Lifting Minyak dan Gas 2019 Tak Penuhi Target APBN

Foto: Sir
Jakarta, OG Indonesia -- Pihak SKK Migas menilai, di tengah tantangan hulu migas di tahun 2019 dan semakin kompetitifnya sektor hulu migas, secara keseluruhan sektor ini masih mampu mencatatkan kinerja yang membanggakan pada aspek lifting, realisasi cost recovery, realisasi investasi hulu migas, reserve replacement ratio (RRR), dan penguatan kapasitas industri nasional melalui TKDN.

Adapun untuk soal lifting minyak memang tidak memenuhi target. Diceritakan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, proposal awal KKKS untuk lifting minyak awalnya hanya sebesar 699,8 ribu BOPD. Lalu kesepakatan bersama antara SKK Migas dan KKKS pada dokumen WP&B dapat ditingkatkan menjadi 729,5 ribu BOPD. Pada tataran pelaksanaannya, lifting minyak bisa sampai pada angka 752.2 ribu BOPD. Angka tersebut tentu lebih rendah jika dibandingkan dengan target lifting minyak pada APBN 2019 yang sebesar 775 ribu BOPD, atau hanya mencapai 96,3% dari target.

Diungkapkan Dwi, serangkaian kendala di sepanjang tahun 2019 seperti kebakaran hutan di Sumatera, dampak kondensat karena curtailment gas, revisi Amdal EMCL, kecelakaan di lapangan YY menjadikan pada akhir tahun 2019 lifting minyak bertengger pada angka 746 ribu BOPD.

"SKK Migas dan KKKS telah bekerja keras, di tengah tantangan decline rate yang secara alamiah mencapai 20% per tahun, serta capaian lifting minyak 2019 yang 102,3% di atas target WP&B menunjukkan effort maksimal dari seluruh pelaku usaha hulu migas," kata Dwi di kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (9/1/2020). “Adapun jika dibandingkan dengan RUEN yang pada tahun 2019 diprediksi lifting minyak berada di angka 590 ribu BOPD, maka capaian 746 ribu BOPD menunjukkan hasil yang membanggakan atas upaya kerja keras yang dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS," sambung Dwi.

Sementara utuk gas, realisasi lifting tahun 2019 mencapai 5,934 MMSCFD atau 99,9% dibandingkan dalam target WP&B yang sebesar 5,937 MMSCFD. Adapun untuk target APBN 2019 ditetapkan sebesar 7.000 MMSCFD alias hanya sekitar 84,8%.

"Kinerja lifting gas di 2019 pada awalnya sempat mencapai angka 6,002 MMSCFD. Capaian ini diperoleh setelah SKK Migas dan KKKS melakukan berbagai terobosan dan inovasi melalui kegiatan antara lain  Filling The Gap (FTG), Production Enchancement Techonology (PET), Management, Optimisasi Planned Shutdown dan lainnya. Namun, adanya curtailment gas 60,8 MMSCFD seperti yang terjadi di JOB PMTS, Pertamina EP dan ENI. Kemudian kejadian H2S Spike EMCL dan accident di lapangan YY memberikan penurunan sebesar 7,2 MMSCFD," paparnya.

Meskipun kinerja gas kurang menggembirakan, secara keseluruhan lifting Migas di tahun 2019 mencapai 1,806 MBOEPD atau 101,1% di atas target WP&B sebesar 1,790 MBOEPD. Namun masih di bawah target APBN yang sebesar 2,025 MBOEPD.

Untuk memberikan kontribusi yang optimal bagi pendapatan negara, SKK Migas terus melakukan efisiensi dan mendorong KKKS untuk dapat menerapkan praktek opersional terbaik. Jika mengacu pada proposal cost recovery KKKS pada tahun 2019 sebesar US$ 13,736 miliar, pada WP&B SKK Migas berhasil menurunkan target biaya cost recovery menjadi US$ 12,5 miliar dan realiasasi cost recovery di tahun 2019 sebesar US$ 10,9. Pada APBN 2019, cost recovery ditetapkan sebesar US$ 10,1 miliar. Jika dibandingkan dengan tahun 2018 yang realisasi cost recovery mencapai US$ 12,1 miliar, maka capaian di tahun 2019 menurun secara signifikan.

"Penurunan realisasi cost recovery ini memberikan dampak positif berupa semakin besarnya pendapatan yang diterima oleh negara. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh SKK Migas telah dapat dilaksanakan secara efektif dengan tetap menghasilkan target lifting yang optimal diatas WP&B. Kami senantiasa bekerja keras dan terus menerapkan corporate governance dalam menjalankan tugas, agar target dapat dipenuhi dan dalam pelaksanaanya memenuhi ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan”, kata Dwi.

Sementara untuk upaya menciptakan tata kelola organisasi yang baik, SKK Migas telah menerapkan berbagai sistem manajemen berstandar internasional seperti ISO 9001:2015 tentang manajemen mutu dan ISO 37001:2016 tentang sistem manajemen untuk membantu organisasi mencegah mendeteksi dan menangani penyuapan. Telah beroperasinya integrated operation center (IOC) per 1 Januari 2020 semakin menambah optimisme, kinerja ekselen ditahun 2019 dapat ditingkatkan di tahun 2020.

Menjaga cadangan migas dapat terus berkelanjutan sampai generasi selanjutnya adalah salah satu hal yang telah ditetapkan Pemerintah dalam RUEN. Untuk melaksanakan target tersebut, SKK Migas telah menetapkan salah satu target KPI yang harus dipenuhi adalah Reverse Replacement Ratio (RRR) mencapai 100%.  Berdasarkan data yang ada, target RRR 100% dapat dipenuhi pada tahun 2010 dan 2011, kemudian sepanjang tahun 2012-2017 target ini tidak dapat dipenuhi. Pada tahun 2018 target RRR dapat dipenuhi, yang pada tahun tersebut mencapai 106%.

“Mencapai 100% RRR adalah sesuatu yang membutuhkan perjuangan. Selama satu dekade terakhir, realisasi RRR sebesar 354% di tahun 2019 adalah yang terbesar," lanjut Dwi.

Sejalan dengan upaya Pemerintah untuk meningkatkan investasi di Indonesia. SKK Migas juga terus mempromosikan investasi di sektor hulu migas. Realisasi investasi hulu migas di tahun 2019 mencapai US$ 11,49 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi investasi di tahun 2018 sebesar US$ 11 miliar maupun tahun 2017 sebesar US$ 10,27 miliar.

Potensi hulu migas di Indonesia sendiri masih menjanjikan, karena dari 128 cekungan, yang telah berproduksi adalah 20 cekungan. Bahkan di wilayah kerja lama yang telah bertahun-tahun di eksploitasi tetap masih memberikan potensi yang signifikan. Keberhasilan Repsol menemukan cadangan gas di blok Saka Kemang di KBD-2X sebesar 2 TCF adalah salah satu penemuan besar (giant discovery) di dunia pada semester pertama 2019.

Selain kontribusi dalam pendapatan negara, melalui pajak maupun pendapatan negara langsung, sektor hulu migas masih merupakan salah satu penggerak utama perekonomian nasional. Terlebih sektor ini telah mampu menerapkan TKDN pada angka yang signifikan, konsisten dalam beberapa tahun di kisaran 60%. 

Nilai pengadaan barang dan jasa sampai bulan November 2019 KKKS mencapai  US$ 5,256 miliar dengan persentase TKDN sebesar 60,54% (cost basis), atau dengan kata lain kontribusi sektor hulu migas dalam menggerakan industri nasional mencapai    US$ 3,182 miliar atau setara dengan Rp 44,55 triliun. R1

Lifting Minyak dan Gas 2019 Tak Penuhi Target APBN Lifting Minyak dan Gas 2019 Tak Penuhi Target APBN Reviewed by OG Indonesia on Jumat, Januari 10, 2020 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.