Jakarta, OG Indonesia -- Perusahaan investasi dengan portofolio bisnis terdiversifikasi, PT Indika Energy Tbk. (Perseroan), merilis Laporan Keuangan Konsolidasi untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2025 (9M 2025).
Di tengah tantangan penurunan harga komoditas global, Perseroan menunjukkan disiplin strategis dan efisiensi operasional. Perseroan mencetak Pendapatan sebesar US$ 1.443,0 juta dan Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 0,5 juta pada 9M 2025.
Indika Energy terus melakukan pengembangan portofolio bisnis dan diversifikasi usaha pada sektor non batu bara, serta fokus untuk mewujudkan komitmen Environmental, Social, and Governance (ESG) menuju netral karbon pada tahun 2050.
Penurunan Pendapatan terutama dikarenakan kontribusi yang lebih rendah dari Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan Pendapatan sebesar 18,0% menjadi US$ 1.152,4 juta karena harga jual rata-rata yang menurun.
Pada 9M 2025, Kideco menjual 22,2 juta ton batu bara dengan harga jual rata-rata batu bara menurun 14,7% menjadi US$ 49,4 per ton batu bara, dibandingkan harga rata-rata US$ 57,9 per ton pada 9M 2024.
Kideco menjual 9,6 juta ton batu bara atau 43% dari volume penjualannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (DMO). Jumlah ini melampaui persyaratan DMO sebesar 25% yang ditetapkan Pemerintah dan merupakan bentuk dukungan nyata Indika Energy kepada negara, selaras dengan tujuan perusahaan: Energizing Indonesia for a Sustainable Future.
Penurunan Pendapatan Perseroan juga dikontribusikan oleh Indika Indonesia Resources yaitu sebesar 66,0% menjadi US$ 28,7 juta di 9M 2025 dari US$ 138,9 juta pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena menurunnya permintaan di pasar ekspor. Sisa pendapatan terutama berasal dari perdagangan non-batu bara – sebagian besar bauksit dari Mekko.
Sementara itu, pendapatan Tripatra meningkat 12,0% menjadi US$ 176,2 juta pada 9M 2025, terutama didorong oleh proyek Posco (US$ 21,9 juta), proyek Akasia Bagus (US$ 28,1 juta), pabrik amonia Pupuk Kaltim (US$ 19,1 juta), dan proyek APA Geng North (US$ 39,6 juta). Interport Mandiri Utama (IMU) juga mencatat kenaikan Pendapatan sebesar 9,2% menjadi US$ 93,1 juta pada 9M 2025 – terutama dikontribusikan oleh Cotrans sebesar US$ 53,8 juta, KGTE (penyimpanan bahan bakar) sebesar US$ 33,5 juta, dan sisanya berasal dari kawasan bisnis Interport (IBP) dan ILSS.
Indika Energy berhasil mencatat efisiensi biaya signifikan pada 9M 2025. Harga Pokok Penjualan (COGS) mengalami penurunan sebesar 17,5% menjadi US$ 1.249,2 juta pada 9M 2025 dibandingkan US$ 1.514,8 juta pada periode yang sama tahun 2024.
Cash cost Kideco, termasuk royalti, turun 13,0% menjadi US$ 44,0 per ton pada 9M 2025 dibandingkan dengan US$ 50,6 per ton pada 9M 2024, terutama karena penurunan harga batu bara yang mengakibatkan beban royalti yang lebih rendah, dan strip ratio yang lebih rendah (5,2 kali di 9M 2025 dibandingkan 5,7 kali di 9M 2024) yang menyebabkan penurunan biaya tunai ex-royalti 2 sebesar 6,3% menjadi US$ 34,1/ton pada 9M 2025.
Penurunan ini sebagian terimbangi oleh kenaikan biaya bahan bakar karena penerapan bahan bakar B40 sejak Januari 2025. Perseroan mencatat Laba Kotor sebesar US$ 193,7 juta, atau menurun 28,1% dibandingkan US$ 269,4 juta pada 9M 2024.
Marjin Laba Kotor berada pada level 13,4% di 9M 2025, dibandingkan dengan 15,1% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Beban Penjualan, Umum dan Administrasi menurun 15,3% menjadi US$ 112,8 juta di 9M 2025 dibandingkan US$ 133,1 juta pada 9M 2024 terutama disebabkan oleh penurunan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terkait Kideco, penurunan biaya pemasaran seiring dengan penurunan pendapatan Kideco, tidak dimasukannya biaya operasional MUTU sejak divestasi pada Februari 2024, dan biaya-biaya profesional.
Beban Keuangan Perseroan menunjukkan penurunan signifikan sebesar 25,6% menjadi US$ 53,4 juta, yang terutama disebabkan oleh penurunan total utang rata-rata dan penurunan biaya utang rata-rata.
Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 0,5 juta pada 9M 2025, dibandingkan US$ 34,4 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada 9M 2025, perusahaan menginvestasikan belanja modal (capital expenditure) sebesar US$ 82,1 juta. Sebanyak 93,9% atau US$ 77,0 juta dari dana tersebut dialokasikan untuk bisnis non-batubara, yang menegaskan fokus Perseroan pada diversifikasi, termasuk Indika Mineral Investindo (terutama untuk proyek Awak Mas) sebesar US$ 53,3 juta, dan bisnis ramah lingkungan sebesar US$ 7,5 juta. Untuk bisnis batubara, Perusahaan menginvestasikan US$ 5,0 juta belanja modal untuk Kideco.
“Kinerja sembilan bulan pertama tahun ini mencerminkan disiplin kami dalam menjalankan strategi diversifikasi. Porsi belanja modal yang dominan pada portofolio non-batubara (hampir 94%) menegaskan komitmen kami untuk memperkuat fondasi bisnis masa depan yang lebih resilien dan berkelanjutan," tutur Azis Armand, President Director and Group CEO Indika Energy, Sabtu (1/11/2025).
Pada tanggal 31 Juli 2025, PT. Batu Ampar Container Terminal, perusahaan joint venture Indika Energy (melalui PT Interport Mandiri Utama) dengan ICTSI Middle East DMCC, bersama dengan PT Batam Terminal Petikemas, telah menandatangani perjanjian kerja sama operasi sebagai mitra strategis selama 30 tahun untuk mengoperasikan Terminal Petikemas Batu Ampar. RH
 
        Reviewed by Ridwan Harahap
        on 
        
Sabtu, November 01, 2025
 
        Rating: 




