Jakarta, OG Indonesia -- Zulfan Zahar terpilih sebagai Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) untuk periode 2025- 2028 dalam Musyawarah Nasional IX (Munas ke IX) Sabtu, 16 Agustus 2025 yang digelar di kantor pusat PLN, Jakarta.
Setelah terpilih sebagai Ketua Umum METI, dalam wawancara kepada awak media, Zulfan Zahar menyampaikan harapannya terhadap masa depan energi terbarukan di Indonesia.
Dia menegaskan, METI harus mengevaluasi kemampuan supply energi terbarukan, misalkan air, angin, panas bumi, dan sebagainya. Pada sisi lain, METI juga harus dapat mengevaluasi demand yang ada di Indonesia. "Karena target Pak Presiden adalah 8 persen kenaikan ekonomi, tentunya harus diimbangi dengan kenaikan demand listrik (termasuk dari energi baru dan terbarukan/EBT)," ujarnya.
Terkait tantangan hilirisasi dan industrialiasi energi terbarukan, Zulfan mengatakan perlu ada kolaborasi antara para stakeholder. "Bagaimana perizinan dan sebagainya harus lebih mudah, sehingga pembangunan di dalam negeri bisa dikembangkan dengan baik," tuturnya.
Salah satunya terkait pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 50 Persen. "Tantangan hilirisasi dan industrialisasi material EBT karena TKDN untuk EBT itu masih rendah hanya 20 persen, sementara METI atau saya maunya di atas 50 persen, " jelas Zulfan Zahar.
Ada satu lagi tantangan yang menurutnya cukup berat yaitu dukungan untuk pembangkit listrik dalam negeri. "Nah inilah tantangan yang menurut saya sangat berat. Jangan sampai kita hanya jadi penonton," lanjut dia.
Dalam Musyawarah Nasional IX yang digelar METI, energi bersih masih menjadi fokus utama. METI sendiri senantiasa berusaha untuk memberikan energi bersih untuk Indonesia. "METI ini suatu organisasi dibentuk bagaimana kita mendorong untuk ikut mendukung lingkungan lewat energi terbarukan, " terang Rachmat Gobel, Ketua METI periode 2012-2015.
Sementara itu, Wiluyo Kusdwiharto, Ketua Umum METI periode 2022-2025 menyampaikan, kolaborasi METI di dalam negeri mencerminkan peran aktif organisasi dalam memperkuat sinergi lintas sektor untuk percepatan transisi energi nasional. "Melalui pameran, forum kebijakan, webinar, FGD, dan kegiatan jejaring, METI mendorong advokasi regulasi, memperluas kemitraan," terang Wiluyo.
METI tak main-main menanggapi isu global warming. Karenanya, melalui berbagai forum yang diadakan, METI turut andil dalam hal tersebut. "Dunia melihat Indonesia serius, dan METI menjadi bagian dalam keseriusan itu. Forum ini membahas isu strategis," ungkapnya.
Selain itu, partisipasi METI di forum internasional memperkuat perannya sebagai jembatan diplomasi energi terbarukan Indonesia, memperluas jejaring global, serta membuka akses investasi dan transfer teknologi. Dini