Indramayu, OG Indonesia – Di tengah hamparan tanah lapang bekas sawah yang sedang tidak digarap di Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terdapat Stasiun Pengumpul Akasia Bagus (SP ABG) yang menjadi titik dikumpulkannya produksi minyak dan gas dari Lapangan Akasia Bagus yang dikelola Pertamina EP Jatibarang Field Zona 7 Regional 2 Subholding Upstream Pertamina.
Walau diselingi beberapa tanaman palawija dan hortikultura, SP
ABG sudah terlhat dari kejauhan, kala rombongan tim Pertamina Hulu Energi (PHE)
Subholding Upstream Pertamina bersama jurnalis media massa nasional termasuk OG
Indonesia masih melaju bersama mobil Hiace di Jl. Raya Telagasari-Terisi. SP
ABG tampak menonjol dengan struktur besi yang kokoh di atas tanah kering
berwarna coklat dengan latar langit kebiruan dan beberapa kumpulan awan yang
seputih kapas berpencaran di atasnya.
Hari belum beranjak siang. Matahari saja belum naik ke atas
ubun-ubun. Namun cuaca cukup terik langsung terasa saat rombongan tim PHE dan awak
media turun dari mobil Hiace dan tiba di pos penjagaan SP ABG. Apalagi
rombongan yang tiba sudah lengkap mengenakan alat pelindung diri (APD), mulai
dari coverall, safety shoes, safety helmet, kacamata pelindung, hingga
sarung tangan, sejak berangkat satu jam sebelumnya dari tempat menginap di mess
IDTC Pertamina Drilling di Kecamatan Kedokan Bunder, Indramayu.
Setelah menukar identitas di pos penjagaan, lalu mengecek
tekanan darah dan suhu tubuh untuk pemeriksaan kesehatan, rombongan kemudian masuk
ke ruang rapat yang berpendingin ruangan. Nyessss, hembusan AC terasa
nyaman ditambah sambutan terbuka dari tuan rumah para punggawa SP ABG, kian
membuat cair suasana.
Tingkatkan Kapasitas Demi Tambah Produksi
Dengan penuh semangat, Ahmad Firdaus Fasa, Manager Project
Zona 7 PT Pertamina EP memperkenalkan diri serta menceritakan bahwa saat ini pada
Lapangan Akasia Bagus yang dikelola Pertamina EP sebagai bagian dari PHE
Subholding Upstream Pertamina tengah dalam masa konstruksi untuk Stasiun
Pengumpul Akasia Bagus Stage-1 di lahan seluas tiga hektare sebagai bagian proyek
Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan Akasia Bagus – Gantar (OPLL ABG – GTR).
Firdaus menerangkan Pertamina EP menggandeng PT Tripatra
Engineers & Contractors untuk membangun Stasiun Pengumpul Akasia Bagus Stage-1
guna meningkatkan kapasitas stasiun pengumpul dari 1.750 BLPD (barel cairan per
hari) menjadi 9.000 BLPD. Untuk kapasitas penampung gasnya pun turut di-upgrade
dari 3 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari) menjadi 22 MMSCFD. “Jadi
ini kapasitas produksi yang cukup besar untuk menampung penambahan produksi
dari Lapangan ABG,” tegas Firdaus, Selasa (21/10/2025).
Diharapkan, dengan kapasitas SP ABG yang semakin besar akan
bermanfaat untuk menghindari produksi gas yang dibuang melalui flare gas karena
kapasitas stasiun pengumpul yang minim. Di samping menambah kapasitas, Project
SP ABG Stage-1 juga akan melengkapi fasilitas dengan teknologi CO₂ Removal
Package serta pemasangan 12 jaringan pipa.
| Project Stasiun Pengumpul Akasia Bagus Stage-1 akan meningkatkan kapasitas dari stasiun pengumpul dari 1.750 BLPD menjadi 9.000 BLPD, serta untuk gas dari 3 MMSCFD menjadi 22 MMSCFD. |
Diketahui, Lapangan Akasia Bagus merupakan salah satu backbone dari Pertamina EP Zona 7 yang tergabung dalam Distrik Cemara di Field Jatibarang. Saat ini produksi minyak dari Lapangan Akasia Bagus sekitar 3.300 barel minyak per hari (BOPD) dan produksi gas pada kisaran 30 MMCSFD. Jumlah produksi migas Akasia Bagus tersebut terhitung sudah lebih dari separuh produksi migas Field Jatibarang yang sampai 20 Oktober 2025 yang tercatat sebesar 6.005 BOPD, sementara untuk gas mencapai 55 MMSCFD.
Adapun Zona 7 ini melingkupi tiga field besar yaitu Field
Jatibarang, Field Subang dan Field Tambun dengan area kerja berada di tujuh kabupaten
dan kota di Jawa Barat, antara lain Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten
Bekasi.
Untuk kegiatan pengeboran di Field Jatibarang, dari rencana
19 pengeboran sumur pada tahun 2025 ini telah terealisasi sebanyak 11 sumur, di
mana Lapangan ABG masih menjadi andalan dengan sembilan sumur yang telah onstream.
Karena menjadi andalan, untuk itu fasilitas produksi Lapangan ABG harus
terus menyesuaikan dan di-upgrade seiring penambahan sumur serta
bertambahnya kegiatan work over hingga well intervention di
Akasia Bagus. Pasalnya, tim subsurface hingga drilling Pertamina
EP juga terus bekerja demi menjaga dan meningkatkan produksi migas dari
Lapangan Akasia Bagus.
Dikembangkan secara Bertahap
Firdaus bercerita bahwa Project Akasia Bagus memang cukup spesial karena dikembangkan secara bertahap. Jika dirunut balik, tahun 2013 merupakan saat dimulainya fase eksplorasi Lapangan Akasia Bagus.
Kemudian berdasarkan Plan
of Development (POD) yang disetujui SKK Migas pada 27 Desember 2017 pengembangan
Akasia Bagus dilakukan dengan mekanisme dua tahap, Stage-1 dan Stage-2. “Jadi
lokasi sekarang kita berada adalah hasil dari POD awal, di mana stasiun
pengumpul yang ada di samping kita adalah cikal bakal dilahirkannya lapangan
produksi Akasia Bagus,” terang Firdaus.
| Stasiun Pengumpul Akasia Bagus Stage-1 akan full onstream pada akhir Oktober 2025 ini. |
Untuk pengembangan SP ABG Stage-1, Firdaus mengungkapkan seaat ini milestone-nya sudah berada pada fase akhir kegiatan EPC (Engineering, Procurement & Construction). “Kami mengapresiasi teman-teman Tripatra sebagai EPC contractor, di mana sekarang progess kita sudah 98 persen, tinggal 2 persen lagi,” jelasnya.
Salah satu capaiannya, onstream fasilitas likuid
telah dilakukan pada 18 September 2025 lalu dan sekarang ini tengah berjalan performance
test untuk melihat kinerjanya. “Nanti Insyaallah jika tidak ada
halangan di akhir bulan (Oktober 2025) akan melakukan gas on stream untuk
fasilitas SP ABG Stage-1,” kata Firdaus.
Pakai Teknologi Mutakhir untuk Turunkan Kadar CO₂
Hebatnya, untuk fasilitas penampung gas di SP ABG Stage-1
akan dipasang teknologi CO₂ Removal Package dengan sistem amine (MDEA),
Gas Dehydration Unit (DHU) atau Unit Dehidrasi, dan Thermal Oxidation (TOX).
Teknologi ini berguna untuk menurunkan kadar karbon dioksida (CO₂), hidrogen sulfida (H₂S), serta air pada gas
sehingga kualitas gas yang ada dapat memenuhi spesifikasi Perjanjian Jual Beli
Gas (PJBG) yang berlaku.
Asal tahu saja, dari Lapangan Akasia Bagus kadar CO₂ yang keluar
sekitar 62% sampai 65% ditambah impurities atau pengotor lainnya berupa
gas beracun H₂S dan air. Sementara methane atau gas alamnya hanya 35%, padahal
yang dijual sebagai sales gas berasal dari methane saja. “CO₂ removal
amine ini sepanjang pengetahuan kami adalah yang pertama di dunia untuk
mengolah CO₂ dengan kadar 65 persen mol dan diturunkan,” tutur Firdaus.
Dalam kesempatan yang sama, Andika Pratama selaku Project Coordinator ABG Stage-1 PT Pertamina EP, menambahkan bahwa untuk menangani kandungan CO₂ yang tinggi, Pertamina EP membangun unit pengolahan gas asam (Acid Gas Removal Unit/AGRU) berbasis sistem amine (MDEA) dengan kapasitas 2x11 MMSCFD. Di mana Pertamina EP menggandeng BASF sebagai licensor dari teknologi tersebut. Sedangkan untuk menghilangkan uap air dari gas alam yang diproduksi juga dibangun DHU dengan kapasitas 9 MMSCFD.
Terkait performa Health, Safety, Security & Environment
(HSSE) dari Project SP ABG Stage-1, Andika mengungkapkan masih terjaga dengan
baik walaupun ada dua insiden minor yang tak menimbulkan cedera dan terbuangnya
waktu kerja. “Alhamdulillah, sampai saat ini, 23 bulan project berjalan
kita masih memegang nilai bagus untuk performance di HSSE, zero LTI
(Lost Time Injury),” jelas Andika. Dia juga membeberkan jumlah safe man
hours atau jam kerja selamat telah menembus 2,3 juta jam untuk pekerjaan
fisik yang ada di lapangan.
Pasok Kebutuhan Gas di Jawa Barat
Dari pengerjaan proyek yang sudah 98%, Andika memaparkan
sisa pekerjaan yang akan diselesaikan untuk merampungkan keseluruhan proyek
antara lain kegiatan commissioning start up untuk fasilitas gas,
pekerjaan masa pemeliharaan, serta serah terima pekerjaan dari bagian project
ke operasi.
Ahmad Firdaus Fasa menambahkan, dengan onstream-nya aliran
gas sekitar 8 MMSCFD pada akhir Oktober 2025 ini diharapkan akan dapat memenuhi
kebutuhan gas yang saat ini cukup besar dari wilayah Jawa bagian barat. “Ini
sebagai salah satu upaya kita dalam menjalankan Asta Cita yang menjadi amanah
Presiden Republik Indonesia Bapak Prabowo Subianto, di mana salah satunya
adalah ketahanan energi, khususnya di wilayah Jawa Barat,” tegas Firdaus.
| Ahmad Firdaus Fasa, Manager Project Zona 7 PT Pertamina EP (paling kanan) bersama tim Pertamina EP saat melihat Project Stasiun Pengumpul Akasia Bagus Stage-1. |
Selepas Stage-1 tuntas, Pertamina EP tak bisa berleha-leha begitu saja karena pengerjaan SP ABG Stage-2 sudah menanti. “Stage-2 ini sedang proses pengadaan AFE. Insyaallah mungkin di bulan November atau Desember kita akan mulai tender. Tender itu mungkin sekitar sembilan bulan dan diharapkan nanti di September 2026 sudah mulai kick off untuk project EPC Stage-2. Nanti akan menambah fasilitas-fasilitas baru,” papar Firdaus.
Saat ini deru-deru mesin dari fasilitas SP ABG Stage-1 kian terdengar dan siap menghantarkan sumber daya hidrokarbon dari bumi Indramayu ke seluruh Jawa Barat bahkan ke penjuru Indonesia demi terwujudnya swasembada energi dan ketahanan energi negeri. RH



