapat terus merasakan bahwa mereka memiliki tempat yang aman, dihargai, dan didukung untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Program ini bukan hanya jembatan antara kreativitas dan pelestarian budaya, tapi juga ruang bertumbuh yang setara dan penuh kasih bagi setiap anak Indonesia—tanpa terkecuali. RH
