Mengejar Asa Produksi 2030, Berkontribusi Optimal pada Ekonomi Nasional


Oleh: Daris Anugrah W (Warga Negara yang Peduli Migas)

Sejak dimulai industrialisasi minyak dan gas bumi (migas) modern pada pertengahan abad ke19, industri migas telah memainkan peran dominan bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia, baik dari sisi penghasil (produsen) maupun dari sisi pengguna (konsumen).

Hal itu terjadi pula di Indonesia, industri migas berkontribusi penting terhadap pertumbuhan ekonomi negara. Laporan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjukkan, penerimaan negara dari sektor hulu migas pada tahun 2020 sebesar Rp 69,71 triliun.

Setoran itu berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam migas. Setoran PNBP migas tahun lalu itu mencapai 130 persen dari target yang ditetapkan dalam APBN 2020 sebesar Rp 53,29 triliun.

Dengan begitu industri hulu migas diharapkan dapat terus berkembang dan berperan penting dalam perekonomian, baik dari sisi penerimaan negara maupun multiplier effect driven sehingga dapat terus bergairah dan berkontribusi secara optimal pada kesejahteraan luas warga negara.

Volume Impor Migas Ditekan dengan Produksi yang Capai Target

SKK Migas mengakui dalam lima tahun terakhir, telah mampu menjaga target produksi migas nasional di atas target produksi Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Langkah tersebut diusahakan untuk mendukung petumbuhan ekonomi nasional dengan mendukung kecukupan energi.

Dengan capaian produksi di atas RUEN, volume minyak yang perlu diimpor Indonesia dapat ditekan, sehingga membantu mengurangi defisit anggaran pemerintah.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, dalam sebuah webinar yang digelar, Kamis, (2/7/2021) mengungkapkan, berdasarkan RUEN tahun 2015, Indonesia memposisikan diri berada dalam masa transisi energi menuju era Energi Baru dan Terbarukan (EBT).

Hal ini dapat terlihat pada persentase bauran energi pada EBT yang terus meningkat setiap tahunnya, adapun untuk porsi bauran energi dari migas semakin turun.

Hanya saja realita secara nominal kebutuhan energi migas justru semakin meningkat tiap tahunnya. Tanpa adanya peningkatan produksi migas nasional, maka mengakibatkan gap antara produksi dan konsumsi akan semakin besar, sehingga akan berdampak pada defisit anggaran yang semakin besar.

Target Produksi Industri Hulu Migas 2030

Saat ini Indonesia masih memiliki potensi migas yang besar mengingat masih terdapat 128 cekungan dengan 68 di antaranya belum dieksplorasi. Karena itulah, SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berupaya menangkap peluang dari potensi tersebut.

Implementasinya dengan mencanangkan rencana jangka panjang produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. Demi mewujudkan visi tersebut, SKK Migas telah menetapkan empat strategi prioritas.

Pertama, mengedepankan strategi eksplorasi yang masif dan intensif. Strategi kedua mendorong dan mengkampanyekan penerapan enhanced oil recovery (EOR) di lapangan mature.

Strategi lainnya adalah mengakselerasi monetisasi proyek-proyek utama, sehingga mempercepat potensi sumberdaya menjadi lifting. Strategi terakhir dalam rangka menahan laju penurunan produksi alami serta mendorong peningkatan produksi adalah dengan menjaga keandalan fasilitas produksi, maksimalisasi kegiatan kerja ulang dan perawatan sumur, reaktivasi sumur tidak berproduksi, dan inovasi teknologi.

Memang sepatutnya visi SKK Migas ini mendapat dukungan seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menjadi visi nasional, agar cita-cita produksi industri hulu migas tahun 2030 dapat terwujud dengan baik. Alangkah baiknya lagi, kalau target tersebut dapat dilampaui agar kontribusi sektor migas terhadap kas negara semakin tinggi dan semakin mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Visi Industri Hulu Migas Didukung Penuh

Pemerintah melalui Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji telah berjanji akan terus memberi dukungan kepada stakeholders melalui kebijakan-kebijakan yang terintegrasi dan solutif, agar industri migas berkontribusi optimal pada perekonomian nasional.

Salah satunya pemerintah mendorong SKK Migas bersama KKKS untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dengan mempertimbangkan jumlah SDM yang diperlukan, untuk waktu pencapaian target, jenjang karir serta apresiasi yang layak untuk SDM.

Selain itu, terkait anggaran, pemerintah telah menyampaikan kepada SKK Migas bersama KKKS agar melakukan perhitungan alokasi anggaran yang berkelanjutan sebagai jaminan terlaksananya program kegiatan industri hulu migas. Termasuk, menghadirkan teknologi ter-update sebagai salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi secara signifikan, yakni cita-cita produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas bumi sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.

Keberadaan dukungan penuh pemerintah, potensi alam, tekad dan strategi SKK Migas bersama KKKS, diharapkan mimpi produksi migas di tahun 2030 benar-benar terwujud dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional serta kesejahteraan masyarakat umum. Kita dukung dan doakan bersama agar terwujud, semoga.

Mengejar Asa Produksi 2030, Berkontribusi Optimal pada Ekonomi Nasional Mengejar Asa Produksi 2030, Berkontribusi Optimal pada Ekonomi Nasional Reviewed by Ridwan Harahap on Kamis, Juli 22, 2021 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.