Saat perhelatan IPA Convex 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Mei 2025 lalu, tim Elnusa turut menampilkan solusi CCUS kepada para pengunjung pameran.
Foto: Dok. Elnusa
Jakarta, OG Indonesia – Carbon Capture & Storage (CCS)
dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) kian ngetren disebut
belakangan ini dalam diskursus teknis dan bisnis dari industri hulu minyak dan
gas bumi (migas). Tak hanya dalam tataran global, CCS/CCUS juga populer dibicarakan
stakeholder migas di Tanah Air.
Seiring dengan langkah Indonesia mengupayakan transisi
energi serta komitmen mencapai Net Zero Emission (NZE) tahun 2060, pihak Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai pengembangan energi terbarukan harus
terus ditingkatkan, namun pada sisi lain pemanfaatan energi fosil juga tetap
diperlukan.
“Strategi dari transisi energi kita adalah memaksimalkan pemanfaatan
energi terbarukan dan kita tetap menyediakan untuk energi fosil yang dilengkapi
dengan teknologi-teknologi untuk mengurangi emisi. CCS/CCUS adalah untuk
menyelesaikan aspek ini, untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon dari sektor
industri dan pembangkit listrik,” kata Dadan Kusdiana, Sekretaris Jenderal
Kementerian ESDM dalam webinar bertema "Menakar Potensi Bisnis CCS/CCUS di
Indonesia" yang digelar akhir Juli 2025 lalu.
Hal senada juga disampaikan oleh Arya Dwi Paramita,
Corporate Secretary PT Pertamina (Persero). Dia mengungkapkan PT Pertamina
(Persero) terus berupaya untuk ikut menekan emisi karbon dari segala aktivitas
perusahaan, di mana sampai semester I 2025 Pertamina telah berhasil mengurangi
emisi sampai 800 ribu ton CO₂ ekuivalen.
“Pertamina sekarang tengah menjajaki bisnis lain yaitu
CCS/CCUS dengan kurang lebih 7,3 giga ton potential capacity-nya (untuk
penyimpanan karbon) yang sedang dipelajari dan ini adalah rencana untuk bisa
diimplementasikan sampai tahun 2030,” ungkap Arya dalam diskusi Energy &
Mining Editor Society (E2S) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (9/8/2025).
Solusi CCUS End to End Elnusa
PT Elnusa Tbk (Elnusa) sebagai perusahaan yang memberikan
solusi total di bidang jasa energi dari hulu hingga hilir yang tergabung di
dalam Subholding Upstream Pertamina juga turut kepincut bisnis penangkapan dan
pemanfaatan karbon ini. Seperti saat gelaran IPA Convention and Exhibition (IPA
Convex) 2025 pada Mei 2025 lalu di ICE BSD, Elnusa telah memamerkan solusi CCUS-nya
yang terintegrasi secara end to end kepada khalayak.
Arief Prasetyo Handoyo, Direktur Pengembangan PT Elnusa Tbk
menjelaskan CCUS merupakan salah satu dari pengembangan bisnis baru yang ada di
Elnusa saat ini. “Untuk carbon storage ini tentunya bisnis ke depan yang
menjadi prioritas bagi Pertamina Group dan tentunya Elnusa akan masuk ke
ekosistem bisnis ini,” ujar Arief dalam diskusi dengan media di Jakarta, Jumat
(1/8/2025).
Arief mengatakan partisipasi Elnusa dalam CCUS juga mempertegas
komitmen perusahaan terhadap prinsip Environmental, Social & Governance
(ESG). “Untuk tahap pertama adalah dalam
bentuk bagaimana kita bisa menginjeksikan karbon yang diproduksi oleh pabrik
ataupun oleh Pertamina upstream ke dalam bumi (kembali),” sambung Arief.
Terkait CCUS Elnusa menawarkan layanan dan solusi
dari seluruh siklus operasional dan proses emission-capture &
liquefaction, penyimpanan sementara, transportasi, injeksi dan penyimpanan,
hingga pemanfaatan karbon. Dalam memberikan layanan energi rendah karbon yang
aplikatif dan berdampak luas tersebut, taklimat Elnusa adalah memadukan serta
mengoptimalkan anak usahanya yaitu PT Elnusa Trans Samudera (ETSA), PT Elnusa
Petrofin (EPN), PT Sigma Cipta Utama (SCU), dan PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi
(EFK).
Arief memaparkan, terkait capture, Elnusa dapat
mendukung dalam kompetensi utamanya yaitu dalam layanan Engineering,
Procurement, Construction & Installation (EPCI), Operation &
Maintenance, serta Turn Around Services. Dalam capturing alias
penangkapan karbon, Elnusa juga telah mengadopsi dan mengembangkan teknologi post-combustion
seperti absorption amine dan membrane.
Untuk layanan transportasi karbon, jangan anggap enteng kompetensi
Elnusa yang memiliki pengalaman EPCI untuk pipeline jaringan pipa baik
di darat maupun bawah laut. Apalagi anak usaha Elnusa yaitu ETSA yang unggul di
bidang transportasi maritim dapat menjadi pelaksana CO₂ marine
transportation, sementara EPN dapat diandalkan untuk kegiatan pengangkutan CO₂
di darat.
EFK yang fokus di bidang fabrikasi, konstruksi dan
pemeliharaan peralatan juga dapat mendukung kebutuhan infrastruktur dan
pelapisan pipa melalui fabrikasi struktur baja serta produk tubular anti korosi
dari fasilitas CCUS. Sedangkan SCU dapat hadir sebagai tulang punggung
manajemen data fisik dan elektronik dalam integrasi sistem CCUS.
Pada aspek penyimpanan dan pemanfaatan karbon, Elnusa
memiliki kompetensi geoscience, drilling & well services, serta
layanan Monitoring, Measurement & Verification (MMV). Untuk yang terakhir
disebut, dari 25 metode monitoring yang dipilih dalam Handbook MMV CCS
yang dikeluarkan lemigas, Elnusa telah memiliki pengalaman dengan setidaknya 9
metode, mulai dari seismik 2D, seismik 3D, Vertical Seismic Profiling (VSP),
Ground Penetrating Radar (GPR), Land Electromagnetic, Gravimetry, Seismik
Crosswell, Casing Inspection Logs, sampai Cement Bond Logging (CBL) dengan
kombinasi CO Log.
Bukti Nyata di Jatibarang dan Sukowati
Buka sekadar omon-omon, Elnusa telah memiliki rekam
jejak implementasi layanan CCUS, seperti proyek simulasi CO₂ Huff-n-Puff di
Lapangan Jatibarang pada 2019 sampai CO₂ Injection di Sukowati pada September 2024
hingga Januari 2025, di mana Elnusa ikut melibatkan layanan logging, H₂S
handling, hingga engineering berbasis geoscience.
Seperti untuk Project Inter-well CO₂ Injection di Lapangan
Sukowati, Elnusa Wireline Services turun tangan mendukung suksesnya project tersebut.
Hebatnya, Elnusa membawa teknologi terbaru yaitu CO Log, tool yang
digunakan untuk mengukur baseline oil saturation sebelum proses CO₂
Injection dan monitoring kembali remaining oil saturation di zona
target pasca CO₂ Injection. Output dari logging CO Log adalah
mengukur success criteria dari project Interwell CO₂ Injection
dengan melihat oil saturation reduction pada sumur injektor.
Menurut Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada
(UGM) Fahmy Radhi, layanan jasa yang terkait CCS/CCUS sangat prospektif saat
ini seiring komitmen industri migas dan berbagai industri lainnya untuk menekan
emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas industrinya.
“Masuknya Elnusa pada usaha CCUS sangat tepat, tidak hanya untuk
menjaring, menyimpan, tapi juga untuk mentransportasikan karbon yang dihasilkan
hulu migas,” jelas Fahmy Radhi kepada OG Indonesia, Selasa (26/8/2025).
Walaupun dibutuhkan investasi yang pastinya lumayan besar
terkait CCUS, namun menurut Fahmy, Elnusa pasti sudah menghitung profit dan return
of investmen (ROI) dari investasi yang digelontorkan pada bidang baru
tersebut.
“Untuk jangka pendek, Elnusa bisa fokus pada pelayanan CCUS di Pertamina Group, dan untuk jangka panjang Elnusa bisa membidik perusahaan lain seiring dengan permintaan layanan CCUS yang meningkat,” saran Fahmy. RH


