Harmoni Hulu Migas dan Masyarakat Tumbuhkan Asa Tinggi di Pesisir Indramayu

Sudarno, Kuwu/Kepala Desa Cemara Kulon sedang memegang salah satu pohon mangga yang beranjak tumbuh besar dengan sistem irigasi tetes bertenaga PLTS di Taman Cemara Kulon. 
Foto-foto: Ridwan Harahap

Indramayu, OG Indonesia –
Pikiran Sudarno melayang ke masa remaja ketika masih bersekolah di bangku SMP hingga SMA. Dia bercerita, setiap musim penghujan dan permukaan air naik, dirinya harus berangkat ke sekolah dari rumahnya di Cemara Kulon pada pukul 01.30 dini hari dengan naik perahu menyusuri sungai bersama dengan warga yang ingin pergi ke pasar menuju pusat kecamatan. Kondisi serupa masih terasa sampai permulaan dekade 2010-an waktu Desa Cemara Kulon baru saja dimekarkan dari desa induknya, Desa Cemara.

Desa Cemara Kulon yang memiliki luas 1.729 hektare dan berpenduduk 2.027 jiwa memang cukup terpencil di pesisir Indramayu. Konon, daerah yang berupa hutan rawa dan bakau ini dahulunya kerap dijadikan lokasi persembunyian warga sekitar saat terjadi peperangan di masa penjajahan Belanda.

“Dulunya desa ini sangat terisolir, untuk ke jalan raya saja pakai perahu. Alhamdulillah setelah dimekarkan, baru pada tahun 2014 bisa merasakan jalan,” kenang Kuwu Sudarno kepada OG Indonesia, Senin (20/10/2025) di lokasi proyek Taman Cemara Kulon, Desa Cemara Kulon, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Asal tahu saja, Kuwu merupakan sebutan untuk Kepala Desa yang biasa dipakai di wilayah bekas Kesultanan Cirebon dan sekitarnya seperti di Indramayu, Cirebon, Kuningan, Brebes, hingga Tegal dan Pemalang. Sudarno sendiri sudah menjadi Kuwu (mulai dari Plt Kuwu/Kepala Desa) di Cemara Kulon sejak desa tersebut pertama kali dimekarkan dari desa induknya pada tahun 2012.

Sudarno berkisah, di bakal lokasi Taman Cemara Kulon tempatnya berdiri, sebelumnya merupakan bantaran sungai dengan panjang 1.300 meter dan lebar sungai 27 meter yang tidak dimanfaatkan selama puluhan tahun. “Tahun 1982 dibangun, bukan kali pembuangan sentral tetapi long storage, penampungan air tawar,” terang Sudarno. Akibat tidak dimanfaatkan dalam periode yang cukup lama, semak belukar menjalari bantaran sungai tersebut.

Sudarno punya asa tinggi agar lahan tidur yang terbengkalai tersebut bisa produktif dan bermanfaat kembali secara ekonomi, sosial, serta rekreatif, bagi masyarakat Cemara Kulon dan sekitarnya. Kiranya, Kuwu Sudarno sudah punya konsep ekowisata Taman Cemara Kulon di dalam kepalanya. “Tujuan kami memanfaatkan lahan tidur jadi lahan yang produktif harapannya jadi ‘lahan ibadah’,” ucap Sudarno.

Tanam 400 Pohon Mangga

Dimulai pada Oktober 2022, Sudarno menggerakkan warga untuk membabat semak belukar di bantaran sungai tersebut. “Dibabat dan disterilkan, lahannya kemudian kami tanami pohon mangga,” ungkapnya. 

Bukan apa-apa, Sudarno menjelaskan biasanya jika ada lahan tidur yang tidak terpakai akan rawan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk tempat tinggal atau lokasi bercocok tanam untuk kepentingan pribadi. Dia mengingat kala itu ada 400 batang pohon mangga dari beberapa jenis mangga unggulan yang telah ditanam. Seperti diketahui, Indramayu merupakan daerah penghasil mangga unggulan ternama di Indonesia.

Tak sekadar babat alas, sebelumnya Sudarno telah mendatangkan tim ahli yang biasa mendesain desa wisata untuk berdiskusi dan mengulas potensi ekowisata dari Cemara Kulon. Kesimpulannya, Desa Cemara Kulon layak untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata sebab potensinya cukup beragam, mulai dari potensi laut, perikanan, perkebunan, hingga peternakan.

Lahan tidur di bantaran sungai kini mulai hijau dan rimbun dan bersolek menjadi lokasi ekowisata Taman Cemara Kulon.

Tindak lanjutnya kemudian dibuat Masterplan Desa Wisata Taman Cemara Kulon. Selanjutnya, Kelompok Tani Hutan (KTH) Taman Cemara Kulon yang terdiri dari 18 orang mulai bergerak mulai dari aksi bersih-bersih tanggul sungai hingga penanaman pohon mangga. 

“Kami mulai dari nol, kami terus berproses, kami terus berkolaborasi dengan PHE ONWJ (Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java), dengan dinas-dinas, hingga YBM BRILiaN (Yayasan Baitul Maal BRILiaN), karena kalau hanya mengandalkan dari dana desa sangat lama,” ungkap Sudarno.

Manisnya Madu Lebah Trigona Utama

Pada tahun 2023, Kuwu Sudarno dengan didukung oleh PHE ONWJ yang termasuk dalam Zona 5 Regional 2 Subholding Upstream Pertamina juga memulai menginisiasi budidaya lebah madu Trigona Itama (Heterotrigona itama) alias lebah jenis kelulut yang tidak memiliki sengat. Saat ini KTH Taman Cemara Kulon sudah membudidayakan lebah madu Trigona Itama pada sepuluh stup atau rumah lebah yang ditempatkan saling berdekatan dalam tiga buah saung yang membuat teduh suasana.

Kadori, salah satu anggota KTH Taman Cemara Kulon mengungkapkan bahwa hasil madu yang bisa dipanen dalam sebulan berkisar antara 1 hingga 5 liter. Hasil panen tersebut tergantung pada cuaca di mana jika cuaca panas, produksi madu agak sedikit, dan sebaliknya. “Kalau kita jual per 100 mili liter itu Rp50 ribu. Penjualannya masih di sekitar saja, tergantung permintaan,” kata Kadori.

Salah seorang pengunjung Taman Cemara Kulon mencoba merasakan manisnya madu lebah Trigona Itama langsung dari sarangnya.

Agar produksi madu meningkat, KTH Taman Cemara Kulon berupaya memperbanyak vegetasi. Mulai dari menanam pohon merambat Air Mata Pengantin hingga pohon mangrove atau bakau yang nektar bunganya menjadi sumber madu favorit bagi lebah Trigona Itama. Kuwu Sudarno menjelaskan, selain sebagai sumber kehidupan bagi lebah Trigona Itama, rimbunnya hutan mangrove yang ditanam juga berfungsi sebagai benteng alami dari ombak laut serta penyerap emisi karbon.

“Adanya lebah madu ini membuat kami terus semangat untuk menanam pohon-pohon produktif, menanam tanaman vegetasi. Lebah madu ini biasanya mencari madunya ke mangrove. Ini sudah diuji ITB, UGM, dan IPB, serta dirasakan bahwa madu dari Trigona Itama di daerah lain itu dominan asem dan kecut. Tetapi kalau di sini dominan manis, itu salah satunya karena nektarnya dari mangrove,” bangga Sudarno.

Dukungan Lain dari PHE ONWJ

PHE ONWJ yang memiliki wilayah kerja migas offshore membentang seluas 8.279,29 kilometer persegi di Laut Jawa dari Kepulauan Seribu hingga utara Cirebon, juga mendorong terwujudnya demplot atau kawasan pertanian terpadu Taman Cemara Kulon. Demplot ini guna mendukung kegiatan masyarakat terkait perkebunan hortikultura, mulai dari tanaman bunga, jagung, kelengkeng, jambu air, hingga semangka. “Untuk ketahanan pangan, ada petenakan, ke depan juga akan ada pilot project perikanan,” paparnya.

Dukungan lainnya dari PHE ONWJ adalah terkait infrastruktur dan sokongan untuk konstruksi proyek Taman Cemara Kulon, seperti bantuan untuk pembangunan jembatan sebagai akses mobilisasi warga. “Luar biasa support dari Pertamina ini nggak kehitung, mulai dari kayu palet sampai 11 ton, karung bekas, pipa-pipa, dan sebagainya,” papar Sudarno. “Dampaknya luar biasa sekali, yang paling signifikan peningkatan ekonomi, peningkatan mobilitas masyarakat untuk pendidikan, kesehatan, karena sebelumnya semua mobilisasi di sini pakai perahu,” tuturnya.

Teranyar, PHE ONWJ juga membantu pembangunan fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 10.000 Watt-peak (Wp) yang baru pertama ada di Indramayu. Kini, PLTS ini mampu memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari dari Taman Cemara Kulon. Mulai dari irigasi tetes untuk pertumbuhan tanaman pertanian dan pohon-pohon mangga hingga keperluan kegiatan UKMM yang nantinya akan hadir warung-warung olahan penganan serta gerai-gerai. “Karena sebelumnya, untuk menyiram saja itu pembayaran tokennya sekitar Rp300 ribu sampai Rp400 ribu. Sekarang setelah ada PLTS, free Pak,” imbuh Sudarno sambil tersenyum.

PHE ONWJ membantu pembangunan PLTS 10.000 Wp untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari di Taman Cemara Kulom.

Sudarno menargetkan ekowisata Taman Cemara Kulon bisa mulai menjadi daya tarik wisata baru di pesisir Indramayu dalam lima tahun ke depan, seiring pohon-pohon mangga mulai tumbuh besar dan berbagai fasilitas pendukung hingga UMKM-UMKM dari warga Cemara Kulon mulai terbentuk. “Saat ini kami masih fokus di penataan lingkungan, nanti targetnya lima tahun lagi saat pohon mangganya rindang, bisa petik buah sambil lesehan,” ucapnya. 

“Harapannya nanti tentu kawasan ini bisa menumbuhkan lapangan kerja di samping lingkungan jadi asri dan bernilai ibadah serta menjadi amal jariah kita, dari PHE ONWJ dan pihak-pihak lain yang mendukung,” tambah Sudarno.

Kolaborasi PHE ONWJ, Masyarakat, dan Pemda

Head of Communication Relations & CID PHE ONWJ, R. Ery Ridwan, mengisahkan awal mula keterlibatan PHE ONWJ mendukung program "Harmonisasi Ekonomi Hijau untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir" (Harmoni Pesisir) di Cemara Kulon. Bermula dari obrolan kopi di saung sekitar tahun 2022. Ery melihat semangat yang menyala pada diri Sudarno dan tim dalam menghijaukan kawasan Cemara Kulon. “Saya lihat semangatnya luar biasa. Saya juga kaget, jarang-jarang ada pihak pemerintah desa yang punya blue print atau perencanaan yang matang, waktu itu masih dalam tahap pembersihan dan pembabatan,” cerita Ery.

Apalagi gerakan masyarakat di Cemara Kulon juga sudah kompak dipimpin di bawah Kuwu Sudarno. “Saya melihat warga desa yang begitu solid dan bekerja bersama, bergotong-royong dipimpin oleh kepala desa dan sangat rukun. Menurut saya ini suatu poin plus yang kalau bagi kami (PHE ONWJ), terkait kelembagaannya sudah tidak perlu dibuat lagi. Sudah lahir dan sudah ada, tinggal kami siap mendorong dan membantu apa yang menjadi rencana dari Pak Sudarno,” tuturnya.

R. Ery Ridwan, Head of Communication Relations & CID PHE ONWJ (kanan) bersama Sudarno, Kepala Desa Cemara Kulon (kiri).

PHE ONWJ sendiri sebenarnya sudah punya rencana jangka pendek dan jangka panjang terkait dukungan perusahaan untuk pengembangan ekowisata Taman Cemara Kulon di masa depan. “Kami punya target, kemandirian itu di lima tahun awal. Jika melihat diperlukan effort yang besar, kami juga melakukan kolaborasi dengan pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait,” beber Ery.

Karena itu PHE ONWJ mengapresiasi Bupati Indramayu Lucky Hakim yang menyatakan kesiapan untuk membantu pengembangan ekowisata Taman Cemara Kulon pada saat peresmian PLTS di Cemara Kulon, pada 25 September 2025 lalu. “Mudah-mudahan ini bisa menjadi percepatan dalam target kita terkait pendampingan program di Cemara Kulon ini,” imbuhnya.

Investasi Sosial Lewat Program PPM

Sentuhan hulu migas terhadap masyarakat di Cemara Kulon diapresiasi positif oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), sebab bisa terus merawat harmoni antara industri hulu migas dan masyarakat di sekitar wilayah operasi. 

“Hal ini menunjukkan keberhasilan PHE ONWJ dalam merangkul dan memberdayakan masyarakat lokal melalui investasi sosial yang dapat memberikan kontribusi positif dalam menjaga operasional PHE ONWJ di daerah tersebut,” kata Heru Setyadi, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas kepada OG Indonesia, Selasa (4/11/2025).

Heru menyampaikan, setiap program Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (PPM) yang dijalankan perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) memang membutuhkan dukungan dan keterlibatan masyarakat yang konsisten. Salah satunya melalui pelibatan local hero, seperti Kuwu Sudarno di Cemara Kulon. “Kami melihat upaya dari PHE ONWJ untuk memiliki change agent dapat mendorong konsistensi dan keberlanjutan program yang telah dilakukan dengan baik,” ucap Heru.

Fasilitas jembatan di Taman Cemara Kulon dimanfaatkan masyarakat setempat untuk mobilitas sehari-hari. 

Keberadaan local hero diharapkan dapat membantu mensosialiasikan, mengkomunikasikan, serta menjadi contoh yang baik dalam menjaga dan merawat program PPM KKKS yang telah digulirkan. “Program PPM dari KKKS adalah bagian dari pelaksanaan investasi sosial dalam rangka mendukung kelancaran operasional KKKS di wilayah operasinya. Melalui program PPM maka manfaat secara langsung dari operasional KKKS dapat dirasakan oleh warga/masyarakat sekitar setiap waktu dan berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar,” lanjutnya.

Heru membuka data, dalam tiga tahun terakhir, program PPM di kegiatan usaha hulu migas telah berkembang menjadi inisiatif yang semakin berdampak bagi masyarakat di wilayah ring 1 operasi hulu migas. Di mana PPM kini diarahkan untuk tidak hanya menjadi kewajiban sosial, tetapi juga sarana membangun kemandirian masyarakat melalui program yang adaptif terhadap isu sosial dan lingkungan yang berkembang.

Lima Pilar PPM Hulu Migas

Secara bersama-sama, sambung Heru, SKK Migas dan KKKS melaksanakan program-program PPM pro-rakyat yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat melalui 5 pilar utama yaitu Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan dan Infrastruktur, serta dilengkapi dengan adanya kegiatan studi sosial, dukungan terhadap bencana dan program pendukung operasi lainnya.

Pada pilar Ekonomi difokuskan untuk mendukung peningkatan taraf ekonomi, dan menciptakan kemandirian masyarakat melalui program yang menyasar kepada UMK, pertanian, peternakan dan kelautan/perikanan. Untuk pilar Pendidikan diarahkan kepada program vokasi yang menjembatani dunia pendidikan dengan kebutuhan industri hingga upaya mencetak generasi muda yang siap kerja.

Lalu pada pilar Kesehatan, SKK Migas bersama KKKS berkolaborasi lintas sektor untuk menurunkan prevalensi stunting serta memperbaiki status gizi pada masyarakat. Sementara di pilar Lingkungan, salah satunya dilakukan konservasi mangrove berbasis masyarakat sebagai bentuk nyata dukungan terhadap keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Sedangkan pada pilar Infrastruktur antara lain berupa perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan, pembangunan masjid dan mushola, penyediaan sanitasi dan sumur bor, dan lain-lain. 

Program PPM di Cemara Kulon oleh PHE ONWJ dirasa sudah melingkupi beberapa pilar PPM di hulu migas, mulai dari Ekonomi, Infrastruktur, hingga Lingkungan. Untuk yang terakhir disebut, SKK Migas juga menekankan pentingnya kegiatan penghijauan dan penanaman pohon yang dilaksanakan oleh KKKS seperti PHE ONWJ bersama dengan KTH Taman Cemara Kulon di pesisir Indramayu. “Ini merupakan salah satu strategi SKK Migas dalam melakukan carbon offset atau penyerapan karbon langsung karena pohon menyerap karbon dari atmosfer melalui proses fotosintesis, sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca,” urainya.

Program Harmoni Pesisir PHE ONWJ di Cemara Kulon, Indramayu, telah mendukung beberapa pilar PPM di hulu migas. 

Berdasarkan data SKK Migas, sepanjang tahun 2025 ini SKK Migas serta KKKS menargetkan untuk menanam sebanyak 1,6 juta pohon. “Realisasinya hingga September 2025 sudah mencapai 1,15 juta pohon atau sekitar 72 persen dari target,” tambah Heru.

Momentum untuk Wujudkan Ketahanan Energi

Berkat harmoni yang indah antara hulu migas dan masyarakat, Heru meyakini industri hulu migas saat ini telah meraih momentum untuk lebih berperan dalam mendukung tercapainya program ketahanan energi yang menjadi salah satu prioritas pada program ASTA CITA Presiden Prabowo Subianto. 

“Momentum ini harus mampu dimanfaatkan dengan baik, termasuk secara paralel mendorong program PPM yang dilaksanakan oleh KKKS berjalan dengan baik sehingga industri hulu migas mendapatkan dukungan yang kuat dari atas dan juga dari bawah,” harapnya.

Dengan dukungan yang kuat dari semua pihak tentunya dapat mendorong operasional maupun proyek hulu migas berjalan dengan baik. Kondisi ini tentunya akan mendorong potensi-potensi tambahan produksi dapat segera terealisasi. “Semua ini demi mendukung upaya peningkatan produksi migas agar target swasembada energi dapat segera dicapai,” pungkas Heru.

Asa tinggi tersebut kini tengah disemai dan ditumbuhkan oleh hulu migas dan masyarakat seperti yang tengah bersemi di Cemara Kulon, pesisir Indramayu. RH

Harmoni Hulu Migas dan Masyarakat Tumbuhkan Asa Tinggi di Pesisir Indramayu Harmoni Hulu Migas dan Masyarakat Tumbuhkan Asa Tinggi di Pesisir Indramayu Reviewed by Ridwan Harahap on Jumat, November 07, 2025 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.