Ini Proyek dan Target PTBA untuk Tahun 2021

Foto: ptba.co.id

Jakarta, OG Indonesia --
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan kenaikan volume produksi dari 24,8 juta ton pada tahun 2020 menjadi 29,5 juta ton untuk tahun 2021 ini. Perseroan juga menargetkan kenaikan penjualan dari 26,1 juta ton pada tahun 2020 menjadi 30,7 ton untuk tahun 2021.

"Pada 2021, Perseroan akan meningkatkan investasi dalam mengembangkan diversifikasi usaha, hilirisasi batu bara. Total investasi yang direncanakan pada 2021 untuk sektor tersebut adalah sebesar Rp 3,8 triliun," ungkap Arvian Arifin, Direktur Utama PTBA dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (12//3/2021).

Terkait proyek pengembangan gasifikasi batu bara, dengan terbitnya Perpres 109 tahun 2020 yang ditandatangani pada 17 November 2020 oleh Presiden Joko Widodo, menjadikan dua proyek PTBA masuk kembali menjadi PSN (Proyek Strategis Nasional). Pertama, Hilirisasi Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim dan yang kedua, Kawasan Industri – Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) – Tanjung Enim.

"Dengan masuknya pabrik gasifikasi batu bara di Tanjung Enim sebagai Proyek Strategis Nasional artinya proyek ini mendapat dukungan secara khusus dari Pemerintah. Tujuannya adalah untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana tertuang dalam Perpres tersebut," paparnya.

Pihak PTBA sendiri meyakini proyek gasifikasi batu bara akan memberi sederet dampak positif bagi Indonesia. Mulai dari menekan angka impor LPG, menghemat cadangan devisa negara, hingga manfaat langsung lainnya. "PTBA, Pertamina, dan Air Products optimistis proyek pengembangan DME batu bara bisa berjalan sesuai rencana untuk mulai beroperasi di kuartal II-2024," ungkapnya.

Perjanjian Kerja Sama atau Cooperation Agreement antara PTBA, Pertamina, dan Air Products Chemical Inc sendiri sudah ditandatangani pada 11 Februari 2021 lalu. "Tinggal menghitung waktu agar pabrik bisa berjalan dan menghasilkan produk Dimethyl Ether atau DME yang bisa menjadi produk substitusi LPG yang impornya kian bertambah setiap tahun," terangnya. 

Terkait upaya hilirisasi lainnya, PTBA melakukan pengembangan karbon aktif dari bahan baku batu bara. Di mana pada penghujung tahun 2020 PTBA telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan Activated Carbon Technologies PTY, LTD (ACT) yang berbasis di Australia; yang telah menyatakan komitmennya sebagai Offtaker produk karbon-aktif secara jangka Panjang. 

Karbon aktif adalah salah satu upaya hilirisasi di mana batu bara diolah dan mengalami proses aktivasi sehingga menjadi material yang di dalamnya terdapat banyak pori-pori yang berfungsi menyerap zat lain di sekitarnya. Karbon aktif dapat dimanfaatkan untuk proses penjernihan dan pemurnian air, pemurnian gas dan udara, filter industri makanan, penghilang warna untuk industri gula dan MSG, hingga penggunaan di bidang farmasi sebagai penetral limbah obat-obatan agar tidak membahayakan lingkungan.

Untuk rencana lainnya, PTBA juga akan mengembangkan pabrik karbon aktif di Kawasan Industri Tanjung Enim (BACBIE) untuk memproduksi karbon aktif sebanyak 12.000 ton per tahun dengan mengolah sebanyak 60.000 ton batu bara per tahun. Sejumlah kajian tambahan termasuk tambahan uji sample batubara guna menghasilkan produk akhir yang optimal serta optimasi pemilihan teknologi yang digunakan sedang dalam proses di tahun 2021 ini.

Sementara untuk proyek PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2x620 MW dengan nilai mencapai US$ 1,68 miliar dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP) saat ini telah mencapai penyelesaian proyek sebesar 72% pada posisi bulan Februari 2021. "Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada bulan Maret tahun 2022," terang Arvian.

Dia juga menuturkan bahwa PTBA juga melakukan ekspansi bisnis ke sektor energi baru dan terbarukan, dengan dilakukannya Commercial Operation Date (CoD) PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II (AP II). PLTS beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020. "Kesuksesan kerja sama PLTS ini mendorong PTBA dengan AP II untuk menjajaki pembangunan PLTS di sejumlah bandara-bandara lainnya yang dikelola AP II," terangnya.

Ditambahkan olehnya, PTBA juga berencana menggarap proyek pengembangan PLTS di lahan pasca tambang milik perusahaan yang berada di Ombilin, Sumatera Barat, dan Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Masing-masing lahan bekas tambang akan terpasang PLTS dengan kapasitas mencapai 200 MW. Saat ini PLTS sedang dalam tahap pembahasan dengan PLN untuk bisa menjadi Independent Power Producer (IPP) dan ditargetkan mulai bisa beroperasi pada tahun 2022.

Untuk proyek angkutan batu bara, PTBA juga bekerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 72 juta ton/tahun pada tahun 2025, termasuk jalur baru Tanjung Enim – Arah Utara. Jalur ini punya kapasitas angkut 20 juta ton/tahun, beserta fasilitas dermaga baru Kramasan yang dibangun oleh PT KAI dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2024. Di samping itu kapasitas angkut 5 juta ton per tahun telah berhasil dioperasikan pada Dermaga Kertapati sejak Triwulan I-2020 dan akan ditingkatkan menjadi kapasitas 7 juta Ton pada Q3 tahun 2021.

Lalu pada jalur Tanjung Enim – Arah Selatan, ada Tarahan-1 yang merupakan pengembangan kapasitas jalur eksisting menjadi 25 juta ton/tahun. Sementara Tarahan-2, dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun dan direncanakan akan beroperasi pada Juli tahun 2025.

Terakhir, PTBA juga akan melakukan pengembangan kapasitas angkutan batu bara dengan Pelindo II. "Kerjasama pengembangan angkutan batu bara ini dilakukan untuk menyukseskan tujuan pembangunan koridor ekonomi Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional," tutupnya. R2

Ini Proyek dan Target PTBA untuk Tahun 2021 Ini Proyek dan Target PTBA untuk Tahun 2021 Reviewed by OG Indonesia on Jumat, Maret 12, 2021 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.