Indonesia Siap Buka Layanan Bunkering Marine Fuel Oil di Selat Sunda


Jakarta, OG Indonesia --
Melihat potensi strategis Selat Sunda, PT Krakatau Bandar Samudera (Krakatau International Port) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan PT Pertamina Patra Niaga tentang Rencana Kerjasama Bisnis Bunkering Marine Fuel Oil di Krakatau International Port dan di beberapa wilayah perairan strategis Indonesia lainnya.

Penandatanganan dilakukan pada Rabu (4/8/2021) di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves). Nota Kesepahaman diteken oleh CEO Krakatau International Port Akbar Djohan dan Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Hasto Wibowo, dengan disaksikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves Basilio Dias Araujo.

CEO Krakatau International Port, Akbar Djohan mengatakan bahwa pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel Oil di Krakatau International Port ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat Indonesia sebagai poros maritim khususnya di wilayah perairan strategis Indonesia terutama di Selat Sunda.

“Kerjasama ini merupakan komitmen Krakatau International Port untuk memberikan pelayanan yang terbaik khususnya melayani kapal-kapal yang melintasi perairan Selat Sunda yang ingin melakukan pengisian bahan bakar," ujar Akbar.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Basilio Dias Araujo mengatakan bahwa Nota Kesepahaman ini merupakan realisasi komitmen Indonesia untuk menciptakan dan meningkatkan pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel Oil (MFO) di berbagai pelabuhan strategis di Indonesia. 

“MFO dengan kandungan sulfur maksimal 0,5 persen mass by mass (m/m) ini merupakan bahan bakar kapal yang sesuai dengan mandatori International Maritime Organization (IMO) mengenai bahan bakar kapal dengan kadar sulfur maksimal 0,5% wt yang berlaku mulai 1 Januari 2020," jelas Deputi Basilio.

Deputi Basilio memperkirakanan ada sekitar US$ 173 miliar dollar opportunity loss dari jasa bunkering, crew change, dan penyediaan logistik dari kapal-kapal yang melewati Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok. Data tahun 2020, jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.068 kapal (dengan 150 kapal melintas per harinya), sedangkan di jalur Selat Malaka dan Selat Singapura berkisar 120.000 kapal (dengan 350 kapal melintas per harinya di Selat Malaka).

“Kita telah siapkan hot spots beberapa Pelabuhan Strategis di sepanjang selat-selat tersebut dengan bisnis MFO ini,” jelas Deputi Basilio.

“Kami yakin, kerja sama ini dapat meningkatkan penerimaan negara dan keuntungan luar biasa terutama untuk revenue negara, kesejahteraan masyarakat, dan yang terpenting Indonesia siap dan mampu untuk memberikan layanan jasa MFO di wilayah perairan strategis kita”.  Ke depannya, pelabuhan di Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik dan mampu bersaing dengan negara tetangga lainnya,” tegas Deputi Basilio.

Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Hasto Wibowo mengatakan menyambut baik kerjasama ini. "Spiritnya program ini harus segera dimulai, harapannya dalam 6-12 bulan ke depan akan banyak kapal-kapal ocean going yang melakukan bunkering di KIP," kata Hasto.

Melalui kerjasama bisnis bunkering Marine Fuel Oil  tersebut, pengembangan potensi ekonomi melalui pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel di berbagai pelabuhan strategis di Indonesia akan semakin meningkatkan profile Kepelabuhanan Indonesia sekaligus memperkuat postur energi Indonesia khususnya penyediaan Bahan Bakar Kapal Marine Fuel Oil (MFO) Sulfur rendah 180 cSt (centistockes) bersama Pertamina Group. R3

 

Indonesia Siap Buka Layanan Bunkering Marine Fuel Oil di Selat Sunda Indonesia Siap Buka Layanan Bunkering Marine Fuel Oil di Selat Sunda Reviewed by Ridwan Harahap on Kamis, Agustus 05, 2021 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.