Jakarta, OG Indonesia -- Di Aula Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, pertengahan Desember lalu, energi antusiasme terasa sejak pagi. Warga pesisir dari Pulau Kelapa dan Pulau Harapan dengan semangat mengikuti sesi pelatihan budidaya kepiting Bagi mereka, kegiatan ini bukan sekadar pelatihan, melainkan langkah awal menata masa depan menjaga alam sekaligus memperkuat ekonomi keluarga.
Melalui Program Tiga Perisai, PT Pertamina Hulu Energi OSES (PHE OSES) kembali menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat berupa Pelatihan Budidaya Kepiting Bakau Melalui Metode Silvofishery.
Kegiatan bersama 24 anggota mitra binaan SPKP Elang Bondol dan SPKP Bintang Laut ini digagas sebagai upaya mendorong pengembangan usaha perikanan berbasis ekosistem mangrove yang berkelanjutan di Kelurahan Pulau Kelapa dan Kelurahan Pulau Harapan.
Pelatihan menghadirkan narasumber dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Nur Syafaat, peneliti dari Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN. Materi diawali dengan pengenalan dasar mengenai morfologi kepiting bakau, mulai dari jenis-jenis kepiting. bakau yang ada di Indonesia, karakteristik masing-masing jenis, hingga kesesuaian habitatnya.
Materi kemudian dilanjutkan dengan pembahasan berbagai metode budidaya kepiting bakau. Dalam pemaparannya, Nur Syafaat menjelaskan bahwa metode silvofishery merupakan metode yang tepat diterapkan di wilayah perairan Kepulauan Seribu karena memanfaatkan ekosistem. mangrove yang telah ada tanpa mengganggu fungsi ekologisnya.
Metode silvofishery sendiri merupakan sistem terpadu yang menggabungkan kegiatan budidaya perikanan seperti ikan, udang, dan kepiting dengan penanaman serta pengelolaan hutan mangrove secara bersamaan.
Pendekatan ini bertujuan menciptakan keseimbangan antara aspek ekologi dan ekonomi secara berkelanjutan. Dalam sistem ini, mangrove berfungsi sebagai pelindung alami pesisir, penyedia pakan alami, penyaring kualitas air, serta penstabil ekosistern, sernentara kegiatan perikanan memberikan nilai ekonomi dan sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir.
"Sebagai narasumber, saya mengapresiasi pelaksanaan pelatihan ini. Kegiatan ini menjadi langkah penting dalam memperkenalkan metode budidaya yang tidak hanya berorientasi pada. peningkatan ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian ekosistem mangrove. Saya berharap pengetahuan yang disampaikan dapat diterapkan secara bertahap oleh kelompok, sehingga budidaya kepiting bakau di Kepulauan Seribu dapat berkembang secara berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan," ujar Nur Syafaat
Dukungan terhadap pelatihan ini juga disampaikan oleh Camat Kepulauan Seribu Utara, Yuliardi. "Atas nama Pemerintah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, kami mengapresiasi PHE OSES atas terselenggaranya pelatihan ini. Kegiatan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pengembangan ekonomi lokal masyarakat pesisir yang tetap memperhatikan aspek konservasi lingkungan serta mendukung kemandirian pangan," ujarnya.
Bagi para peserta, pelatihan ini memberi sudut pandang baru tentang bagaimana mangrove dapat dimanfaatkan secara bijak. Iskandar, salah satu anggota kelompok sekaligus penerima manfaat, mengaku selama ini mangrove lebih dikenal sebagai pelindung pesisir, bukan sebagai bagian dari usaha budidaya.
"Selama ini kami tahu mangrove itu penting untuk lingkungan, tapi belum terpikir bahwa mangrove juga bisa dimanfaatkan untuk budidaya kepiting tanpa merusaknya. Dari pelatihan ini, kami jadi lebih paham cara budidaya yang benar dan ramah lingkungan. Harapannya, ini bisa menjadi sumber penghasilan baru yang berkelanjutan bagi kelompok dan keluarga kami," tutur iskandar.
Komitmen PHE OSES dalam mendampingi masyarakat pesisir ditegaskan oleh Head of Communication Relations & CID PHE OSES, Indra Darmawan. Menurutnya, Program Tiga Perisai dirancang sebagai upaya jangka panjang untuk membangun kemandirian masyarakat melalui. pendekatan yang berkelanjutan.
"Kami percaya bahwa pemberdayaan masyarakat pesisir harus berjalan seiring dengan upaya menjaga lingkungan. Melalui pelatihan budidaya kepiting bakau dengan metode silvofishery ini, PHE OSES ingin mendorong tumbuhnya usaha perikanan yang produktif sekaligus menjaga ekosistem mangrove sebagai aset penting wilayah pesisir," ujar Indra
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, PHE OSES akan memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana budidaya kepiting bakau serta bantuan bibit kepiting bakau kepada SPKP Elang Bondol dan SPKP Bintang Laut. Dukungan tersebut diharapkan menjadi modal awal bagi kelompok dalam menerapkan metode silvofishery secara berkelanjutan dan mengembangkan usaha budidaya di wilayah masing-masing..
Di Kepulauan Seribu, mangrove kini bukan hanya benteng alami pesisir. Melalui proses belajar, kolaborasi, dan pendampingan berkelanjutan, mangrove menjadi sumber harapan baru-tempat. masyarakat menjaga keseimbangan alam sekaligus menata masa depan yang lebih mandiri dan berdaya. Dini
Reviewed by Ridwan Harahap
on
Sabtu, Desember 20, 2025
Rating:




